Guwe mau cerita pengalaman guwe apply visa di Irlandia dan berurusan sama petugas polisi imigrasi di sini.
Biar tahu gimana panjangnya proses visa, suka dukanya jadi pemegang paspor ijo.
#CeritaIrlandia
Biar tahu gimana panjangnya proses visa, suka dukanya jadi pemegang paspor ijo.
#CeritaIrlandia
Jadi, gw daftar visa dari Jakarta. Masukin dokumen yang tergolong tidak ribet, standar bank statemen, surat dari kantor guwe, paspor, akte kelahiran, asuransi, serta surat pernyataan bahwa selama guwe di Irlandia tidak akan menjadi beban negara (aka minta duit jaminan sosial).
Waktu tunggu sendiri 6 bln. Dokumen diperiksa di Dublin dan selama nunggu, gw gak boleh masuk Irlandia sama sekali. Kunjungan pendek sekalipun. Gara-gara ini, gw gak bisa dtg di kawinan ipar, dan minta visa dipercepatpun dicuekin.
Begitu visa guwe jadi, cuma dikasih 3 bulan. Dalam jangka waktu 3 bulan itu gw mesti pindah dan lapor diri untuk dpt visa yg lbh panjang. Lapornya ke kantor GNIB (Garda National Immigration Bureau) alias kantor polisi imigrasi. Waktu itu gw di Dublin.
Daftar antrian untuk bisa lapor ini susah banget. Harus berdiri diam di luar gedung kantor polisi ini sebelum jam 7 pagi. Kantornya sendiri buka jam 8. Kalau terlambat, gak kebagian nomor antrian. Datang sblm jam 7 pun baru dilayani jam 4 sore.
Gak ada calo ataupun agen-agen yang ngurusin, apalagi bisa ngakalin supaya prosesnya cepet tanpa perlu antri. Kayak di Indonesia. Semua diperlakukan dengan sama. Sama-sama kehujanan dan sama-sama kedinginan.
Enak bener kalau bisa bayar agen buat ngantriin dingin-dingin.
Enak bener kalau bisa bayar agen buat ngantriin dingin-dingin.
Untuk perpanjangan visa itu gw harus menunjukkan berbagai macam dokumen lagi, termasuk bukti finansial, bukti perkawinan. Dokumen gw satu tas gw bawa. Suami jg harus dibawa karena mereka yang sponsor gw di negeri ini.
Proses visa ini sendiri gratis, karena gw istri orang Irlandia. Beda visa beda perlakuan dan beda biaya.
Visa gw yg baru dptnya gak lama, krn gw masih anak baru di Dublin.
Visa gw yg baru dptnya gak lama, krn gw masih anak baru di Dublin.
Begitu semua beres, petugas menjelaskan kalau: hak guwe sama dengan orang Irlandia, kecuali satu: guwe engga bisa nyoblos level nasional. Cuma bisa nyobolos untuk pemilihan lokal.
Halo pajak!
Halo pajak!
Sebagai bagian dari dokumen identitas gw, gw diberi kartu namanya saat itu GNIB card, skrg namanya udah ganti jadi Residence Permit Card.
Dokumen ini harus dibawa dan kalau ditanya polisi mesti bisa menunjukkan.
Lalu suatu hari...
Dokumen ini harus dibawa dan kalau ditanya polisi mesti bisa menunjukkan.
Lalu suatu hari...
Guwe pulang dari Paris, berdua sama suami. Dia di antrian EU, gw ada di antrian non-EU. Selama di Paris gw gak keluar duit sepeserpun, jadi gak ngeh gak bawa dompet dan tentunya kartu itu ada di dompet.
Jangan tanya gimana paniknya guwe. Udah ngeri banget. Mau mati rasanya.
Jangan tanya gimana paniknya guwe. Udah ngeri banget. Mau mati rasanya.
Sampai depan bilik petugas, guwe langsung minta maaf dan mengaku dosa. Itu momen paling menakutkan karena ini dokumen imigrasi dan ijin tinggal gw. Kalau gak bisa masuk, gw bisa terlunta-lunta di bandara.
