Tingkat kematian infeksi Covid-19 dan kaitannya dengan penanganan pandemi di Indonesia: Sebuah utas.

Catatan: Utas ini sebaiknya dibaca secara keseluruhan, karena kalau diambil sepotong-potong dapat memberi kesimpulan yang menyesatkan.
Pertama, sekarang kita telah mengetahui lebih banyak tentang penyakit ini. Estimasi tingkat kematian di awal wabah, misalnya, yg ~4% berdasarkan data Wuhan ternyata sangat overestimated berhubung waktu itu kita belum tahu banyak tentang OTG yang ternyata jumlahnya sangat besar.
Selain itu, salah satu karakter utama penyakit Covid-19 adalah faktor risikonya yang sangat asimetris terhadap usia, di mana tingkat kematiannya berkali-kali lipat lebih tinggi seiring bertambahnya usia.
Sederhananya, sebelumnya keluarga virus korona memiliki 2 macam anggota: ringan (common cold; OC43, HKU1, 229E, NL63) dan berat (SARS, MERS). Masalah utama dengan penyakit COVID-19 ini adalah ia berwujud ganda. Bagi sebagian besar yang muda ia ringan, bagi lansia ia mematikan.
Grafik @zorinaq ini menunjukkan tingkat kematian COVID-19 per kel usia jika dibandingkan dgn flu. Dapat diperhatikan bgmn risiko penyakit ini sedikit lebih tinggi dr flu utk kel usia <30 tahun, namun semakin tinggi usianya gap risiko Covid vs flu semakin lebar sampai >10x lipat.
Karena faktor risiko yang sangat asimetris terhadap usia ini, estimasi tingkat kematian infeksi Covid-19 di setiap negara perlu memerhatikan demografi penduduk di negara tersebut, seperti yang dibuat oleh @TheEconomist di mana untuk Indonesia estimasinya adalah 0,2-0,4%.
Saya sendiri juga mencoba menghitung tingkat kematian infeksi COVID-19 di Indonesia dgn menggunakan data BPS dan @zorinaq di atas dan mendapatkan estimasi yg serupa yaitu sekitar 0,28%.

https://www.bps.go.id/indikator/indikator/view_data_pub/0000/api_pub/58/da_03/1

[twit ini rentan dicomot dan diinterpretasikan tanpa konteks]
Untuk mengilustrasikan efek faktor risiko yang asimetris terhadap usia ini, berikut perbandingannya dengan estimasi tingkat kematian infeksi Covid-19 untuk penduduk lokal Singapura, yaitu sekitar 0,67% (sekitar 2,4 x lipat dari Indonesia).
Estimasi ini, tentunya, hanya berdasarkan kel usia, tidak memasukkan faktor lain seperti perawatan. Dengan kondisi yg cukup umum di mana deteksi di Indonesia sering telat, mungkin kita dapat menaikkan estimasi tingkat kematian infeksinya menjadi 0,3-0,4%.

Apa implikasinya?
#1: Dengan skala wabah yang sama, tingkat kematian di Indonesia tidak akan setinggi di, misalnya, Eropa dan AS, simply karena faktor populasi yang lebih muda. Jika populasi Indonesia setua Eropa, jumlah kematiannya sudah akan mencapai lebih dari seratus ribu jiwa.
Hal ini menjelaskan mengapa penanganan wabah di Indonesia buruk tapi jumlah kematiannya tidak setinggi di Eropa/AS. Ada faktor keberuntungan bahwa populasi Indonesia tidak setua Eropa/AS.
Pentingnya faktor usia ini juga berarti bahwa sebaiknya kalau mau membandingkan dengan negara lain, tidak usah jauh-jauh. Bandingkan saja dengan negara tetangga yang profil demografinya lebih mirip. Dari sana akan lebih jelas bagaimana performa Indonesia dalam pandemi ini.
Atau, kalau mau lebih terukur lagi, bandingkan jumlah kematian Covid-19 dgn estimasi maksimum jumlah kematian Covid-19 di negara tsb jika misalnya 60-70% penduduk terinfeksi.

