STORY TIME 🌟

Mungkin karena lagi tahap hidup, beberapa hari ini gw lagi sering buka Pinterest untuk cari inspirasi rumah masa depan.

Awalnya happy, tapi lama-lama muncul rasa frustrasi karena banyak keinginan yang (untuk sekarang masih) kelihatan jauh 🥲
Kemudian gw inget waktu jaman sekolah dulu, kita lagi mau study tour ke Jogja.

Hari itu, guru gw lagi kasih brief singkat mengenai besok gimana, dan lain-lain.
Sebagai penutupan, beliau bilang begini:

“Pesan saya yang terakhir adalah: nikmati semuanya. Besok ketika lagi di kereta perjalanan ke Jogja, nikmati di keretanya. Ketika lagi di Jogja, nikmati di Jogja-nya.”
“Seringkali kita ketika lagi di kereta misalnya, pengen cepet-cepet sampai di Jogja karena kita mikir di sana akan lebih happy.”
“Ketika kita di Jogja, kita mikir pengen cepet-cepet makan siang karena kita mikir makan siang enak. Ketika udah makan siang, kita mau cepet-cepet malam biar bisa senang-senang. Ketika udah hari kedua, kita mau cepet-cepet jalan pulang ke Jakarta.”
“Hasilnya, ketika kita di Jakarta, malah mikir: kok waktu di Jogja aku nggak menikmati momen itu ya — dan malah baru sadar bahwa momen di Jogja itu menyenangkan ketika semuanya sudah berakhir.”
“Karena itu, live in the moment. Ketika lagi makan di kereta, nikmati enaknya makanan itu. Lihat pemandangannya.

Ketika sampai di jogja, nikmati perjalanannya. Nikmati interaksi kalian dengan teman-teman saat itu.”
Gw rasa, dalam hidup pun sering seperti itu.

Misalnya, gw berpikir: nanti ketika gw udah punya A, B, C — gw akan bahagia. Ketika gw udah punya A, gw berpikir hal lain akan membuat gw bahagia.

Begitu terus. Seakan kebahagiaan itu harus dikejar. Sebuah destinasi.
Dengan konsep berpikir seperti ini, kebahagiaan itu akan selalu di masa depan atau di masa lalu. Tapi nggak pernah dirasakan saat ini.
Karena itu, selagi di pandemi ini, gw juga jadi lebih mendisplinkan diri.

Waktu itu gw mikir: nanti setelah pandemi, gw akan merasa lebih baik. Nanti setelah pandemi, gw akan ini dan itu.
Atau, nanti ketika gw udah punya rumah impian, gw akan lebih bahagia.

Atau, nanti ketika pendapatan gw udah sekian, gw akan lebih bahagia.

Seakan bahagia itu adalah destinasi yang harus gw tuju. Padahal sampai di sana, kalau memang nggak bahagia, ya nggak akan bahagia.
Pandemi ini nggak mudah untuk siapapun. Gw mungkin lebih beruntung karena privilege yang gw punya di kehidupan ini.

Tapi buatku sekarang, aku mencoba untuk menjadikan kebahagiaan itu sebuah state of mind. Bukan tujuan. Bukan destinasi.
Jadi ketika melakukan hal sederhana, misalnya lagi makan, ya dinikmati makanannya. Bukan mikirin: nanti setelah pandemi akan lebih enak nih makan di luar. Dan sebagainya.
Sekian hal random yang terlintas beberapa hari ini. Semoga pesan ini bisa sampai ke yang membutuhkan.
You can follow @jill_bobby.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.