Matiklah kalau sama imigrasi emang gak bisa aneh-aneh.
Matiklah kalau sama imigrasi emang gak bisa aneh-aneh.
Untungnya, di model ijin tinggal lama itu, selain kartu kita juga dikasih stempel di pasport yg memberikan ijin keluar masuk. Multiple entry visa namanya (sekarang udah dihapus). Jadi gw bisa masuk.
Tapi tunggu dulu!
Tapi tunggu dulu!
Ditegur dengan serius sama petugas dan diceramahi panjang ttg pentingnya dokumen itu. Lupa bawa kartu ini dendanya beberapa ratus Euro (500 kalau gak salah).
Hari itu gw melenggang dengan pelajaran sangat berharga.
Hari itu gw melenggang dengan pelajaran sangat berharga.
Setahun kemudian gw balik lagi ke kantor GNIB itu. Proses yg sama lagi: antri panjang, bawa suami dan bonus: petugas nanya apakah masih kawin dgn org yg sama.
Mungkin agak gak sopan dengernya, tapi di sini banyak perkawinan bodong demi dpt paspor Irlandia.
Mungkin agak gak sopan dengernya, tapi di sini banyak perkawinan bodong demi dpt paspor Irlandia.
Guwe sendiri gak pernah ditanya soal rekening gabungan. Tapi ada seorang temen orang Indonesia juga yang sampai pontang-panting krn gak punya rekening gabungan. Punya anak juga gak jaminan petugas gak curiga.
Begitu guwe pindah ke luar Dublin, paspor gw baru, jadi harus perpanjangan ijin tinggal lagi. Kalau sebelumnya gw mesti antri jam 7 pagi. Ini guwe mesti datang tengah malam jam 12, krn polisi yang bertugas shiftnya malam. Lagi-lagi datangnya hrs dengan suami, gak boleh sendiri.
Visa guwe diperpanjang, tapi tak seumur paspor (5 tahun), cuma diberi 2 tahun krn gw anak baru di kampung ini. Durasi visa ini terserah si polisi yang meriksa. Kalau dapat yang mau ngasih panjang, bisa dapat 5 tahun, kalau engga ya kayak guwe, bolak-balik berkunjung ke sana.
Visa itu urusan "stay or leave", gak bisa macam-macam, karena nasib kita di tangan orang lain. Di tangan pasangan sebagai sponsor dan ditangan petugas imigrasi yang menilai resiko.
Perilaku kita harus selalu baik dan gak melanggar hukum. Taat pajak dan nggak ngemis tunjangan.
Perilaku kita harus selalu baik dan gak melanggar hukum. Taat pajak dan nggak ngemis tunjangan.
Masuk sini legal aja, guwe harus selalu menjaga perilaku dan ikut aturan. Ngurusin dokumen di sini juga gak semudah ngebayar agen. Semua diurus sendiri.
Gak kebayang deh cemasnya kalau masuk ilegal, atau pakai visa yang gak sesuai. Pasti bolak-balik cemas kalau lihat polisi.
Gak kebayang deh cemasnya kalau masuk ilegal, atau pakai visa yang gak sesuai. Pasti bolak-balik cemas kalau lihat polisi.
Terakhir, urusan kerjaan gw juga sangat terkait dengan visa ini. Kalau mau daftar kerjaan kemana-mana gw pasti ditanya visa lu apa.
Di kantor pun gw mesti menyerahkan dokumen visa ini supaya mereka tahu sampai kapan gw boleh kerja. Sampai tgl kartu ijin gw abis.
Di kantor pun gw mesti menyerahkan dokumen visa ini supaya mereka tahu sampai kapan gw boleh kerja. Sampai tgl kartu ijin gw abis.
Semoga ini memberikan gambaran bagi kalian gimana tak mudahnya urusan visa di negeri orang.
"Di mana bumi dipijak, di situ kita bayar pajak".
Sekian.
"Di mana bumi dipijak, di situ kita bayar pajak".
Sekian.