Pengalamanku bekerja sebagai asisten pribadi fotografer National Geographic, Joseph Rodriguez. #BerkasAlva
Circa 2016 saya datang ke talkshow fotografi di kampus, dimana beliau datang untuk berbicara tentang pengalamannya sebagai fotografer. Lalu kami bertemu lagi di NYC pada tahun 2019 (Acara Photoville).
Kebetulan saya suka dengan style fotografinya, juga ingin belajar lebih dekat dengan fotojurnalisme. Awalnya deg deg ser tapi akhirnya nekat setelah selesai acara speech saya tarik kesamping panggung dan saya tanya apakah beliau butuh asisten. Jawabannya : IYA
Joseph Rodriguez adalah senior photojournalist di berbagai media, termasuk Washington Post dan National Geographic. Cek di http://www.josephrodriguezphotography.com
Terima kasih like dan retweetnya, saya mau sharing2 pandangan beliau tentang fotojurnalisme dan bagaimana proses belajar saya selama dimentori beliau. IG beliau https://www.instagram.com/rollie6x6/
Lanjut ya... Menurut beliau Fotojurnalisme bukan serta merta mengekspos / dramatisir kejahatan + kemiskinan. Acap kali ketika saya melakukan edit beliau selalu bilang untuk tidak over-editing yang kesan fotonya terlalu menjadi dramatis + gelap
Approach beliau adalah everyday struggle and family, dimana seorang kriminal pun bisa jadi adalah seorang bapak yang baik. Atau the hopes behind the cell bars. Sebelum saya bekerja beliau sempat bilang, "Are you serious? Because this is some serious shits."
Beliau memanusiakan manusia lewat foto-fotonya. Bukan hanya mengekspose borok dan menjual berita. Portraitnya hidup karena beliau juga turut terlibat hati dan pikirannya didalam membuat foto.
Pernah suatu kali beliau menghardik saya ketika saya foto terlalu jauh dengan subjek. Beliau bilang untuk saya mendekati dan berinteraksi dengan subjek foto. Prinsip Research - Reflect - Revisit ditanamkan betul kedalam proses foto.
Selain itu saya juga bekerja menjadi editor beliau, saya dilatih menjadi editor gallery grade untuk urusan Scanning sampai Post Production Editing.
Berikut 2 artikel yang kami kerjakan
https://www.washingtonpost.com/magazine/2019/10/28/this-man-was-just-released-prison-after-serving-years-photographer-was-there-meet-him-facilitys-gate/ https://slate.com/business/2020/10/eviction-covid-rent-strike-south-bronx.html
https://www.washingtonpost.com/magazine/2019/10/28/this-man-was-just-released-prison-after-serving-years-photographer-was-there-meet-him-facilitys-gate/ https://slate.com/business/2020/10/eviction-covid-rent-strike-south-bronx.html
Selama menjadi asistennya saya banyak belajar untuk memahami dan mengenal betul subjek foto (bahkan sebelum memotret), dan benar-benar mengambil waktu untuk kembali lagi terus menerus, sehingga hasil foto terpoles dan bermakna lebih dalam
Situasi bekerja dengan beliau. Bertemu dengan teman2 Street Dreams Magazine, kuratorial print, seleksi foto bersama galleristnya (Bene Taschen), menjadi asisten mengajar saat berkunjung di Bronx Documentary Center (Bersama NYU Tisch)
Seringkali saya berada di working station ini dirumah beliau. Menyeleksi foto di lightbox, membaca berbagai buku referensi, hingga berdiskusi foto. Beberapa jam sesi dengan beliau saja sudah setara dengan Master Degree, malah banyak ilmu yang tidak didapat di uni
Editing itu penting, karena kita sebagai artist menyeleksi karya, dan touch up, memoles karya sebelum akhirnya turun cetak ke publik. Bahkan sekelas Ansel Adams pun punya 5 print version berbeda untuk 1 foto.
Kebetulan styleku cocok dengan beliau, workflownya pun cepat, sehingga kami langsung klop di awal. Beliau sedikit keras gayanya, tapi murni because he ain't play around. Semua karyanya serius. Maka saya sebagai "Mata dan tangan kedua" beliau juga harus serius
Ternyata banyak sekali filosofi dan ilmu jurnalisme yang tidak diajarkan di univ yang ternyata penting untuk dipelajari. Maka ketika saya kembali ke Indonesia, sedikit janggal ketika melihat skena fotografi Indonesia
Salah satunya adalah minimnya research dan revisit, absennya caption dan catatan, serta approach cliche dan kurangnya interaksi dengan subjek foto. Padahal semua ini penting sekali.
Karena beliau memotret untuk bercerita, bukan hanya eksploitasi dan dramatisasi kemiskinan dan kriminalisme. Dan beliau hidup bersama foto-fotonya.
Oiya, cerita foto yang lain tersusun rapi di direktori #BerkasAlva
Holy shit you guys are awesome. Thank you!!! Hope 2021 will be better than ever!