ʙᴏᴏᴋs ᴛᴏ ʀᴇᴀᴅ ᴡʜᴇɴ ʏᴏᴜ’ʀᴇ ᴡᴏʀsʜɪᴘᴘɪɴɢ sᴀᴘɪᴇɴs

—wahai Harari Squads, mari ramaikan utas ini dengan jempol cerdas kalian.
Pendapat saya, mengapa Sapiens diburu dan direkomendasikan di mana-mana, karena Harari berhasil menulis topik yg njlimet dan ‘overloaded’ dengan pembawaan santai. Sejarah bukan hanya berisi akte raja-raja atau perang sana perang sini
yg ngebikin kita sebagai manusia modern berpikir “apaan sih anjir.” Tapi sejarah jauhhh lebih kompleks. Sepanjang perjalanan menamatkan buku, saya ingat beberapa kali merasa, “Bapak ini kalau ngomong banyak banyolannya.”
Baru saya pahami kemudian kalau humor dan analogi yg diselipin Harari, jadi nilai jual yang penting dalam Sapiens. Rasanya seperti menghadiri kuliah dari seorang professor yang pandai bercerita tanpa menghilangkan esensi ilmiahnya.
Disclaimer: beberapa saran buku di bawah ini sepenuhnya subjektif, jadi saya ambil bacaan mana saja yang cocok dijadikan teman sejawat saat kalian mulai membaca (atau sudah selesai membaca atau hendak membaca) buku beken itu.
Sebagian besar saran juga lebih science oriented, alih2 social oriented.

Trigger warning: jangan terlalu ngarep dapat ulasan serius/baku. Sekian.
1. Kepunahan Keenam – Elizabeth Kolbert, saya tahu pohon bisa bergoyang karena angin, tapi saya baru tahu kalau jauh di Taman Nasional Manu di daerah Pegunungan Andes, Peru, pohon juga bukan bisa jalan. Kenapa kalian perlu baca buku ini? Kalian ingat nggak
dlm bab-bab awal Sapiens, ada pembahasan Megafauna di Australia yg setelah kedatangan buyut kita ke tanah itu, banyak spesies endemik yg nggak bisa survive karena… kita(?). Di sini kalian bakal nemuin pembahasan lebih mendalam tentang kepunahan flora fauna.
Seperti riwayat Alka dan Dodo yg… karena mereka kontet dan nggak bisa terbang, hidup mereka lebih sebentar dan lebih dulu punah dibanding mungkin pelikan atau camar gereja. Kepunahan Keenam menjelaskan dari segi sains
tentang setiap tindak tanduk manusia yang mempengaruhi perubahan besar pada wajah Bumi. Meski minusnya saya agak buffering kalau Kolbert sudah bahas yg biologi banget. Saya dulu anak IPS dan ya… jujur saya lebih suka belajar
tentang Innana dan persebaran Proto-Melayu daripada katak dan CO2. But anyway, sebagai anak yg dibesarkan dengan tontonan Steve Irwing dan Nat Geo Wild, buku ini sangat, sangat, memuaskan bagi saya.
Rasanya seperti masuk ke dalam petualangan Indiana Jones tapi genrenya non-fiksi (dan sayang sekali yg dicari bukan harta karun, melainkan jejak2 kerusakan alam).
Saya suka hewan, dan saya nemu beberapa nama hewan dalam bahasa Indonesia
kyk takhasang, kudu-kudu, hiu lemon, burung tanager, monyet wol dll dalam buku ini. Dan banyak informasi yg bisa dikumpulkan kalau kapan2 kalian berencana nulis cerita tentang alam2 gitu. Apalagi temen2 dari prodi Ilmu Sejarah
yg punya ketertarikan sama Sejarah Lingkungan, buku ini recommended bangat. Suer. Karena setiap bab (ada 13) sangat compact. Kyk compact powder, paham kan, enak dibawa ke mana2, praktis, ekonomis… malah ngomong kosmetik -.-
2. Bumi yang Tak Dapat Dihuni – David Wallace-Wells, saya takut banget baca buku iniii. Saya sering nonton dokumenter tentang isu seputar alam semesta, khususnya Bumi. Nggak ngerti kenapa, padahal mereka semua visual
tapi saya lebih takut baca penjelasan dalam buku ini. Apa yang sebenernya sudah kita lakukan pada Bumi dan isinya? (Cries in beruk sounds). Buku ini nyambung banget setelah kalian baca topik Antroposen dari Kepunahan Keenam-nya Elizabeth Kolbert.
