Mengapa resolusi tahun baru mudah gagal?

Kita tentu punya impian dong, “di tahun ini aku mau X!”
Tapi konon 80% resolusi tahun baru ternyata gagal bahkan ketika baru di bulan Februari. 📉

- sebuah utas singkat tentang pembentukan perilaku -
Salah satu penyebab utama kegagalan pembentukan perilaku baru adalah karena goal yang kita buat terlalu ‘abstrak’ misalnya “aku mau rajin olahraga” atau “aku mau kurus” atau “aku mau nulis buku”

Rajin itu seperti apa? 🤔
Kurus itu semana? 🤔
Nulis apa? Berapa halaman? 🤔
Dst...
Dalam pembentukan perilaku, disarankan mengikuti prinsip S-M-A-R-T.

S - Specific
Buatlah target yang spesifik. “Kurus” saja tidak cukup. Lebih baik ada target berapa kilogram, atau sampai baju/celana tertentu muat.

Dengan goal spesifik, otak kita lebih mudah membayangkannya!
Hal yang tidak spesifik biasanya tidak terjadi. Misalnya, kita ngajak temen “eh kita musti buka puasa bareng nih!” atau “kita reunian yuk!” ternyata lebih sering tidak terjadi.

Kalau dibuat spesifik “kita berlima ketemuan di tempat X tanggal Y jam Z” maka lebih mungkin terjadi
SMART

M: measurable, bisa diukur.

Untuk mengetahui progress kita, baiknya sesuatu bisa diukur. Rajin olahraga bisa diukur dengan “lari sekian kilometer”, hidup sehat bisa diukur dengan “kilogram” atau “minum manis maksimal 1 gelas per minggu”.
Sesuatu yang tidak terukur membuat kita sudah untuk berkembang. Sebaliknya, dengan adanya suatu ukuran dan kita mendekati atau melampai ukuran tersebut maka kita makin semangat.

Soalnya, tantangan punya resolusi kan sama: semakin hari akan makin kendor!
SMART

A: Achievable, mampu dilaksanakan

Pernah ada klien yang bilang mau mengubah pola hidupnya. “Saya mau bangun pagi jam 5 dan lari 5 km. SETIAP HARI!”

Pertanyaan saya, “ya itu bisa tercapai besok. Kira-kira apakah itu bisa bertahan selama 3 bulan?”

Dia tersipu malu ⬇️
Problem dengan target yang terlalu tinggi adalah, ketika tidak mencapainya maka kita bisa mikir “wah, ini sia-sia dicoba, susah banget!”

Jadi yang diubah bukan target, tapi cara mencapai targetnya. Sebaiknya masuk akal, mampu laksana.
SMART

R: Reward, ada hadiah

Problem lain dari mencoba hal baru adalah hadiah atau reward yang kita dapatkan kadang terlalu jauh.

Olahraga sekarang ➡️ langsingnya 6 bulan dari sekarang.
Nulis naskah ➡️ terbitnya 9 bulan dari sekarang (itu kalau terbit)

Kadang keburu kendor 😭
Ubah cara pandang = ubah persepsi. Olahraga bikin berkeringat banyak dan rasa segar, itu semua bisa jadi ‘hadiah’ instan buat kita.

Ada juga orang yang bikin goal tapi ga jelas manfaatnya buat mereka. Temen gue pernah mau hapalin kamus oxford coba. Gagal di hari kedua.
SMART

T: time limited, ada batas waktu

Ada Parkinson’s Law: pekerjaan akan menyesuaikan waktu. Kasih tugas seseorang deadline 1 minggu, akan selesai dalam seminggu. Panjangin jadi sebulan, akan selesai dalam sebulan.

Gimana kalau tidak ada batas waktu? Yak, bisa ga selesai
Jadi bukan hanya perlu bikin deadline “kerjaan saya harus selesai 3 bulan dari sekarang!” Melainkan apa yang mau dikerjakan di batas waktu 1 bulan ini? 1 minggu ini? Atau... di hari ini?

Gimana kalau ga ada deadline? Bisa loh kita yang buat dan janjikan sendiri ke orang lain.
Untuk diskusi resolusi tahun baru kamu alias ‘new year, new me’ (yang biasanya ga tercapai ituuu 😭) kami rancang seminar awal tahun.

Membahas persiapan memulai tahun: gimana lepas dari cerita masa lalu dan menjalani masa kini untuk meraih masa depan.

https://docs.google.com/forms/d/e/1FAIpQLSc61gsEHUtndoZTXndfxD4ZBhqjmpEMDHfaiTl5ZcOBVcWfBQ/viewform?usp=send_form
You can follow @ndreamon.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.