SERAT KALATIDHA

Ronggo Warsito

#SeratKalatidha
Mumpung lagi mood ngetweet panjang. Kita coba ulas salah satu karya terkenalnya Ronggo Warsito yuk yg berjudul "Serat Kalatidha". Hasil karya serat ini berbentuk tembang atau macopatan yg terdiri dari 12 bait & ditulis seluruhnya dalam aksara Jawa (Hanacaraka) gagrak Surakarta.
Namun sblm membahas isi dari Serat Kalatidha mari kita mengenal sepintas sosok dari R. Ng. (Raden Ngabehi) Rangga Warsita atau yg lebih dikenal dgn Ronggo Warsito. Beliau adlh salah satu pujangga terkenal dari Kasunanan Surakarta & dianggap pujangga besar terakhir di pulau Jawa.
Ronggo Warsito lahir pada 14 Maret, 1802 dengan nama Bagoes Boerhan. Beliau merupakan cucu dari Yasadipura II pujangga utama kerajaan Kasunanan Surakarta. Ronggo Warsito diangkat menjadi pujangga Kasunanan setelah kematian ayahnya oleh Belanda.
Pada masa hidupnya Ronggo Warsito dibenci oleh Belada karena dianggap tulisannya banyak membangkitkan semangat perlawanan pada pribumi. Ronggo Warsito meninggal pada 24 Desember, 1873 dengan penyebab kematian yang masih misterius hingga kini.
Ronggo Warsito banyak menghasilkan tulisan diantaranya:
Bambang Dwihastha: cariyos Ringgit, Purwa Bausastra Kawi atau Kamus Kawi–Jawa, yg ditulis dgn C.F. Winter sr., Sajarah Pandhawa lan Korawa: miturut Mahabharata, yg ditulis dgn C.F. Winter sr.,Sapta Dharma, Serat Aji Pamasa,
Serat Candrarini, Serat Cemporet, Serat Jaka Lodang, Serat Jayengbaya, Serat Kalatidha, Serat Panitisastra, Serat Pandji Jayeng Tilam, Serat Paramasastra, Serat Paramayoga, Serat Pawarsakan, Serat Pustaka Raja, Suluk Saloka Jiwa, Serat Wedaraga, Serat Witaradya,
Sri Kresna Barata, Wirid Hidayat Jati, Wirid Ma'lumat Jati, Serat Sabda Jati.
Serat Kalatidha ditulis konon pada saat Ronggo Warsito kecewa mendalam terkait kenaikan jabatannya yang tidak sesuai dengan harapannya. Kalatidha terdiri dari kata Kala dan Tidha yang berarti Zaman Edan. Serat ini terdiri dari 3 bagian (bait 1 - 6, bait 7 dan bait 8 - 12).
Bait ke 7 merupakan bait yang paling terkenal. Bagian pertama mengenai curahan hati Ronggo Warsito yang tanpa prinsip, bagian kedua mengenai ketekadan niat dan intropeksi diri dan bagian terakhir mengenai penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah.
Berikut adalah isi dari ke 12 bait tersebut:

Bait 1

Mangkya darajating praja
kawuryan wus sunya-ruri
rurah pangrehing ukara
karana tanpa palupi.

Ponang parameng kawi
kawileting tyas malatkung
kongas kasudranira
tidhem tandhaning dumadi.
Hardayengrat dening karoban rubeda.
Artinya :

Sekarang derajat negara
terlihat telah suram
pelaksanaan undang" sudah rusak
karena tanpa teladan

Kini sang pujangga
hatinya diliputi rasa sedih prihatin
tampak jelas kehina-dinanya
amat suram tanda" kehidupan
Akibat kesukaran duniawi
bertubi-tubi kebanjiran, bencana
Bait 2

Ratune ratu utama
patihe patih linuwih
pra nayaka tyas raharja
panekara becik-becik
parandene tan dadi
paliyasing kalabendu.
Malah sangkin andadra
Rubeda kang ngreribedi.
Beda-beda hardane wong sanagara.
Artinya :

