SEORANG laki laki pergi ke gereja. Ia lupa mematikan (silent mode) hp nya, dan secara tiba tiba berdering waktu sedang berdoa.
Seorang menegurnya dari depan, Beberapa orang memarahinya usai berdoa karena dia sudah mengganggu kekhusukan dan ketenangan mereka ketika berdoa.
Seorang menegurnya dari depan, Beberapa orang memarahinya usai berdoa karena dia sudah mengganggu kekhusukan dan ketenangan mereka ketika berdoa.
Dalam perjalanan pulang, istrinya terus memarahinya karena keteledorannya sepanjang jalan pulang ke rumah.
Orang orang tampak melihatnya dg rasa nyinyir dan menertawakannya, dipermalukan dan meremehkannya.
Orang orang tampak melihatnya dg rasa nyinyir dan menertawakannya, dipermalukan dan meremehkannya.
Sejak itu, ia memutuskan untuk tidak pernah lagi melangkahkan kakinya ke gereja itu.
Dan…
Malamnya, ia pergi ke cafe. Masih merasa gugup dan terguncang, ia tidak sengaja menumpahkan minumannya di meja.
Dan…
Malamnya, ia pergi ke cafe. Masih merasa gugup dan terguncang, ia tidak sengaja menumpahkan minumannya di meja.
Pelayan bar dengan sigap meminta maaf dan memberikan lap bersih untuk membersihkan pakaiannya.
Petugas kebersihan mengepel lantai. Manajer bar itu memberikan minuman pengganti.
Petugas kebersihan mengepel lantai. Manajer bar itu memberikan minuman pengganti.
Ia juga memberikannya pelukan serta berkata, “Jangan kuatir, siapa sih yang tidak pernah berbuat salah?”
Sejak saat itu, ia tidak pernah berhenti datang ke bar itu.
PELAJARAN:
Terkadang sikap kita sebagai orang beriman dan percaya malah mengantarkan jiwa-jiwa ke neraka.
Sejak saat itu, ia tidak pernah berhenti datang ke bar itu.
PELAJARAN:
Terkadang sikap kita sebagai orang beriman dan percaya malah mengantarkan jiwa-jiwa ke neraka.
Kita memagari dan mengekslusifkan diri kita seakan kita adalah orang-orang suci.
Bagaimana kita bicara tentang menenangkan jiwa, bila fokus kita adalah kesalahan-kesalahan orang lain saja?
Bagaimana kita bicara tentang menenangkan jiwa, bila fokus kita adalah kesalahan-kesalahan orang lain saja?
Mari asah kembali mata hati kita, bukan soal siapa benar ataupun siapa salah, namun respon kita yang menentukan. 