Untuk Indonesia, estimasi maksimum jumlah kematiannya sekitar 500-800 ribu orang (0,2-0,3% dr populasi).
Dengan jumlah kematian Covid-19 yg sebenarnya saat ini mungkin sudah mencapai ~50 ribu orang, itu berarti Indonesia telah mencapai 6-10% kematian maksimum dari Covid-19. Sebagai perbandingan, jumlah kematian Covid-19 di Singapura adalah 0,15% dari estimasi kematian maksimum.
(Dengan jumlah kematian sebenarnya mungkin sudah mencapai ~50 ribu orang, hal ini juga berarti bahwa jumlah infeksi sesungguhnya di Indonesia mungkin sudah mencapai 10-16 juta orang, atau 4-6% dari seluruh populasi.)
Namun hal ini tidak berarti bahwa kalau begitu biarkan saja virusnya menyebar luas, toh yang meninggal 'hanya' 0,3%! Sekali lagi, yang dilihat bukan 0,3%-nya, tapi faktor risikonya yang sangat asimetris jika tertular.

@ainunnajib sums it aptly: "Muda menulari, tua mati."
Dalam menilai risiko dalam wabah ini, pertanyaannya bukan sekadar soal apakah kita akan sembuh atau tidak jika terinfeksi, namun apa yang akan terjadi jika kita menularkan virus ini ke orang tua kita, orang-orang di sekitar kita yang lebih rentan, dst.
Bagaimana kita merespons wabah ini menunjukkan tanggung jawab sosial kita terhadap orang-orang yang lebih tua dan rentan di antara kita. We are in this together dan wabah ini hanya bisa diselesaikan bersama-sama.
Belum lagi kenyataan bahwa jumlah kematian adalah indeks paling hilir dalam wabah ini. Bagaimana dengan tingkat rawat inap dan ICU-nya? Penularan yang tidak terkendali berpotensi mengakibatkan kolapsnya layanan kesehatan, seperti yang sudah terjadi di berbagai tempat saat ini.
Itulah mengapa obsesi pemerintah terhadap angka kesembuhan sangat salah kaprah dalam memahami wabah ini. Yang seharusnya menjadi ukuran adalah tingkat penularannya, yang kita harus usahakan untuk ditekan serendah mungkin.

Headline @lawancovid19_id ketika 🇮🇩 mencatat rekor kasus:
#2: Di sisi lain, populasi yang lebih muda juga memberikan tantangan tersendiri, yaitu sangat banyaknya OTG/gejala ringan yang akan tidak terdeteksi di masyarakat dan berpotensi menjadi sumber penularan (walau OTG relatif lebih rendah potensi menularnya, tetap bisa menularkan).
Dengan jumlah kematian sekitar 300-400 orang/hari saat ini (terkonfirmasi versi daerah + estimasi probabel yang tidak dites), jumlah infeksi di Indonesia mungkin telah mencapai 100 ribu infeksi/hari, sementara yang terdeteksi hanya sekitar 8 ribu kasus/hari.
Hal ini menggarisbawahi perlunya penggunaan masker secara universal, krn kita sulit tahu siapa yg terinfeksi dgn begitu banyaknya OTG.

Enforcement masker harus lebih gencar lagi dan perlu dibangun ekspektasi bahwa masy masih perlu memakai masker utk setidaknya setahun ke depan.
In summary, efek faktor populasi yang relatif lebih muda:

- Tingkat kematian infeksi yang relatif lebih rendah

- Memberi tantangan dari sisi pengendalian wabah dengan banyaknya OTG/gejala ringan yang akan tidak terdeteksi terutama dengan kapasitas tes yg terbatas

😷😷

[end]
You can follow @septian.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.