Sudah banyak kali kutengok yg bahas Pilkada Medan ini. Sebagai orang Medan, ngomonglah dulu awak sikit, ya.

Selain politik dinasti, mengapa tak kita bahas juga sikit “dinasti korupsi" di Medan? Bukan kaleng-kaleng itu, ah.
Pak Akhyar itu dulu wakilnya Pak Eldin. Beliau naik jadi wali kota karena Pak Eldin mutasi ke KPK. Pak Eldin sendiri juga dulunya wakil Pak Rahudman. Jadi wali kota karena Pak Rahudman sekolah ke LP Tanjung Gusta. Pak Rahudman ini pun menggantikan Pak Abdillah.
Nah, Pak Abdillah malah kompak ke KPK dengan wakinya, Pak Ramli.

Coklah kalian rimang-rimangi dulu sikit. Bukan dongeng ini. Fakta. Memang Pak Akhyar belum tentu bakal mutasi ke KPK, tapi pola itu, kan pantas membuat kami cemas? Masa kami tak boleh ganti menu?
Nah, sudahlah wali kota kami bolak-balik sekolah (tapi tak pande-pande), sampai pulaklah sama kami kabar, kereta api di Jakarta sudah masuk-masuk ke dalam tanah, Surabaya sudah macam Jepang, Bandung banyak tamannya, Palembang punya stadion kelas dunia, dst.

QMax! Apa tak palax?
Apakah Medan betol-betol tidur, tak ada pembangunan? Ada. Jalan tol dan flyover tambah, sudah punya underpass, rel kereta api pun kami tengok sekarang sudah mulai main atas, Podomoro City sudah macam sekeping Orchard.

Tapi rupanya itu kerjaan pemerintah pusat atau swasta, wkwk.
Nah, tiba-tiba, tap! Muncul nama Bobby ini. Waktu dia tembus dapat anak Presiden, dah banyak yg diam-diam syor sebenarnya. Bukan kaleng-kaleng itu, ah. Bukan bangsawan. Bermarga pulak.

Cok dulu, untuk kedua kalinya kalian rimang-rimangi juga. Bukan dongeng Aladdin ini. Fakta.
Memang anak Medan itu banyak yg nampak keras, macam sudah tahan tikam. Senggol sikit, retak dada kau. Tapi utk mendekati anak kepling (Ketua RT) pun kadang-kadang dingin juga lututnya.

Jadi, jujur salutlah kita sama kawan ini.
Dari tadinya maen-maen, makin kencanglah suara agar dia ini maju. Kenapa? Pertama, karena dia dianggap berani itu. Di Medan ini, kalau tak berani bagus pulang aja. Betul ini.

Yang harus dihadapi pemimpin di Medan ini: 20 % rakyat, 80% ketua. Berat.
Betul ini. Jadi, kalau kalian lihat ada tenda dipasang, musik keyboard (organ tunggal) dimainkan, itu dua gendangnya: pernikahan atau pelantikan. Artinya, yang terus bertambah jumlahnya di Medan ini ada dua: anak dan ketua. Belum lagi anak ketua. Ini pun banyak yg sengak juga.
Kedua, sosok dia juga dianggap akan bisa menembus Jakarta untuk membawa anggaran lebih besar membenahi kota ini. Sudah rusak kali Medan ini.

Taulah kita, anggaran negara, kan, terbatas, sementara ada 17 ribu pulau harus diurus, ratusan juta jiwa harus diperhatikan.
Jujur, Medan dan Sumut secara umum itu benar-benar dianaktirikan soal anggaran. Yang malasnya kami ribut. Penduduk Sumut berapa kali lipat lebih besar daripada Aceh, tapi anggaran kami tak ada apa-apanya dibanding tetangga kami itu. Tapi tak mengapa. Kan utk saudara kita juga.
Sengajanya kutahan ini sebelum pencoblosan. Tak fair juga menimpakan "beban sejarah" dinasti korupsi itu ke pundak Pak Akhyar yg sedang fight.

Banyak kali analisis. Awak selipkanlah pandangan sebagai PS, wkwk.

Prasangka adalah urusan pemiliknya :) https://twitter.com/Najib_al/status/1336977229528485888
"Tap" itu interjeksi, menggambarkan sesuatu yg terjadi tiba-tiba. "Sedang termenung, tap, lewat mantanku."
Syor/syur = (sangat) suka.
Bukan kaleng-kaleng = tidak sembarangan.
Cok/cak/cobak = coba.
Rimang-rimangi = renung-renungkan.

Semoga membantu, Kak 😀 https://twitter.com/dyahwie/status/1337407407006347264
You can follow @TogaMD.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.