Raja yg tengah berkuasa adalah raja utama
Perdana menteripun seorang yg terpilih
Para menteri juga bercita-cita menyejahterakan rakyat
Pegawai aparatnyapun baik"
meski demikian tidak menjadi penolak
atas zaman terkutuk ini
Malahan keadaan semakin menjadi-jadi
berbagai rintangan yang mengganggu
Berbeda-beda perbuatan angkara orang seluruh negara
Bait 3

Katatangi tangisira
sira sang parameng kawi
kawileting tyas duhtita
kataman ing reh wirangi
dening upaya sandi
sumaruna anarawang
panglipur manuhara
met pamrih melik pakolih
temah su-ha ing karsa tanpa weweka.
Artine :

Daripada menangis sedih
Bangkitlah wahai sang pujangga
Meski diliputi penuh duka cita
Mendapatkan rasa malu
Atas berbagai fitnah orang
Mereka yg mendekatimu
Bergaul menghibur hatimu
Pdhl bermaksud memperoleh keuntungan
Sehingga merusak cita" luhur
Krn tanpa kehati"anmu
Bait 4

Dhasar karoban pawarta
babaratan ujar lamis
pinudya dadya pangarsa
wekasan malah kawuri
yen pinikir sayekti
pedah apa aneng ngayun
adhedher kaluputan
siniraman banyu lali
Lamun tuwuh dadi kekembang beka
Artinya :

Dasarnya terpetik berbagai berita
Kabar angin yg berujar munafik
Sang pujangga hendak diangkat menjadi pemuka
Akhirnya malahan berada di belakang
Apabila dipikir-pikir dgn benar
Berfaedah apa berada dimuka
Menanam benih" kesalahan
Disirami oleh air kelupaan
Apabila tumbuh berkembang menjadi kesukaran
Bait 5

Ujaring Panitisastra
awawarah asung peling
ing jaman keneng musibat
wong ambek jatmika kontit.
Mangkono yen niteni.
Pedah apa amituhu
pawarta lalawora
mundak angroronta ati.
Angur baya ngiketa cariteng kuna.
Artinya:

Menurut buku Panitisastra
Memberi ajaran dan peringatan
Di dalam zaman yang penuh bencana
Bahwa orang berjiwa bijak justru kalah berada di belakang
Demikian apabila mau memperhatikan tanda-tanda zaman.
Apakah gunanya kita percaya
Pada berita-berita kosong
Justru terasa semakin menyakitkan hati
Lebih baik menulis cerita-cerita kuno.
Bait 6

Keni kinarya darsana
palimbang ala lan becik.
Sayekti akeh kewala
lalakon kang dadi tamsil
masalahing ngaurip
wahanira tinemu
temahan anarima
mupus papasthening takdir
puluh-puluh anglakoni kaelokan.
Artinya :

Hal itu dapat digunakan sebagai teladan
Untuk membandingkan hal buruk dan baik
Tentunya banyak juga
kelakuan-kelakuan yang menjadi contoh
tentang masalah-masalah hidup
hingga akhirnya ditemukannya
keadaan tawakal atau menerima
menyadari akan ketentuan takdir Tuhan
bagaimana pula hal ini mengalami keanehan.
Bait 7

Amenangi jaman edan
ewuh aya ing pambudi
Melu edan nora tahan
yen tan milu nglakoni
boya kaduman melik
kaliren wakasanipun.
Dlilalah kersa Allah
begja-begjaning kang lali
luwih begja kang eling lan waspada.
Artinya :

Menghadapi zaman edan
Keadaan menjadi serba sulit
Turut serta edan tdk tahan
Apabila tidak turut serta melakukan
Tdk mendapat bagian
Akhirnya menderita kelaparan
Sudah menjadi kehendak Allah
Betapapun bahagianya orang yg lupa
Lebih berbahagia mereka yg sadar & waspada
Bait 8

