one thing to remember every time you feel insecure — a thread.

waktu belajar tentang farmakoepidemiologi semester lalu, ada 1 macam bias yang bikin aku tertarik banget, namanya bias publikasi.

terus hari ini tiba2 mikir, apa selama ini kita juga udah terjebak bias publikasi?
bias publikasi adalah keadaan di mana hasil sebuah penelitian akan memengaruhi apakah penelitian tersebut akan dipublikasikan atau tidak.

singkatnya, penelitian2 yg hasilnya bagus punya peluang lebih besar untuk dipublikasikan.
sebaliknya, kalo penelitiannya nggak sesuai harapan/hipotesis, kemungkinan publikasinya bisa 28% lebih rendah.

alhasil, kita bisa menganggap sebuah hasil penelitian bersifat aman, padahal sebenernya cuma karena bahaya2nya nggak dipublikasikan aja.
hal ini bakal jadi masalah banget buat penelitian-penelitian lanjutan atau meta analisis (gabungan berbagai penelitian yg dianalisis dan dirangkum bareng).

Bahaya yang sesungguhnya adalah ketika kita tidak tahu bahwa ada bahaya yang sedang mengancam.
hari ini tiba-tiba terlintas aja;

bukankah selama ini kehidupan media sosial kita juga merupakan sebuah bias publikasi?
kita cenderung mengunggah konten-konten yg positif, yg menunjukkan kalo kita lagi bahagia.

mungkin dari semua kebahagiaan dalam hidup, 80%-nya kita publikasikan, sedangkan dari semua kesedihan hidup cuma 5%-nya yg dipost jadi status galau.
ternyata, hal ini udah dibuktikan di penelitian juga.

lebih dari separuh orang-orang yang menjalin hubungan bilang kalo hubungan mereka lebih bahagia di media sosial daripada aslinya.

42% juga bilang bahwa mereka pake sosmed buat nunjukkan citra hubungan yg sempurna.
lucunya, ada penelitian lain yg bilang bahwa orang-orang cenderung merasa insecure kalo ngeliatin postingan orang-orang yang nggak begitu deket sama mereka.

artinya, begitu kita kenal lebih dalam sama mereka, ilusi kesempurnaan media sosial itu mulai hancur.
inilah yang membuktikan bahwa bias publikasi nggak cuma ada di dunia penelitian, tapi juga di kehidupan sehari-hari kita.
jadi, sebelum jatuh ke lubang insekuritas, coba inget ini:

yang kita lihat di media sosial mungkin cuma cuplikan 5 menit dari kehidupan seseorang. kita nggak tau 23 jam 55 menitnya lagi dia ngapain.

mungkin hidup nggak se-nggak-adil itu.
terus, mungkin kita juga sering ngalamin bahwa waktu kita insecure sama seseorang, orang itu juga insecure sama kita.

tapi, bukannya emang itu yang bakal terjadi kalo kita berusaha menampilkan citra terbaik di media sosial kita?
intinya, banyak orang yang terlibat dalam bias publikasi di media sosial (meskipun nggak semua).

hal itu bukan hal yang salah (malah mungkin bermanfaat buat personal branding) dan adalah hal yang wajar sekarang.
pertanyaannya, apakah kita mau membiarkan bias publikasi menguasai pikiran kita, atau mau mengakui keberadaannya dan menggunakan media sosial dengan bijak?

pilihan ada di tangan kita.
You can follow @studykinase.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.