Karaeng Pattingalloang
Satu-satunya orang nusantara dalam babak Renassaince.

Sebuah utas.
Sultan Mahmud Syah I Mangadacinna I Daeng Baqle, Karaeng Pattingalloang (ᨕᨗ ᨆᨂᨉᨌᨗᨊ ᨕᨗ ᨉᨕᨙ ᨅᨒᨙ, ᨀᨑᨕᨙ ᨄᨈᨗᨂᨒᨚᨕ)

Lahir sekitar tahun 1600. Ia merupakan raja Tallo ke 7 sekaligus mangkubumi kerajaan Gowa.
Dibawah kepemimpinannya bersama Sultan Muhammad Said, Kerajaan Gowa-Tallo mencapai masa kejayaannya. Banyak cendekiawan barat menjulukinya "Renassaince man" karena kecintaannya pada Sains.

Dia memiliki perpustakaan pribadi di istananya dengan koleksi mencapai ribuan buku.
Buku-buku itu ia peroleh dari hasil perdagangan dengan orang2 Eropa, maklum saat itu Makassar adalah pelabuhan transit rempah2 sebelum di jual ke Eropa.
Tak heran jika Karaeng Pattingalloang menguasai berbagai bahasa asing, dia adalah seorang Poliglot paling keren pada masanya.
Gmn gak keren, ia menguasai setidaknya 7 bahasa, bhs Spanyol, Portugis, Latin, Belanda, Arab, Tiongkok dan juga Inggris.
Seorang pastur bernama Alexandre de Rodes yg merupakan sahabat karib Karaeng Pattingalloang pernah berkata:
"Jika kita mendengar omongannya tanpa melihat orangnya, pasti kita mengira bahwa dia orang Portugis sejati, karena ia berbahasa orang Portugis sama fasihnya dengan orang Lisbon" (A History of Southeast Asia: Critical Crossroads)
Dia tak hanya memesan buku2 sains dari eropa tetapi juga memesan bola dunia "globe" dalam ukuran besar, atlas, berbagai macam peta dan juga teropong buatan Galileo Galillei.
Karaeng pattingalloang menunggu sekitar 7 tahun sebelum teropong pesanannya tiba, ia menggunakannya untuk menjawab rasa penasarannya akan semesta, ia membangun sebuah menara untuk melihat aktivitas luar angkasa, menara itu biasa disebut tempat "Macini' sombala".
Selain itu, beliau sangat mengandrungi matematika dan jatuh cinta pada setiap cabang ilmu matematika dan mengerjakannya tiap siang dan malam.
Dalam surat bertanggal 3 agustus 1641 ia meminta dikirimkan sebuah lonceng berukuran sedang seberat 4-5 pikul.
Dan pada 4 juni 1648 ia menyurati gubernur jenderal VOC, ia memesan sepasang unta jantan & betina, untuk pesanan2 tersebut, karaeng Pattingalloang merogoh kocek pribadinya, tidak minta gratis. Ia siap membayar semua pesanannya.
Karaeng Pattingalloang senang memelihara banyak fauna semisal badak, unta, kuda nil, jerapah, berbagai jenis antilope, zebra, anoa dan jg kuda Arab.
Menurut catatan Lombard
"Keingintahuannya yg ensliklopedis itu, kita mendapat keterangan tidak langsung berkat pesanan2 barang-
Langka (rareitem) yang dimintanya"

Ia merupakan ayah angkat dari Arung Pallakka dan jg Sultan Hasanuddin.
Peta dunia produksi oleh Joan Bleau tahun tahun 1664 di Amsterdam menujukkan tokoh Kartografer legendaris Gerard Mercator di pojok atas langit barat dan Karaeng Pattingalloang di pojok atas langit timur.
Tampak Karaeng Pattingalloang sedang mengukur jarak bola dunia.
Karaeng Pattingalloang wafat pada 15 september 1654 dan di makamkan di Bontobiraeng dan digantikan oleh anaknya Karaeng Karunrung
Kecendekiaan Karaeng Pattingalloang yg pikiran majunya menjelajah menembus
dimensi ruang dan waktu, menembus sekat dunia barat-timur, dan sekat-sekat agama, telah
mengilhami seorang dramawan dan penyair terbesar Belanda, Joost van den Vondel
menyusun lirik2 syair atas kebesaran dan kecendekiaan Karaeng Pattingalloang, seorang penguasa
agung di sebuah kesultanan besar di dunia timur, sekaligus seorang pemburu ilmu yg sangat
bersemangat.
Sepenggal dari lirik-lirik syairnya, yang menggambarkan persahabatan
intelektual yang sampai melampaui batas agama dan benua.
“Bola dunia itu, dari Perusahan Hindia Timur Dipersembahkan kepada Pattingalloang yg Agung
Yang otaknya menyelidik kemana2
Menganggap dunia seutuhnya terlalu kecil
Kami berharap tongkat kekuasaannya memanjang
Dan mencapai kutub yang satu dan yg lain-
Agar keuzuran waktu hanya melapukkan
Tembaga itu, bukan persahabatan kita”
Maret 1650 Joost van den Vondel.
Delapan tahun setelah Karaeng Pattingalloang wafat, terbitlah Atlas Maior karya Joan Blaeu di Amsterdam tahun 1664. Dengan
total 600 halaman rangkap peta dan 3000 halaman naskah, karya ini menjadi pencapaian
kartografi-artistik yg sampai kini pun tak tertanding.
Karaeng Pattingalloang telah meninggalkan sebuah legacy untuk kita semua sebagai acuan dalam mengenal ilmu pengetahuan tanpa batas.

Sekian.
You can follow @FikarAmin.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.