Samono iku babasan
padu paduning kapengin
enggih makoten Man Doplang
bener ingkang ngarani
nanging sajroning batin
sejatine nyamut-nyamut
Wis tuwa arep apa
Muhung mahasing ngasepi
Supayantuk parimamaning Hyang Suksma.
Artinya :

Demikianlah perumpaannya
Padahal mereka menginginkan
Bukankah demikian paman Doplang
Benar juga yang menyangkanya
Namun didalam batin
Sesungguhnya hal itu msaih jauh
Sudah tua mau apa lagi
Sebaiknya menjauhkan diri dari keramaian duniawi
Supaya mendapatkan anugerah kasih Tuhan Yang Maha Esa.
Bait 9

Beda lan kang wus santosa
kinarilan ing Hyang Widhi
Satiba malanganeya
Tan susah ngupaya kasil
Saking mangunah prapti.
Pangeran paring pitulung
Marga samaning titah
Rupa sabarang pikolih
Parandene masih taberi ikhtiyar.
Artinya :

Berbeda bagi mereka yang telah teguh sentosa
Jiwanya dianugerahi Tuhan Yang Maha Esa
Betapapun tingkah laku perbuatannya
Tidak susah untuk mendapatkan penghasilan
Oleh karena dari datangnya pertolongan Tuhan
Tuhan senantiasa memberikan petunjuk
pertolongan
Berupa segala sesuatu yang bermanfaat
Meskipun demikian dia masih tetap tekun rajin berusaha.
Bait 10

Sakadare linakonan
mung tumindak mara ati
angger tan dadi prakara
karana wirayat muni
ikhtiyar iku yekti
pamilihe reh rahayu
sinambi budi daya
kanthi awas lawan eling
kang kaesthi antuka parmaning Suksma.
Artinya :

Sekedar menjalani hidup
Hanya semata bertindak mengenakkan hati
Asalkan tidak menjadi suatu masala
Dengan memperhatikan petuah orang tua
Bahwa ikhtiar itu sesungguhnya
Memilih jalan agar selamat
Sambil terus berusaha
Disertai dengan awas dan sadar
Yang bertujuan agar mendapatkan kasih anugerah Tuhan.
Bait 11

Ya Allah Ya Rasulullah
kang sipat murah lan asih
mugi-mugi aparinga
pitulung ingkang martani
ing alam awal akhir
dumunung ing gesang ulun
mangkya sampun awredha
ing wekasan kadi pundi
mila mugi wontena pitulung Tuwan.
Artinya :

Ya Allah Ya Rasulullah yang bersifat pemurah dan pengasih
Semoga berkenan melimpahkan
Pertolongan yang menyelamatkan
Di dunia hingga di akhirat
Tempat hidup hamba
Padahal sekarang hamba sudah tua
Pada akhirnya nanti bagaimana terserah
Maka semoga ada pertolongan Tuhan
Bait 12

Sageda sabar santosa
Mati sajroning ngaurip kalis
ing reh huru-hara
murka angkara sumingkir
tarlen meleng melatsih
sanityaseng tyas mamatuh
badharing sapudhendha
antuk wajar sawatawis
borong angga suwarga mesi martaya.
Artinya :

Semoga dapat sabar sentosa
Laksana mati di dalam hidup
Terbebas dari segala kerusuhan
Angkara murka tamak loba menyingkir semua.
Tiada lain karena berkonsentrasi demi memohon kasih Tuhan
senantiasa melatih hatinya patuh
agar dapat mengurungkan kutukan
sehingga mendapat sinar terang sekedarnya
berserah diri agar dapat masuk surga yang berisi keabadian.
Demikianlah isi dari 12 bait Serat Kalatidha karya R. Ng. Rangga Warsita. Serat ini sangat populer khususnya pada generasi tua Jawa dimana serat ini masih sering didendangkan dalam bentuk macopatan.

Source:
- Serat Kalatidha Ronggowarsito
- https://en.m.wikipedia.org/wiki/Ranggawarsita
You can follow @Ngunyah_Bantal.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.