"Apakah orang yg sudah terinfeksi SARS-CoV-2 bisa terinfeksi kembali?"
"Saya sudah dinyatakan sembuh tp kok tes PCR positive kembali"
Ya, meskipun sudah terdokumentasi bahwa ada kasus reinfeksi, senja ini, sambil nyeruput kopi kyk anak indie aku mau share sesuatu yg lebih epic.
"Saya sudah dinyatakan sembuh tp kok tes PCR positive kembali"
Ya, meskipun sudah terdokumentasi bahwa ada kasus reinfeksi, senja ini, sambil nyeruput kopi kyk anak indie aku mau share sesuatu yg lebih epic.
Malam kemarin gw iseng lagi belajar lagi soal immune hijacking mechanisms nya beberapa virus yang sudah cukup lama kita kena, seperti salah satu yang paling keren itu retrovirus family, subgenus lentivirus, atau yang lebih kita kenal sebagai HIV.
HIV kita tau dia bisa menggunakan enzim reverse transcriptase untuk melakukan transposisi materi genetik RNA nya menjadi DNA dan kemudian melakukan fusi dengan kromosom inang (manusia). In short, setiap virus HIV bawa mesin RT-PCR nya sendiri setiap menginfeksi.
Nah kemudian gw jadi berfikir, HIV ini merupakan virus yang mempunyai origin zoonotic, yang membuktikan bahwa dia punya mekanisme untuk jumping (berpindah antar spesies inang). You know who else did that? Yep, SARS-CoV-2 (and like its predecessors SARS-1 and MERS-CoV)
In addition, as prior evidence shows, SARS-CoV-2 has the capability to trigger massive inflammation and cytokine recruitment upon very short period after infection - at a hyperacute state.
This causes a misdirection for the immune system to attack host cells.
This causes a misdirection for the immune system to attack host cells.
Host cells death pada SARS-CoV-2 melalui mekanisme apoptosis (sel bunuh diri) dengan mediasi caspase dan pyroptosis, which inherently results in more inflammatory response.
Singkatnya, terjadi hyperacute recruitment dan kematian sel (imun dan non-imun) yang mendeplesi limfosit.
Singkatnya, terjadi hyperacute recruitment dan kematian sel (imun dan non-imun) yang mendeplesi limfosit.
Tidak seperti HIV yang mendeplesi CD4+ sehingga membuat sel B, sel T dan produksi antibodi jadi terganggu, immune hijacking nya SARS-CoV-2 ini sepertinya belum jelas melalui pathway apa, dan semua ini terjadinya jauh lebih cepat drpd HIV yang butuh waktu sangat lama.
Meanwhile, pada proses ini gw berpikir soal reinfeksi ini. Apa benar persistent positive cases ini memang dia terinfeksi lagi? Padahal banyak yang mengaku sejak dia selesai dirawat, dia tidak kemana2, udah sadar, udah kapok ga mau remehin COVID-19 lagi.
Fenomena ini pun terdokumentasi pada paper Huang, J et. al. Dan Yuan, B et. al mengenai rekurensi kasus positif pada situasi terkontrol di mana kelompok individu tersebut terkarantina. Aneh bukan? Reinfeksi dari mana coba itu.
Oleh karena itu, pada Desember 2020, Zhang, L, et. al. melakukan penelitian mendalam tentang kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 mempunyai kemampuan yang mirip dengan HIV untuk melakukan reverse transkripsi dan mengintegrasikan materi genetiknya kepada genome manusia.
~17% dari genome manusia mempunyai retrotransposon LINE-1 (long interspersed nuclear element 1), yang menjadi tools endogen yang bisa dipinjam oleh SARS-CoV-2 untuk mengintegrasikan dirinya ke genom manusia. Tidak seperti HIV yang punya enzim reverse transcriptase sendiri.
Investigasi tersebut menunjukkan bacaan substansial akan terdeteksinya sekuens chimeric (gabungan koding host-viral) pada sample yang diuji. Ditemukan juga bahwa chimeric read abundance berkorelasi positif terhadap tingkat infeksius (viral RNA level) pada sample.