Menunjukkan betapa destruktifnya manusia yg seperti dikutip dalam buku, “kita berbuat kerusakan ketika sudah tahu, sama banyak dengan ketika kita belum tahu.” Mumpung kita masih dalam suasana pandemi, alangkah baiknya untuk mengetahui
apa sih korelasi perubahan alam dan penyakit-penyakit mematikan yg penyebarannya bikin kita semakin rajin mengingat kematian. Melelehnya es di kutub bukan cuma bikin beruang kutub homeless dan jobless
(kyk yg diomongin oleh Kim Tan dalam The Heirs (btw, ada yg ingat nggak sih sama scence itu? T_T) Apa yg manusia bisa baca dari bebatuan dan lapisan es. Kalau buku adalah cara manusia mengetahui sejarahnya, maka batuan dan es
adalah cara kita mempelajari sejarah Bumi ini. Dalah satu kekhawatiran ahli epidemilogi bisa kalian temukan di sini (kalau mereka khawatir, kyknya orng kyk kita justru harus panik! Ya Lord). Mari panik bersama saat membaca buku ini!
(nggak deng, don’t take this advice please, I mean don’t panic. Semua hal terlihat salah saat kita panik, but can we not panic? Really? In this economyyy?)
3. Your Inner Fish – Neil Shubin, Apa sih korelasi ikan dengan tubuh manusia? Apa yang terjadi saat 365 juta tahun yang lalu, ikan mulai ‘belajar’ merangkak dan menginvasi daratan melalui kacamata pakar fosil? Meski berbahasa Inggris
dan berbicara banyak tentang fosil dan sains, saya rasa buku ini cukup easy to chew. Exploration vibes-nya ngena dan banyak membahas tentang mutasi gen. Kalian juga bakal ngerasain sensasi ketekunan para saintis mengamati Bumi dan batuan
serta rahasi-rahasia alam yang coba mereka terjemahkan untuk mengenali asal-usul dan keterkaitan manusia dengan spesies lain. Kalau buku Kolbert tadi diambil dari kacamata environmentalis, maka buku ini melalui perspektif paleontologi.
What a perfect combo, isn’t? Buku yg cocok buat kalian yg condong pada pandangan naturalis. Beberapa gagasan, hipotesa, dan hasil penelitian dalam buku ini sangat mungkin bertentangan dengan pandangan kalian tentang tubuh kita. Be aware and… have fun!
4. Sejarah Tuhan – Karen Armstrong, mungkin sebagian dari kalian bertanya-tanya kenapa saya masukin buku ini ke dalam list. Jadi begini, Minna-san, dalam Sapiens kita diberi gambaran tentang asal-usul organisasi dalam masyarakat.
Salah satunya melalui gosip, uang, HAM, dan mitos (please correct me if I’m out of the line, yes? Because my memories sometimes nyangsang to everwhere, so please do me a favor). Dalam buku ini kita belajar tentang organisasi melalui teologi,
tentang konsep ketuhanan yang berganti-ganti sesuai zamannya. Dan yg paling banyak mengambil porsi bahasan ialah tentang ide ketuhanan tertua yg sampe sekarang mendominasi, yakni monoteisme (buset… ini kenapa bahasanya jadi serius gini).
Saya menyarankan untuk benar-benar membaca buku ini sambil memisahkan sudut pandang agama. Ibaratnya, kita taruh dulu, jangan dilepas paham-paham yg sudah kita dapat sejak kecil, nah, saat menghadapi buku ini, kita pakai kacamata ilmiah yg… yah,
katakanlah objektif. Karena kita bakal belajar konsep ketuhanan lintas zaman melalui sudut pandang sosiokultural, serta motif-motif yg berkaitan dengan ideologi seperti pemahaman tentang kenapa hampir di setiap agama pasti ada golongan ekstrimisnya dsb.
Kira-kira begitu. Ini bukan buku untuk memurtadkan anak bangsa, sama sekali bukan. Nggak semua asumsi, opini, dan statement dalam buku ini harus kita amini, dilain sisi, bukan berarti tidak bisa kita kaji. Sekian, terima gaji.
5. The Demon-Haunted World – Carl Sagan, “science makes everything boring,” ujar salah seorang teman konservatif saya. Andai waktu itu saya sudah baca buku ini, mungkin bakal saya sodorkan ‘hantu’ ini padanya.
