apa benar mereka yang single itu kebahagiaanya jauh dibawah dibandingkan mereka yang sudah berpasangan atau menikah?

A TREAD BELLOW, Enjoy
Disclaimer dulu ya gengs, jadi materi yang akan saya jelaskan dibawah ini hasil resume atau rangkungan dari Ibu Sri Juwita Kusumawardhani, M.Psi, Psikolog. yang dilakukan oleh Makna aksara. link video:
mohon maaf kalo banyak kesalahan
ternyata single itu ada 3 jenis loh, apa aja si?
Ada 3 jenis single
1.Legally single: orang yang belum nikah (pacaran juga termasuk ya).
2.Socially single: masyarakat atau org terdekat melihat bahwa org ini tidak menjalin hubungan (bisa saja HTS, deket tapi ga pernah diposting jadi ga ada yg tau).
3.Personally single/totally single: orang yang tidak menjalin hubungan dan org tersebut mempersepsikan dirinya single
Ketiga jenis ini tidak ada yang lebih baik atau buruk. Semua kembali bagaimana konteks kehidupan sehari-hari bisa saja yang single bahagia, menikah tapi tidak bahagia karna terlalu banyak konflik.
Single yang bahagia, kenapa harus? Saat kita tidak bahagia kita akan attract orang yang tidak bahagia atau akan attract unhealthy relationship.

walaupun single, seseorang pasti punya keinginan untuk memiliki hubungan meskipun bukan pacaran, bisa saja hanya komitmen
Kenapa ada single yang bahagia dan tidak?
hal ini didasari berbagai faktor, salah duanya ialah sosial media dan lingkungan, kedua hal tsbt pressurenya kuat seperti banyak tuntutan. Tuntutan tsbtlah yang membuat tidak bahagia.
Contoh, banyak orang (terutama orang tua) yang berpikir life line sehabis kuliah harusnya nikah (terutama perempuan). hal tsbt didasari dari ketakutan anaknya tidak akan menikah atau terlalu lama menjomblo/pacaran
selain itu banyak juga influencer, artis atau akun sosmed yang “menjual” kebahagiaan ketika menikah. sehingga banyak orang yang terfokus mengubah status dari single ke punya pasangan atau menikah dan tidak terfokus terhadap kebahagiaannya.
Bisa saja perubahan statustersebut hanya sebagai "tameng" untuk jawaban ketika ditanya “udah nikah belum?” dari lingkungan. Tanpa mereka sadari lingkungan tidak akan pernah bertanya “udah bahagia belum?”(dari perubahan status tersebut terutama ketika sudah menikah)
Ada pula yang terburu-buru menikah atau tidak ingin melepaskan status pacaran padahal hubungannya sudah tidak sehat. alasannya kembali ke pernyataan sebelumnya yaitu hanya dijadikan "tameng" saja agar mudah menjawab atau terhindar dari pertanyaan dari lingkungan.
lalu, apa sih yang perlu dilakukan ketika ingin menjalin relasi? Check dulu ya kita atau calon pasangan itu ada di tipe 1 atau 2.
Tipe 1 point 1. orang yang sejak lahir tidak pernah menjalin hubungan, lihat bagaimana caranya menjalin relasi dengan lingkungan seperti teman terdekat atau teman seangkatan. Bisa jadi ketidakmampuan bersosialisasi atau menjalin relasi yang membuatnya tidak bisa pacaran.
lalu bisa juga lihat keluarganya, keluarga juga menjadi fondasi dalam menjalin relasi. Bisa dilihat bagaimana hubungan orang tua, bisa saja memang tidak broken home tapi ternyata hubungan orangtaunya tidak hangat yang membuatnya kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain
Tipe 2 point 1. Jika sudah pernah menjalin hubungan, bisa dicheck kembali previous relationshipnya, apakah pernah dapet janji manis, diselingkuhin atau mendapat kekerasan?
point 3 (sebenarnya ini bisa untuk tipe 1 atau 2) Lihat bagaimana social skills dalam menjalin hubungan dengan orang lain selain intimate person, bisa saja kita orang yang tidak menyenangkan atau orang yang annoying. jika dari awal sudah mengganggu pasti akan sulit menjalin hub.
lalu selanjutnya kita identifikasi kembali akar masalahnya, point mana yang bermasalah. Jika 3 3nya biasanya point 1 akarnya. terutama pengalamannya di keluarga.
lalu caranya ialah terima keadaan, bisa dilakukan dengan self-healing.
self-healing ini bisa dilakukan banyak banyak cara. yang terpenting perbanyak informasi. informasi bisa kita dapatkan dari Youtube, buku, jurnal atau sebagainya
"Setiap orang punya luka, ada yang bisa (mudah atau perlahan) untuk up ada yang ga bisa, luka setiap orang juga beda beda, ada yang hanya goresan ada yang sangat basah.
Karna luka psikologis tidak terlihat banyak orang yang berpikir time will heal padahal kenyatannya tdk bgtu".
Bagaimana kalo susah move on?apa alasan kita boleh kembali atau tdk?
Lihat alasan putusnya,misal kekerasan, beda agama atau apa. Lihat kemungkinan alasan putusnya. Kalo yang ga bisa diubah lbh baik ga usah kembali.
menjalin hubungan itu sebenernya Investasi, semakin lama maka akan semakin sulit (untuk lepas) terlepas kita tersakiti atau tidak.