Chimeric junctions yg dipetakan paling tinggi pd protein N (nucleocapsid), yg konsisten dengan di mana kita tahu bahwa N RNA ini emang paling abundant di antara subgenom SARS-CoV-2. Subgenom ini yang kalau pada laporan CT value RT-PCR kalian kan ada E (envelope), N, ORF1ab, etc.
Analisis tersebut mendukung hipotesis bahwa RNA SARS-CoV dapat melakukan retrointegrasi kepada genome sel yang terinfeksi, sehingga menghasilkan mutasi gen manusia chimeric tadi.
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah dalam proses tersebut, saat sel terus mereplikasi, setiap sel anak termutasi akan dapat terus menginstruksikan untuk memproduksi anak virus. Hal ini terjadi pada infeksi HIV. Untuk SARS-CoV-2 ini perlu studi lebih lanjut.
Selain itu, ada hipotesis lain yang sedang diteliti mengenai potensi onkogenisitas daripada mutasi host-viral sel. Onkogenisitas adalah kemungkinan bahwa virus ini akan berpotensi menyebabkan keganasan (cancer).
Selain hipotesis bahwa SARS-CoV-2 dapat berpotensi menyebabkan prostate cancer, Chen, J, et. al pada papernya melaporkan bahwa protein pada virus dan beberapa obat anti-COVID-19 dpt menyebabkan reaktivasi infeksi laten KSHV (Kaposi's Sarcoma associated Herpes Virus).
KSHV merupakan salah satu virus penyebab keganasan papan atas yang bisa memanipulasi jalur signal intraselular untuk sustain dirinya. Di antara obat2 yang diteliti disebutkan bahwa Azithromycin, Nefamostat Mesylate, dan Remdesivir dpt meningkatkan ekspresi sel tumor KSHV+.
In conclusion:
1. SARS-CoV-2 persistent positive cases bisa disebabkan oleh mutasi host-viral cell.
2. Kemampuan transmisi virus pada poin 1 masih menjadi pertanyaan.
3. SARS-CoV-2 menyebabkan defisiensi imun yg jauh lebih cepat (hiperakut) daripada HIV.
4. Oncogenic potential?
1. SARS-CoV-2 persistent positive cases bisa disebabkan oleh mutasi host-viral cell.
2. Kemampuan transmisi virus pada poin 1 masih menjadi pertanyaan.
3. SARS-CoV-2 menyebabkan defisiensi imun yg jauh lebih cepat (hiperakut) daripada HIV.
4. Oncogenic potential?
Beberapa sumber pustaka thread ini:
1. https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.12.12.422516v1.full#ref-17
2. https://www.researchgate.net/publication/343030530_Recurrence_of_positive_SARS-CoV-2_viral_RNA_in_recovered_COVID-19_patients_during_medical_isolation_observation
3. https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.10.02.324228v1.full
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4749692/
1. https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.12.12.422516v1.full#ref-17
2. https://www.researchgate.net/publication/343030530_Recurrence_of_positive_SARS-CoV-2_viral_RNA_in_recovered_COVID-19_patients_during_medical_isolation_observation
3. https://www.biorxiv.org/content/10.1101/2020.10.02.324228v1.full
4. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4749692/
Yang jelas menurut gw:
1. Bakal butuh tes diagnostik lainnya utk membedakan antara infeksi akut dan mutasi host-viral.
2. Pandemi ini bakal lama.
3. Pandemi ini kemungkinan besar jadi gateway untuk pandemi lain dlm waktu dekat.
4. Hipotesis kemungkinan cancer cases naik tinggi.
1. Bakal butuh tes diagnostik lainnya utk membedakan antara infeksi akut dan mutasi host-viral.
2. Pandemi ini bakal lama.
3. Pandemi ini kemungkinan besar jadi gateway untuk pandemi lain dlm waktu dekat.
4. Hipotesis kemungkinan cancer cases naik tinggi.
There needs to be further studies done in support of or against this one - a preprint. Scientifically speaking, we should wait for more evidence. But this shit is freaking me out, ngl.
Tbh, this is arising more questions than it does answers. One thing for sure, is that "not knowing, sucks".
Feels like I need to put this here: https://twitter.com/dimmefive/status/1353474351933267968?s=19