Salah kaprah pasien COVID-19 yang bikin pasien lelah sendiri adalah:
1) nungguin nilai CT makin besar
2) nungguin hasil PCR dari positif jadi negatif
.
.
Prinsipnya adalah pasien dinyatakan bisa kembali ke masyarakat bila sudah Isolasi mandiri 14 hari dan bebas gejala. Sudah.
1) nungguin nilai CT makin besar
2) nungguin hasil PCR dari positif jadi negatif
.
.
Prinsipnya adalah pasien dinyatakan bisa kembali ke masyarakat bila sudah Isolasi mandiri 14 hari dan bebas gejala. Sudah.
Jadi gausah ditungguin itu hasil PCR. Karena, bisa aja hasil PCR masih positif setelah periode isolasi mandiri sudah lewat. Lah PCR cuma mampu ngitung jumlah virus, bukan membedakan mana virus mokat mana virus aktip..
Ngepaen musingin bangke.
Ngepaen musingin bangke.
Akibat terlalu musingin hasil lab adalah.. pasien akan mengalami gangguan psikologis, memperpanjang waktu isolasi sehingga produktivitas semakin menurun, perilaku minum obat yang irasional.
Virus Sars-Cov-2 itu kalau udah lebih dari 14 hari dalam tubuh, ya modyar dia. Risiko penularan sangat minimal. Makanya angka 14 hari isoman terbit bukan tanpa studi. Pasien dianggap aman bisa kembali bermasyarakat di angka 14 hari karna dianggap tidak menularkan. Getoh.
Pandemi ini usianya sudah (atau baru?) setahun. Jadi memang studi terus berjalan. Belajarnya bareng-bareng. Wajar HRD masih ada yang menetapkan peraturan harus negatif baru bisa kerja dll dsb.
Ya makanya,
pandemi seharusnya mengajarkan.. bahwa...
tida bisa berhenti belajar.
Ya makanya,
pandemi seharusnya mengajarkan.. bahwa...
tida bisa berhenti belajar.