"Lebih baik single daripada menjalin hubungan yang tidak membahagiakan atau tidak sehat."
Tahap perkembangan dewasa muda – 40 thn itu punya pasangan karna tantangan hidup akan lebih tinggi jadi butuh pasangan untuk support karena biasanya orang terdekat (subling, sahabat, orang tua, dll) sudah punya hubungannya sendiri atau kesibukannya masing-masing.
kembali kepertanyaan sebelumnya, Jadi boleh saja kembali ke hubungan yang terdahulu selama sudah ada improvement atau perubahan yang lebih baik. Kalo tdk ada lebih baik tidak usah kembali.
Fun fact
bnyk pasangan yg ketika pacaran tdk melakukan deep talk, bertukar pendapat/perspektif thdp sesuatu misalnya kenapa pasangan memilih calon A dan kita memilih B dalam pilkada, hal tsbt bisa saja merefleksikan nilai-nilai yg dianut yg bertujuan agar smakin mengenal pasangan
FF kedua ialah Bertukar perasaan, sejauh mana kita merasa nyaman sharing our feeling ke pasangan, apakah pasangan orang yang perrtama kali pop up dalam ingatan ketika kita ada masalah atau sesuatu yg ingin dibagi, jika tidak kenapa, sepertinya ada yang salah dengan hubungannya
lalu Bagaimana jika ingin memulai hubungan baru? apa yang harus di siapkan atau diperhatikan? setidaknya ada 4 hal yaitu take our time, evaluasi diri, evaluasi hubungan sebelumnya dan perluas jaringan (pergaulan)
1.Kalo baru putus, take ur time, jangan buru-buru melengkapi kekosongan yang dirasakan Karna ga fair buat calon pasangan kalo kita masih belum move on. Bukan berarti harus melupakan mantan tapi bagaimana kita bisa berani melangkah dengan pengalaman yang sudah kita miliki.
Banyak orang yang memilih mencari distraksi ketika terluka bukan menganggap luka tersebut sebagai bagian dari dirinya dan harus menerima luka tersebut serta terus berkembang.
Jadi tidak usah terburu-buru harus bahagia padahal putus juga baru 1 minggu, so relax, take ur time.
“Ketika kita tidak stress atau tidak sedih bukan berarti kita bahagia. Bisa saja itu 0 saja.”
2.Setelah punya waktu, evaluasi mengenai hubungan atau pasangannya terdahulu. Misal ternyata kita sulit jalin hubungan dengan orang yang begini atau yang begitu.

Coba Realistis dalam mencari pasangan, jangan mau semua kesempurnaan misal yang kaya, ganteng/cantik, baik,ga galak
ga pernah kasar, terkenal (sangat sulit mendapatkanya kecuali menacari di beberapa orang”selingkuh”).

