1.Judul pada berita http://Kompas.com di bawah sebenarnya sdh beberapa hari belakangan ini telah menjadi perbincangan di twitter.
2. Untuk mengeksplorasi masalah kebingungan tsb, serta karena rasa ingin tahu yang demikian besar, sy mencoba menelusuri berbagai referensi, di antaranya ke jurnal2 ilmiah yg membahas tentang vaksinasi covid19,tmsk Guidances WHO.
3.Beruntung sy menemukan tulisan Carl Zimmer pada “The New York Times” updated tanggal 4 Desember 2020, yang berjudul “2 Companies Say Their Vaccines Are 95% Effective. What Does That Mean”.
4.Tulisan yg simpel, mudah dipahami dan memiliki kontekstual terhadap berbagai jurnal ilmiah utk masalah vaksinasi dengan muatan informasi yang lengkap tentang bagaimana menilai suatu vaksin dengan parameter2 yg menggunakan ukuran2 matematis.
5.Itu sebabnya akan sangat dipahami, ketika introduksi dalam tulisan tsb dimulai dengan kalimat : “You might assume that 95 out of every 100 people vaccinated will be protected from Covid-19. But that’s not how the math works
6. Terjemahan kalimat itu “Anda mungkin berasumsi bahwa 95 dari setiap 100 orang yang divaksinasi akan terlindungi dari Covid-19. Tapi itu bukan cara kerja matematika”. Sepertinya ada suatu bentuk sanggahan melalui kalimat tsb, terkait dg pengertian effektiveness dalam vaksinasi.
7. Bbrp pengertian yg dianggap sangat penting utk dipahami dlm masalah vaksinasi ini, dan secara lengkap didefinisikan terlebih dahulu oleh Carl Zimmer.Ini bbrp yg sdh sy terjemahkan:
8. Pemahaman terhadap pengertian-pengertian tersebut sangat penting karena dua kondisi yang harus dijalani dalam vaksinasi, yaitu kondisi pada tahap uji klinis (fase 1, 2 dan 3) dan saat vaksinasi digunakan di dunia nyata.
9. Pada tahap uji klinis, pengukuran dilakukan melalui tingkat kemanjuran (Efficacy Rate) dari vaksin yang diuji, sementara setelah dilaunching ke publik (real world) pengukuran baru menggunakan parameter efektivitas (effectiveness).
10. Dalam membahas masalah Efficacy Rate, Carl Zimmer menggunakan uji klinis dari vaksin Pfizer di Amerika, yang mengklaim bahwa “that Pfizer’s coronavirus vaccine had an efficacy rate of 95 percent”
11. Dalam uji klinis tersebut jumlah relawan yg digunakan sebagai sampel adalah 43.661 subjects, yang selanjutnya dibagi menjadi dua group yaitu grup placebo dan grup vaksindg masing2 subjek berjumlah 21.830 orang.
12. Utk klaim dari Pfizer yang menyatakan bhw efficacy rate dlm uji klinis tsb adalah 95%, Carl Zimmer membuat iterasi dan rekursi, yg memperlihatkan pencapaian angka 95% tsb, dg memperlihatkan terlebih dahulu efek treatment pada test sebagaimana dijelaskannya di bawah ini:
13. Selanjutnya, langkah-langkah iteratif dan rekursi dibuatnya untuk memperlihatkan tercapainya angka efficacy rate 95% tersebut, sebagai berikut:
14. Karena keterkaitannya dengan “risiko infeksi”, maka angka Efficacy Rate sebesar 95% terjemahan kualitatifnya adlh “pada kondisi yang sama dengan uji coba klinis, vaksin memiliki kemampuan untuk mengurangi risiko penularan sebesar 95%”.
15.Jika melihat proses uji coba klinik dari Pfizer hingga klaim Efficacy Ratenya 95%, sungguh wajar jika ada kekhawatiran @PartaiSocmed terhadap klaim hasil uji coba Sinovac di Brazil dg Efficacy Rate sebesar >50%.
16.Kita lihat twit @PartaiSocmed yg menyatakan bhw “klaim yang dibuat hanya berdasarkan kepada keyakinan”. Itu adlh insting @PartaiSocmed yg mempertanyakan motif keberanian orang yg bermain-main dg suatu parameter kepastian, dg mengabaikan prosedur keilmiahan yg hrs ditempuh.
17.Tentang pengertian effective dalam kaitan vaksinasi, secara lebih lengkap saya temukan dalam suatu jurnal tentang pengertian Effectiveness dalam kaitan dengan vaksinasi (Geoffrey A. Weinberg & Peter G.Szilagyi, 2010).
18.Dinyatakan dlm jurnal tsb bhw “ Efektivitas vaksin sering dibingungkan dengan kemanjuran (efficacy) vaksin. Kedua istilah tsb sangat berbeda, meskipun terkait. Keefektifan vaksin adalah pandangan “dunia nyata” ttg bgmn suatu vaksin mengurangi penyakit dalam suatu populasi.
19. Efikasi dan keefektifan vaksin adalah ukuran yang membandingkan tingkat penyakit antara orang yang divaksinasi dan yang tidak divaksinasi. Efikasi diukur dalam uji klinis terkontrol, sedangkan efektivitas diukur setelah vaksin disetujui untuk digunakan pada populasi umum
20. Apa yang telah dijelaskan di atas, mudah2an saja akan menstimuli sikap objektivitas, manakala kita dihadapkan kepada penilaian ttg efektivitas program vaksinasi yang segera akan dilakukan pemerintah, sebagaimana yang telah dinyatakan oleh Menkes:
21. Demikian, selamat malam.