Kolaborasi investigasi @temponewsroom dan @ConversationIDN mengindikasikan sejumlah publikasi ilmiah yang digunakan dosen-dosen di Indonesia bisa jadi merupakan jurnal predator.
Laporan ini terbit dalam Majalah Tempo edisi 30 Januari 2021.
[Sebuah Utas] https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/162450/bagaimana-dosen-dan-kampus-memanfaatkan-jurnal-predator-untuk-menaikkan-peringkat
Laporan ini terbit dalam Majalah Tempo edisi 30 Januari 2021.
[Sebuah Utas] https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/162450/bagaimana-dosen-dan-kampus-memanfaatkan-jurnal-predator-untuk-menaikkan-peringkat
Pada pertengahan 2020, Vinsensio Dugis, dosen HI @Unair_Official mendapat email dari Google Scholar bahwa salah satu paper-nya dimuat pada suatu publikasi mencurigakan bernama "Journal of Talent Development & Exellence" (JTDE) di situs http://iratde.com .
Upaya konfirmasi dari Vinsensio, Tempo, dan TCID pada dua dosen di Jerman & Australia yang termuat sebagai editor JTDE mengungkapkan jurnalnya diretas.
Jurnalnya kini digunakan peretas untuk menjiplak riset dan bisa jadi memfasilitasi penerbitan cepat dengan bayaran tertentu.
Jurnalnya kini digunakan peretas untuk menjiplak riset dan bisa jadi memfasilitasi penerbitan cepat dengan bayaran tertentu.
Jurnal abal-abal tersebut tidak hanya memuat penelitian dari beberapa dosen UNAIR, namun juga banyak dosen dan peneliti kampus lain di Jakarta, Malang, Surabaya, dan Makassar.
Selama ini, universitas di Indonesia bisa saja memfasilitasi penerbitan di jurnal internasional, kadang dengan biaya belasan juta per artikel.
Sayangnya, entah disadari maupun tidak, sebagian publikasi tersebut bisa jadi jurnal abal-abal yang minim review dari akademisi lain.
Sayangnya, entah disadari maupun tidak, sebagian publikasi tersebut bisa jadi jurnal abal-abal yang minim review dari akademisi lain.
Pusat Pengembangan Jurnal dan Publikasi Ilmiah (PPJPI) di UNAIR, misalnya, baru percaya bahwa Journal of Talent Development & Exellence merupakan jurnal abal-abal setelah ditunjukkan bukti percakapan dengan dosen di Jerman dan Australia.
Di mata kami, kentalnya budaya "banyak-banyakan publikasi" di pendidikan tinggi Indonesia seringkali mengorbankan kualitas penelitian maupun upaya universitas untuk memvalidasi kredibilitas dari suatu jurnal ilmiah. https://theconversation.com/jalan-evolusi-bibliometrik-indonesia-104781
Simak cerita lengkapnya di reportase "Adu Balap Jurnal Predator" pada Majalah Tempo ( @temponewsroom) edisi 30 Januari 2021: https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/162450/bagaimana-dosen-dan-kampus-memanfaatkan-jurnal-predator-untuk-menaikkan-peringkat