Setelah dari tadi kita membahas buku2 yg nggak secara langsung ngasih tahu bahwa kemajuan sains dan teknologi merupakan helm + sepatu Hermes yg dipakai manusia untuk merusak dunianya sendiri, maka sebagai kiat gizi seimbang,
saya taruh karya Sagan di sini. Kita diajak berkenalan tentang sains dan pseudosains, juga ditunjukkan jalan tentang mengapa kita sangat bergantung pada sains. Siapa kita tanpa sains? Dan siapa kita dengan sains? Buku ini memberi saya pemahaman
bahwa sains bukan hanya daftar temuan mencengangkan, tapi juga cara berpikir. Siap2 konflik batin setelah baca buku-buku Antroposen terus lanjut baca ini @_@ oh ya, lebih2 buku ini menyadarkan saya kalau sains
bukan hanya milik mereka yg pandai berhitung atau orang2 pinter yg bekerja di ruangan steril, bapak dan ibu sekalian, sama sekali bukan begitu adanya, sains ada di sekitar kita. Bahkan saat kalian membaca utas ini sambil nyureng2.
Ya, science is everywhere. Science is Big Brother (nggak gitu juga sih gambarannya, tapi ya, gitu deh) (Ayah Mengapa Analogiku Jelek)
6. Collapse – Jared Diamond, dari tadi kita ngomongin tentang ulah manusia pada alam, kalau dalam buku setebal 748 hlm. ini kita bakal belajar tentang ulah manusia pada sesamanya, pada peradabannya. Ada fun fact yg saya simpen setelah membaca buku ini,
kalau dari sebelumnya kita diberi contoh tentang ekosida melalui buku2 Kolbert dan Wallace-Wells, dalam Collapse kita akan menemukan bahwa terkadang, kerusakan lingkungan yang terjadi pada masa lalu tidak hanya disebabkan
oleh sifat serakah manusia, tapi bisa saja karena tanpa sengaja (khususnya bangsa-bangsa pra-aksara) merusak alam dalam usaha memberikan pengelolaan terbaik. Feel excited yet?
Jadi sebenarnya perubahan iklim terbukti bukan hanya disebabkan
oleh aktivitas manusia (meski pada zaman ini memang manusia yang mendorong iklim berubah dengan lebih cepat), namun juga gejolak alam sendiri misalnya letusan Tambora pada 1815 yang mengakibatkan penurunan suhu ekstrim.
Perubahan iklim terkadang memiliki perubahan pola pada setiap hitungan dasawarsa, bisa saja dasawarsa ini iklim sangat basah, kemudian beberapa dasawarsa berikutnya iklim jadi sangat kering. Mengakibatkan manusia bertahan
dan menyesuaikan hidup dalam kondisi alam yang sama sekali baru. I’m sorry if I make you boring but I hope this book wouldn’t.
7. Homo Deus – Yuval Noah Harari, jujur saya baru baca sampe bab Revolusi Humanis lol. Saya masukin buku ini karena memang seharusnya hitam bersatu dengan putih. Yin dan Yang (mohon maap, ini maksudnya dalam konteks cover).
Jadi kalau kalian tergila-gila dengan cara bercerita Harari, kyknya nggak butuh alasan lebih untuk membaca lebih banyak tentang karyanya.
Saya merasa agak buruk karena tidak mencantumkan karya dari penulis lokal soal tema terkait. Sebenarnya ada beberapa buku, tapi kebanyakan tentang kumpulan esai atau buku pengantar yg sebenarnya asik untuk dibaca, tapi saya kurang yakin
memiliki pandangan ‘asyik’ sama dengan saya. Jadi kalau teman2 tidak keberatan, bisa coba drop di bawah kiranya ada tidak karya penulis lokal yg masuk dalam jajaran list di atas. Dengan senang hati akan saya masukkan ke dalam tbr.
Selamat membaca dan bersenang-senang!
Books status on legal ebook platform:
1. Kepunahan Keenam – Elizabeth Kolbert {Gramdig-available, Ipusnas-not available}
2. Bumi yang Tak Dapat Dihuni – David Wallace-Wells {Gramdig-available, Ipusnas-not available}
3. Your Inner Fish – Neil Shubin {Gramdig-not available, Ipusnas-not available}
4. Sejarah Tuhan – Karen Armstrong {Gramdig-not available, Ipusnas-not available}
5. The Demon-Haunted World – Carl Sagan {Gramdig-available, Ipusnas-not available}
6. Collapse – Jared Diamond {Gramdig-available, Ipusnas-available}
7.Homo Deus – Yuval Noah Harari {Gramdig-available, Ipusnas-not available}
https://twitter.com/pmaulidinaa/status/1332246079585144832?s=19

@_@
You can follow @RainaJamila.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.