Jadi katanya sih ada berita soal anak SMP yg sampe terjerat utang jutaan rupiah demi bisa beli merchandise K-Pop.

Lalu yg dikatain brengsek industri K-Popnya.

Menurutku, daripada industri K-Pop nya, aku melihat perilaku Compulsive Buying disini lebih berperan.

Apa maksudnya?
Jadi aku pernah nulis thread yg membahas soal fenomena Compulsive Buying Behavior and Materialism.

Namun kali ini, saya coba sedikit kaitkan hubungannya dengan industri K-Pop.

Link thread yg kumaksud disini ya : https://twitter.com/WidasSatyo/status/1169588185929662466?s=19
Banyak teori yg menjelaskan soal Compulsive Buying Behavior (CBB).

Aku memahaminya sebagai fenomena perilaku belanja yg dilakukan berulang tanpa memikirkan konsekuensinya.

Yes. Konsekuensi yg dimaksud adalah bisa terjerat utang atau cekcok rumahtangga, misalnya.
Beberapa pendapat mengatakan bahwa CBB ini ndak jauh berbeda dengan kebiasaan judi, misalnya.

Bahkan dalam beberapa artikel di @PsychToday disebutkan CBB juga erat kaitannya dengan mental illness, seperti depresi dan anxiety.

Sudah kubahas detilnya dlm thread diatas ya.
Banyak sebetulnya tanda orang berperilaku compulsive saat belanja. Dan kadang itu terjadi tanpa dia sadari.

Ada orang yg addicted belanja midnight sale. Sensasi antrian tengah malem kayak gitu memberinya pengalaman tersendiri. Sensasi ini yg dia cari drpd barang yg dia beli.
Ada juga yg shopping buat distraksi. Bisa krna abis patah hati, misalnya. Dia kalap belanja agar dia gak punya waktu buat galau.

Ada juga yg demen belanja tapi barang yg seminggu lalu dia borong segelnya belom dibuka. Tapi belanja lagi ya karna emang pengen aja.
Jadi ini merupakan salah satu faktor consumer behavior yg ndak hanya dipelajari dalam marketing, namun juga ilmu psikologi.

Anak SMP yg sampe utang belain beli merch K-Pop mungkin juga sama. Dia merasakan sensasi tersendiri kalo bisa dapet item yg dia cari.
Namun persoalannya adalah kemudian dia babak belur di belakangnya. Ini pola yg sangat umum terjadi dalam perilaku Compulsive Buying.

Dia ndak sadar kalo kemudian dia terjebak dalam finansial distress. Syukur-syukur kalo masih mampu kebayar, kalo ndak? Ya ambyar...
Nah, lantas dengan industri K-Pop sendiri gimana?

Dari sejak fanwar kemarin, aku sampe bosen membahas bahwa memang harus diakui kalo industri K-Pop bergantung tinggi pada customer engagement.

Makanya banyak dari mereka pake pendekatan emotional appeal.
Kalo emotional appeal ini dikatakan "manipulasi", well, bukankah memang demikian?

Diskon atau cashback juga merupakan salah satu bentuk "manipulasi" harga.

Customer dibuat percaya mereka beli dengan harga lebih murah. Padahal ya itu pasti ada hitungannya.
Banyak unit bisnis yg menghitung besaran promotional cost. Jadi perusahaan emang "siap" tekor demi memberikan kesan itu diskon atau cashback.

"memanipulasi" psikologis Anda seolah beli barang itu dengan harga lebih murah. Padahal ya emg udah disetting gitu.
Industri asuransi juga sama. Demi bisa men-trigger nasabah mau naruh uangnya ke mereka, pendekatan fear mongering kadang dilakukan.

Kita dijejelin narasi gimana kalo seandainya kita mati besok? Apa yg sudah kita tinggalkan buat keluarga??
Sisi emosional rasa takut Anda disentil dan akhirnya Anda menaruh uang premi asuransi jiwa di perusahaan mereka.

Bukankah itu yg juga sering dilakukan Jouska? Membuat Anda takut dengan harga2 kebutuhan hidup yg serba mahal.
Jadi kalo dikatakan "manipulasi", ya itu emang bahasa marketing aja sih. K-Pop pun juga demikian.

Pola spending seseorang adalah tanggungjawab individu yg bersangkutan. Ini membuat financial literacy semakin penting diajarkan sejak dini pada anak-anak.
Gimana soal ngatur kebutuhan?
Gimana soal nabung bulanan?
Gimana soal kalo pengen beli sesuatu tp harganya mahal?

Nah ini semua butuh edukasi sejak dini supaya anak tau apa prioritas yg mereka butuhkan. Butuh peran sinergis dan keterbukaan komunikasi dari orang tua dan anak.
Jadi itu aja sih. Pegang erat2 peribahasa lama kita. Usahakan jangan pernah sampe besar pasak daripada tiang.

Apalagi sekarang era masyarakat konsumtif makin menjamur. Akses pay later juga makin mempermudah ke arah sana.

Kalo kita gak hati-hati, bisa babak belur sendiri ntar.
You can follow @WidasSatyo.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.