Sebuah ngaji tipiz-tipiz

BismiLlahirrahmanirrahim.

Segala apa yg terjadi di bumi dan dirimu tidaklah terjadi kecuali telah ditetapkanNya dlm 'Kitab Takdir' sblum kejadian itu terjadi. Segala kejadian itu (termsuk pandemi) amatlah mudah bagi Allah Swt tuk menterjadikannya.
Segala ketetapan takdir itu dibuatNya (dirahasiakan) agar:

- kau tak putus asa pada apa yg blm kau dapatkan
- kau tak sombong trhdap apa yg telau kau dapatkan.
Ruang rahasia takdir itulah yg kita diprintahNya tuk ngisi dgn memohon padaNya, jgn putus ada dr pertolonganNya, dan karenanya ikhtiarlah.
Allah Swt takkan mengubah nasib suatu kaum sampai kaum itu berikhtiar tuk mengubahnya.

Ada tafsir menarik gini: bhw mengubah pd dirinya ialah mengubah, meluruskan, hadapan hatinya padaNya, llu perbaiki amal syariatnya, lalu perbaiki, genahkan ikhtiarnya.
Nakun begitu, ayat barusan msh berlanjut: dan jika Allah Swt menghendaki (menetapkan takdir) suatu keburukan/kegagalan baginya, mk tiada yg bs menghalangiNya tuk menterjadikannya.
Tegese, mau kita telah merasa keren iman, amal, doa, ikhtiarnya, sekencang apa pun, ttplah kehendakNya, ketetapanNya, itulah yg kan menang terjadi. Manusia is nothing di hadapan konteks ini.
Bagi hati yg tunduk nyatu padaNya, segala ketetapanNya selalu dipahami dan diterima sbg hal terbaik baginya kini. Entah besok, dst. Bahkan jikapun itu adlah kegagalan, keadaan pandemi, dst

Inilah yg dimsksud falyu'minubi (percayalah padaKu (atas pemberian terbaik) saat ini).
Lantas dipertanyakanNya: (jika benar kamu iman begitu) bukankah Allah Swt (semestinya) telah cukup bg hambaNya?

Ya iya, mestinya begitu. Mestinya kita merasa "tidak ada rasa takut dan sedih dlm hidup"; buah dr iman dan takwa itu.

Tp knp kita takut dan sedih pdhal beriman takwa?
Deraan sedih takut itu akibat kita tdk benar² memenuhi pertanyaanNya tadi "Bukankah (semestinya) Allah Swt tlh cukup bagu hambaNya?"

Ini disebabkan kita mengangkat hal² selain Allah Swt sbg penolong, penentu, hidup kita.

Ya apa aja.
Bisa ilmu kita, amal kita, diri kita, kapital kita, jaringan kita, dst. Saat kita menegakkan segala hal selain Allah Swt sbg Sang Penguasa, Sang Penentu, seketika kita bersandar/ menghadap/menjaminkan pd zat yg rapuh! Wajar jika dampaknya kita pun rapuh, galauan, mumetan, dst.
Perumpamaan mereka yg mengangkat selain Allah Swt sbg penolongnya bagaikan laba² yg membangun sarangnya pdhl sungguh serapuh-rapuhnya rumah asalah rumah laba-laba.
Maka jgnlah mencari Tuhan selain Allah Swt. Tiada Tuhan selain Allah Swt. Segala sesuatu binasa kecuali Wajah Allah Swt. KepadaNya lah segala perkara dikembalikan/diputuskan dan kepadaNya pulalah kalian akan digiring/dipulangkan.
Maaf kata nggih.

Secara ilmu sains, kita tahu ngadepi pandemi dgn 3M. Oke, ayuk lakoni. Ini rung ikhtiar kita, syariat kita. Saya jelas percaya sama keterangan sains ini. Dan ikut.

TETAPI, hati sang mukmin takkan pernah menjadikan 3M itu sbg penentu kemudian. Tidak!
3M itu hanyalah amal lahiriah, sebutlah serupa dgn menabunglah jk pengin punya uang, bekerjalah jika pengin punya penghasilan, dst.

