On Interaction Design vs Science. Jadi UX ini sebenernya di bawah payung Art & Design atau Science & Engineering? Program Master’s di bidang UX bervariasi letak fakultasnya. Di University of Washington tempat gw belajar dulu malah Program UX ini ada di 4 Fakultas yang berbeda:
Engineering, Computer Science, Design, dan Information Science. Kebingungan payung body of knowledge ini implikasinya lumayan. Misalkan secara practice mendesign, jadi UX harus kaya gimana dong? Atau kalau kita mau do UX research, metodologinya harus pinjam dari bidang mana?
Gw jg ga tau jawaban finalnya, tapi ini let's discuss. Yang pertama tentang nature design vs science. Stolterman yang paling getol kampanye tentang perbedaan keduanya. Katanya science itu naturnya universal dan menghadapi "the existing". Sedangkan design itu naturnya spesific,
dan menghadapi yang "non existing". Science itu melandaskan teorinya pada proses scientific method sedangkan design lebih memfokuskan pada hasil, outcome. Notion dari Stolterman ini implikasinya lmyan menarik ke praktek UX, karena kalau UX itu bukanlah science, berarti kita,
sebagai designer salah dong kalau selama ini mengantungkan pada teori dan filosofi dari science (psychology science, behaviour economic, cognitive science, ergonomics, etc)? Coba liat kelas2 tentang UX, suka ada tuh materi tentang "UX laws". Karena mungkin kita sebagai designer
berasa insecure dengan bidang kita, bekerja bareng para para engineer dan data science di tech startup, dan somehow jadi perlu membuat bidang kita lebih "hard science". Dulu gw ada satu kelas namanya "HCI theories", setiap minggunya kita disuruh mempelajari teori HCI termutakhir
di tahun itu (2011): Activity theory, Dcog, situated action, actor network, etnomethodology, etc. Tapi selama 10 tahun terakhir ini gw ga pernah ketika mendesign halaman product detail keinget apa yang diomongin sama Edwin Hutchins. Anekdot ini bkn gw lmyan setuju sama Stolterman
jangan2 emang UX practice ini payung utamanya bukanlah science/ HCI, tapi design. Coba kita pake UX law yang terkenal: Fitt's law misalkan, yang selalu diajarkan di semua kelas dan socmed ttg UX. Gw coba tanya lagi, ada ga yang waktu ngedesign pernah masukin rumus Fitt's law ini?
Another study dari Yvonne Rogers kasih argumen bahwa 85% designer lebih memakai "intuisi"nya ketika mereka mendesign dan jarang sekali membuat keputusan berdasarkan science. Kalau design != science, trus gimana dong kita sebagai designer mendapatkan tempat di organisasi kita.
Padahal those science jargon yang suka kita pake sebagai amunisi buat ngeyakinin stakeholder kita. Dan those rigor dari scientific method yang suka kita junjung tinggi di UX riset supaya kita dapat seat at the table. Donald A. Schon mungkin punya salah satu jawabannya.
Notion utama dari dia bahwa rigor dan "scientific method" di bidang design itu berbeda dari hard science. Rigor di bidang design itu salah satunya berpusat pada kegiatan reflection. Refleksi ketika mendesign dan refleksi setelah mendesign.
Schon kasih contoh bahwa rigor dalam mendesign itu seperti naik sepeda. Ketika seorang naik sepeda, keahlian dinilai dari refleksinya ketika dia sedang mengendarai sepeda. Akan berbeda ketika orang ditanya "Kalau ada jalan terjal, kamu kira2 bakal menggenjot pedalmu seperti apa?"
Bahkan ada yg lebih radikal lagi, Forlizzi Zimmerman bilang kalau hasil design kita itulah teori (design artifacts as theories). Jalan tengah yang lebih moderat diambil sama Krippendorff. Dia kasih notion kalau teori bisa aja dipakai di bidang design tapi: ga boleh terlalu
mengekang, justru membuat designer lebih reflective dan generatif, toolnya simple yang fokus ke doing, framework yang membantu mengambil decision, atau high level filosofi yang open buat interpretasi.
Contohnya teori2 seperti affordance nya Don Norman. Dia ga terlalu kasih rumus yang saklek tapi dia ngasih sebuah pointer penting yg designer bisa "knowing on doing" - another konsep dari Yvec.
Jadi wdyt? UX Research ini harus ngikut ke rigornya design atau rigornya science? UX design lebih bagus mempunyai teori2 dan hukum2 yang saklek atau gimana?
You can follow @SumitroYoel.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.