Jadi Harus dapat juga menerima kekurangan dan kelebihan pasangan/calon pasangan.
3.Evaluasi mengenai diri sendiri.
Penting melihat kualitas positif diri, indikator individu yang sehat ialah punya self-esteem (harga diri)yang baik. Menerima paketan (kekurangan dan kelebihan) diri kita sebelum mau menerima paketan pasangan.
Karna bagaimana bisa kita menerima pasangan/calon pasangan jika kita tidak menerima diri sendiri.
Sejalan dengan teori keselamatan dalam pesawat “selamatkan diri sendiri terlebih dahulu agar bisa menyelamatkan orang lain”.
dan yang ke 4.Perluas pergaulan, dengan bertemu banyak orang kita banyak belajar hal baru yang mungkin hal tersebut bisa mempertemukan kita dengan potensial partner, kalo ga buka relasi nanti potensial pertnernya itu-itu aja (similar) nanti malah ga tumbuh dan susah move on.
Setelah melakukan hal diatas yang perlu difokuskan atau fokus utama ialah: romantic relationship itu ketika dijalani bukan bikin kita downgrade, harusnya bisa bikin kita tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik (upgrade) bukan hanya hubungan yang bernilai romantis semata.
tapii.... Hubungan yang tidak baik bukan berarti berakhir begitu saja, harus ada insight atau pembelajaran yang kita dapatkan. (mubazir atuh ya udah abisin waktu tapi cuma dapet luka hehe, jadi minimal ada insight)
Orang yang mencari orang lain untuk melengkapi dirinya akan bertemu orang lain yang kosong (orang yang mencari orang lain untuk melengkapi dirinya pula). Konsep lengkap bukan semua hal harus terisi/dimiliki tapi mampu menerima diri sendiri maka akan mudah menerima orang lain.
Jangan berfikir setelah gagal menjalin hubungan membuat kita takut & memutuskan untk langsung menikah, carilah insight atau pengalaman dr hubungan tsbt. Menikah bukanlah solusi ataupun jawaban. Menikah prlu persiapan secara mental krna jika tdk akan semakin parah ketika nantinya
Apa yang diperlukan untuk menyiapkan mental sebelum masuk ke dalam pernikahan. kurang lebih ada 3 hal yang perlu diperhatikan dan disiapkan.
1. Self-esteem
2. Kemandirian
3. Kematangan Emosi
1.Self-esteem (SE). Harus memiliki SE positif, agar insecurity gada, karna insecurity datang dari individu yang memiliki SE yang rendah atau negatif. merasa khawatir yang dimilikinya tidak dapat membuat pasangan puas atau bahagia.
jika SE sudah positif nanti gakan ada cemburu ga perlu, curiga ga perlu.
Boleh saja mengaku bahwa kita sedang membangun SE dengan catatan jngn memberikan PR kepada pasangan seperti “kamu harus ngerti dong aku kan lagi gini, kamu harus mikir sendiri caranya” karna apa?
yup benar, karena pasangan kita bukan mind reader. gamau dong yang nanti jadi sakit hati karena pasagan ga paham "kode" kita. so, perlu mengkomunikasikan perasaan kepada pasangan misal masalah SE tadi
2.Kemandirian. ada beberapa poin kemandirian
a. Kemandirian finansial. menjadi perlu karena jika masih tergantung kepada pihak lain seperti ortu, kemungkinan besar pihak tersebut akan ikut mengintervensi hubungan kita.
b. Kemandirian dalam mengambil keputusan. Misal milih baju, jangan sampai pasangan kita milih baju aja masih dipilihin ibunya(ada beneran loh), kalo begitu kasusnya kita siap ga kalo mertua terus milihin bajunya (padahal udah nikah)/kita siap ga gantiin ibunya dalam milihin baju
3.Kematangan emosi. Kemampuan merespons pasangan secara tepat. Misal kita lagi ga enak, lagi burn out, kita jangan ngilang gitu aja lebih baik kasih tau pasangan kita bahwa kita perlu waktu atau lagi ga nyaman dalam kondisi tersebut apalagi harus membahasnya.
Cronological Age (CA) itu bukan indikator pasti dalam kematangan emosi seseorang, namun menurut simbis (gatau nulisnya, udah nyari tapi blm nemu) umur 25 tahun harusnya sudah matang secara emosional walaupun bisa saja di bawah 25 tahun sudah matang emosinya atau sebaliknya.
Closing
Tantangan single itu lebih berat, menderita itu pilihan, jadi single belum tentu menderita.
Lebih baik berkarya dibanding cuma mikirin jodoh aja, cari kesibukan, dan jalinlah relasi (bonusnya bisa ketemu potensial partner). Mantapkan diri untuk calon pasangan.
tambahan deng, balik lagi ke pertanyaan paling pertama.

single itu belum tentu kebahagiannya lebih rendah dari mereka yang sudah menikah/berpasangan. bisa saja hubungannya tidak hangat dan supportif sehingga menjadi tidak bahagia.
jadi harus dilihat lebih spesifik konteksnya.
oiya gengs, maaf ya kalo aga sulit nemu benang merah dari point ke point karnya aku sbnernya ga suka nulis, ga jago ngerangkum juga. kalo ada salah penulisan maaf ya gengs.

open diskusi juga nih atau mau sharing-sharing jga boleh
You can follow @watashijedesu.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.