Bertahun-tahun belajar Perbandingan Madzhab Islami, ilmuku kocar-kacir. Aku bingung. Bagaimana tidak? Mazhab yang menempatkan imamah atau kepemimpinan setelah Nabi saw dalam ushuluddin itu Syi'ah, tapi saudara-saudara Sunni Salafi Wahabi yang memperjuangkan khilafah.
Satu-satunya mazhab yang menjadikan "qiyam bis-saif" (berjuang secara militer) sebagai syarat kepemimpinan itu Syi'ah Zaidiyah, tapi saudara-saudara Sunni Salafi Wahabi yang sekarang mengangkat pemimpin seperti itu.
Itu belum masalah yang sederhana semisal masalah jidat. Mazhab Syi'ah mewajibkan sujud di atas tanah. Seharusnya yang jidatnya hitam itu kaum Syi'ah. Tapi justru saudara-saudara Salafi yang jidatnya hitam.
Dalam hal tradisi, misalnya, muslimin NU yang Sunni saat ada wabah, mereka bertawassul lewat lima manusia yang disucikan kaum Syi'ah. Pengamalan syair "li khamsatun" seperti itu tidak ditemukan di tradisi Syi'ah di belahan bumi manapun. Dalam hal ini NU lebih Syi'ah dari Syi'ah.
Ciri utama mazhab Syi'ah adalah kecintaan terhadap Ahlul Bait nabi saw. Tapi di sini penghormatan terhadap habaib, yang darahnya paling dekat dengan Ahlul Bait, justru kaum Sunni. Sedangkan orang-orang Syi'ah di Indonesia tidak memperlakukan para habaib seperti di Sunni.
Ilmu perbandingan madzhab yang merupakan mata kuliah universitas internasional saja tidak bisa dipegang begini. Apalagi pengetahuan tentang mazhab ini itu yang sumbernya dari berita, weblog, YouTube, share grup WA, cerita dan katanya.