PUBER BERISLAM

Sejak rezim Orde Baru tumbang, umat Islam yg dulu gerak-geriknya dibatasi dan diawasi kini bebas merdeka merayakan ekspresi berislam

Mereka berhamburan keluar merayakan kebebasan berislam laksana burung yg baru keluar dari sangkarnya

1/26
Namun ada beberapa jenis atau kelompok “puber berislam” di Indonesia:

1. Kelompok puber berkhilafah

Mereka adalah pengurus, aktivis atau simpatisan Hizbut Tahrir (HT), sebuah organisasi politik transnasional yg bermarkas di Inggris yg cabangnya di Indonesia bernama HTI

2/26
Mereka ini sejatinya adalah kelompok ideologis

Para tengkulak HT ini rajin sekali menjajakan barang dagangan “sistem khilafah” ke publik muslim sebagai “jalan dan solusi” bagi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Indonesia

3/26
Sistem khilafah ini adalah “barang dagangan rongsokan” yg tidak laku di negara2 lain, termasuk negara2 mayoritas berpenduduk Muslim di Timur Tengah, Afrika Utara, Afrika Barat, Asia Tengah, Asia Selatan, dlsb, tapi diminati oleh sebagian umat Islam di Indonesia

4/26
2. Golongan puber berbusana syar’i

Mereka adalah kaum muslim/muslimah yg mengimajinasikan sebuah busana yg dipersepsikan sesuai dengan syariat, ajaran normatif Islam, perintah Al-Qur’an, serta praktik berbusana Nabi Muhammad dan generasi awal umat Islam

5/26
Tapi, lantaran semangat berislam mereka itu tidak diimbangi dengan pengetahuan dan wawasan yg memadai, akibatnya jadi rancu dan lucu

Alih2 ingin “nyunah” atau “nyar’i”, malah jauh dari sunnah dan syariat

6/26
Misalnya saja begini: sebagian kaum muslim laki2 mengenakan “celana cingkrang” dengan alasan “nyunah”

Padahal, “celana setengah tiang” itu adalah produk kebudayaan masyarakat India-Pakistan

7/26
Para “cheerleader” Jamaah Tabligh-lah yg membawa dan memperkenalkan busana itu ke Indonesia

Sementara itu kaum muslimah ramai2 memakai abaya hitam plus hijab dan cadar hitam

8/26
Padahal itu produk kebudayaan kelompok Islamis revivalis kontemporer

Pakaian jenis abaya (jilbab gelombor) sendiri asal-usulnya berasal dari Persia, Yunani, dan Mesopotamia, merekalah yg memperkenalkan busana itu ke masyarakat Arab

9/26
3. Golongan puber berakidah

Mereka sejatinya golongan lama (yang sudah ada sejak abad2 silam di Indonesia)

Kelompok ini adalah golongan umat Islam yg hobi mengafirkan, mensyirikkan dan mengharamkan sesuatu karena dianggap tidak sesuai dengan akidah Islam

10/26
Di mata mereka, apa saja atau praktik apa saja bisa distempel kafir, syirik dan haram

Dalam praktiknya, sering kali kelompok ini sering overdosis atau kebablasan sehingga banyak sekali yg dicap kafir, syirik, atau haram seperti Nyi Roro Kidul, wayang, arca, makam, dlsb

11/26
4. Kelompok puber berhijrah

Mereka adalah kelompok Muslim anyaran/mualaf dan komunitas Muslim urban penggemar pengajian yg sedang senang2nya mengumpulkan pahala dan berbulan madu dengan Islam

12/26
Lagi2, karena semangat berislam tidak diiringi dengan wawasan dan pengetahuan yang mumpuni, akhirnya konsep hijrahnya pun jadi lucu dan wagu

13/26
Misalnya, kalau ada Muslimah berhijab dianggap berhijrah, kalau ada Muslimah berjilbab gelombor dianggap berhijrah

Kalau ada Muslim berjenggot atau bergamis dianggap berhijrah

14/26
Kalau ada yang ngomong akhi-ukhti atau tetek-bengek bahasa Arab dianggap berhijrah, begitu seterusnya

Padahal, di Timur Tengah, semua itu dipraktikkan oleh berbagai kelompok agama: Yahudi, Kristen, Yazidi, dlsb, bukan hanya muslim/muslimah saja

15/26
5. Kelompok puber bersurga

Mereka adalah golongan “surga hunter” atau pemburu surga

Mereka berimajinasi bahwa surga adalah tempat khusus yg dibuat Tuhan untuk umat Islam yg berpandangan dan berperilaku seperti mereka

16/26
Bukan hanya itu, mereka bahkan juga rajin “memasarkan” surga itu dan mengingatkan orang lain akan masuk neraka kalau tidak berpandangan dan berperilaku seperti mereka

Mereka lupa bahwa Islam bukanlah satu2nya agama yg memiliki konsep surga

17/26
Kenapa kaum puber dan overdosis berislam muncul di Indonesia?

Selain tumbangnya Pak Harto dan Orde Baru yg kemudian diikuti dengan munculnya iklim demokrasi, menjadi faktor utama (primer) atas berkembangnya berbagai kelompok puber/overdosis berislam ini

18/26
Ada juga sejumlah faktor sekunder yg menjadi pendukung atau komplemen

Misalnya, munculnya para penceramah Salafi dan Wahabi yg mengisi berbagai acara pengajian keislaman, baik di TV, radio maupun tempat2 publik

19/26
Kaum Salafi dan Wahabi adalah agen utama atau produser utama keislaman yang bercorak konservatif, intoleran, radikal, dan militan

20/26
Kemudian, berkembangnya media sosial seperti Google, Facebook, atau YouTube juga berperan besar dalam menyebarluaskan paham Salafisme dan Wahabisme

Banyak pengajian2 on-line atau “vlog” yg diposting di YouTube oleh berbagai mazhab dan kelompok keislaman

21/26
Faktor lain yg tidak kalah penting adalah lembeknya pemerintah dan aparat hukum dlm menangani berbagai macam aksi antitoleransi dan antikemajemukan di masyarakat yg dilakukan oleh berbagai kelompok Salafi ekstrem, Islamis militan, muslim intoleran, atau ormas Islam arogan

22/26
Kelembekan dan kelambanan ini menyebabkan mereka semakin leluasa

Ironisnya lagi, aksi2 konyol mereka sering kali didukung oleh oknum2 pemerintah dan aparat keamanan, selain mendapat legitimasi dari lembaga keulamaan seperti MUI (Majelis Ulama Indonesia)

23/26
Alih2 menindak tegas, pemerintah justru ikut “menternak” mereka

Pemerintah Soesilo Bambang Yudhoyono (2004-2014) sering kali dituding sebagai rezim yg turut menyuburkan pertumbuhan kaum Salafi dan kelompok muslim ekstrem ini

24/26
Di masa pemerintahannyalah, aneka kelompok Islam puritan-intoleran-konservatif, khususnya jaringan Partai Keadilan Sejahtera, mendapat perhatian besar

Partai inilah yg menjadi “markas” dan “induk semang” dari aneka ragam “kelompok Sawah” (Salafi-Wahabi) di Indonesia

25/26
✍️ Sumanto Al Qurtuby, dosen antropologi budaya di King Fahd University of Petroleum & Minerals, Arab Saudi

26/26
You can follow @NamakuBony.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.