Sellu dan selalu hanya Allah Swt lah yg dihadap, disembahi, dituhankan, sbg Sang Penguasa, Sang Penentu, Sang Pemutus.
Persis kamu kerja keras, menabung disiplin, bukankah tiada jaminan pula bhw uangmu takkan habis buat di luar rencanamu? Mungkin ketipu, sakit, bantu saudra, ortu, dst.

Jd kerja n menabung laku lahiriah syariat, hati selalu ngadep padaNya sbg Sang Penentu takdir. Wes.
Jika orang nda mau 3M, atas nama takdir, ini masalah. Tiadanya ikhtiar tdk dibenarkan olehNya, sbb kita diperintahNya berusaha.

Sebaliknya, disiplin 3M tp tiada tawakal atas apa yg kan diterjadikanNya, buahnya ya tak jauh dr cemas, khawatir, takut, parno, dst.
Tp gini: keterangan beginian cukuplah nyala di hati, ya. Nda usah diselebrasikan. Biar nda jatuh jd keluputan hawa nafsu cum kesombongan. Saya nulis gini cuma tuk kepentingan keterangan. Nda lebih. Biarin nyala tauhid, manunggaling, fananya diri, cukup dinikmati indahnya di hati.
Terkahir.

Segla kejadian yg baik datang dr sisi Allah Swt dan segala kejadian yg buruk datang dari sisimu sendiri.

Bahkan, apa yg kita sebut gagal, derita, sejatinya hanya pemahaman kita yg kita dasarkan pd hawa nafsu kita tuk cuma dpat yg sesuai keinginan, ya.
Jika itu semua tdk kita sebt begitu lagi, lalu kita imani bhw ketetapanNya kini adalah hal terbaik buat kuta kini (tanpa syarat kita harus tahu maksud, nalar, dan hikmahnya dl), mk pemahaman kita auto geser: bukan bencana, bukan gagal, bukan derita, ya takdirNya aja. Dan terbaik.
Bhw itu nda sesuai keinginan kita, ya ayuk mohon padaNya, optimis, penuhi hakNya, dan ikhtiar kerja keras. Semoga dikaruniaiNya apa yg sesuai keinginan.

Jika terwujud, itulah takdir terbaik dariNya saat itu. Jika blm, ya itu lagi² takdir terbaik buat kita saat itu. Dst
Msl.

Krn satu sebab, uangmu habis 10jt. Kejadian itu jelas takdirNya. Terbaik pula. Itu nalar iman, ya.

Jika kamu tak kunjung rela, yg kamu rasakan hanyalah marah, kecewa, sedih, benci, gak nyaman, terus-menerus.
Bhkn km bis terjatuh pd perbuatan buruk. Msl, melabrak orang dan terjadi hal buruk lain. Bukankah logis dikatakan bhw kejadian buruk ini akibatmu, datang dr sisimu, saja, bermula dr km tak ridha pada ketetpanNya itu?

Cb balik. Jika km ridha, yakin itu takdir terbaik dariNya,
Kamu akan lega hati, lega pikir, dan kebaikan² kondisimu ini buah dr ridhamu padaNya, yg itu berarri datang dari sisiNya.

Jd, segala dera cemas, takut, nestapa, derita,sejatinya disebabkan km blm benar² menghadap padaNya sbg si hamba, 'abdun, bg Sang Raja, Sang Tuan Yang Maha.
Segala rasa tak nyaman itu isyarat bhw km sdg menghadap, menegakkan, dan bahkan menyembah dirimu sendiri beserta sgl ambisi sekligus kerapuhannya, maka wajarlah krn semua itu bkn datang dari sisiNya, yg terjadi adalah bukan kebaikan (bg dirimu).
Semakin km tegakkan dirimu, semakin goncang dan rapuhlah jalanmu; semakin kamu bisa menghadap hanya kepadaNya, semakin enyalah rasa sedih dan takut dr hidupmu.

As simply as.

Tuk menuju maqam begitu, diperlukan riyadhah, mujahadah, bimbingan guru.

WaLlahu a'lam bish shawab.🙏
You can follow @edi_akhiles.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.