TOYYIB, TABIB & ROHIB
Percaturan politik di negara kita sangat dinamis dan progressive. Itu semua karena ada yg menggerakkan dan mendanai. Dibawah pohon cendana, mereka selalu merenungkan bagaimana harta mereka tidak diusik dan mereka mendanai semua gerakan yang bisa melindungi
Percaturan politik di negara kita sangat dinamis dan progressive. Itu semua karena ada yg menggerakkan dan mendanai. Dibawah pohon cendana, mereka selalu merenungkan bagaimana harta mereka tidak diusik dan mereka mendanai semua gerakan yang bisa melindungi
Maka tersentuklah sebuah segitiga mutualisme yang mereka sebut anggotanya adalah TOYYIB, TABIB dan ROHIB. Toyyib seorang saudagar dengan sepak terjang yang luar biasa. Namun sepak terjang yang dia lakukan hanyalah untuk kebesaran diri dan kelompoknya. Ambisius dan tak punya malu.
Tabib ini seorang yang sangat disegani bukan karena keahliannya meracik obat, tetapi keahliannya memanipulasi pikiran orang2x bento yang bila ditelisik lebih dalam kita akan menemukan sekumpulan orang2x yang otaknya tertinggal disuatu tempat. Suara Tabib sangat keras dan kasar,
para pengikutnya menggambarkannya sebagai Raja Singa. Singa adalah raja hutan, dia adalah raja singa. Itu berarti dia digambarkan sebagai raja atas segala raja. Ttp sayangnya raja segala raja atas kelompoknya dan golongannya saja. Kenapa hanya golongannya? Karena dia belum punya
wilayah kekuasaan. Kekuasaannya hanyalah disebuah gang di Jakarta Sono. Tompel babi sering menaikkan derajat si Tabib dgn menempatkan pada sebuah kedudukan imaginasi diatas presiden. Si Ompong koplak lebih parah lagi, karena kata2xnya diluar nalar bahwa si Tabib mempunyai 1001
macam cara untuk menanggulangi segala macam masalah.
Rohib adalah boneka kesayangan yang ditempatkan dipemerintahan. Entah otak siapa yang mengolah sedemikian rupa sehingga Rohib yang otaknya nempel dibibir bisa menjadi seorang pemimpin sebuah kota dipusat. Tetapi itu semua tlh
Rohib adalah boneka kesayangan yang ditempatkan dipemerintahan. Entah otak siapa yang mengolah sedemikian rupa sehingga Rohib yang otaknya nempel dibibir bisa menjadi seorang pemimpin sebuah kota dipusat. Tetapi itu semua tlh
terjadi dan kita bisa melihat dan menyaksikan ketidakmampuan si Rohib memimpin kota. Seperti boneka pada umumnya, dia akan bergerak dan berceloteh bila ada yang membisiki dan mengatur langkahnya. Kemampuannya tidak sampai diluar itu, dia hanya boneka. Senyum manis, bicara santun
gaya dikamera dan menghimpun penghargaan yg nyata2x itu adalah sebuah rekayasa. Terus bagaimana?
Tiga sekawan ini ternyata sdng menelisik & berjuang mencari tempat supaya mereka bisa berkuasa. Kekuasaan sekarang belum memuaskan, kroni dan donatur walau mereka tlh rapat berkali2x
Tiga sekawan ini ternyata sdng menelisik & berjuang mencari tempat supaya mereka bisa berkuasa. Kekuasaan sekarang belum memuaskan, kroni dan donatur walau mereka tlh rapat berkali2x
dan berusaha untuk membuat onar negara, semuanya kandas tanpa hasil. Pion2x mereka sebar hanya utk sebuah kursi yang mereka anggap bisa memberi nikmat. Gunung emas yg dulu milik kroni mereka, tlh lepas. Banyak sumber penghasilan milik donatur telah kering sat tak lagi memberikan
banyak manfaat. Sang donatur ketar ketir, uang yg disembunyikan diluar negeri makin terdeteksi. Hati ketar ketir bila benar pemimpin negeri bisa mengebiri uang itu untuk dibawa kembali ke ibu pertiwi.
Tingkah polah mereka bervariasi, Toyyib yg membawa tabib pulang tlh menghilang
Tingkah polah mereka bervariasi, Toyyib yg membawa tabib pulang tlh menghilang
kembali menjadi pengamat sambil mengatur strategi lagi. Sementara Tabib yang saat ini sedang sakit, obatnya tak manjur mengobati sakit yang dideritanya. Rohib juga sedang pusing karena pelanggaran yang dilakukannya. Kacau balau rencana mereka. Anjing yang mereka sebut raja singa
tengah tergeletak tak berdaya. Mungkin tinggal menunggu nafas2x terakhir dengan sedotan nafas satu2x. Usia bukan milik kita, dia tidak sadar bahwa ada waktunya gonggongan menjadi auman singa. Dia pikir aumannya menggetarkan jiwa anak bangsa. Anak bangsa telah hafal auman itu,
karena auman itu hanyalah halusinasi pemiliknya. Seorang ksatria bangsa yang memimpin para ksatria Indonesia berbicara lantang. "Tabib itu hanya rakyat biasa". Dengan tegas dia mendudukkan kembali tempat yang semestinya.
Tempat yang rakyat biasa harus tempati yaitu tunduk pada
Tempat yang rakyat biasa harus tempati yaitu tunduk pada
hukum dan Undang-Undang yang berlaku. Para pengikutnya sering menempatkan si Tabib ditempat yang maha tinggi, lebih dari presiden, lebih berkarisma dari proklamator. Lebih hebat dari pemimpin dunia. Itulah ilusi dan halusinasi pengikut untuk mengamplifikasi suara auman gonggongan
Ksatria bangsa sangat elok berucap. "DIA HANYA WARGA BIASA" harus tunduk pada hukum dan taat pada undang undang. Jangan bikin gaduh, jangan merusak persatuan, jangan sampai saya turun tangan untuk menghajar"
Nah...jelaskan tempat duduknya? Warga Biasa, bukan raja segala raja.
Nah...jelaskan tempat duduknya? Warga Biasa, bukan raja segala raja.
ROHIB bekerjalah semampumu. Mundurlah bila tak mampu sebelum diri sendiri malu. Toyyib, usiamu segera berlalu. Apa lagi yang ingin kau mau. Cukup sudah hartamu, begitu banyak untuk anak dan keturunanmu.
Sampaikan salamku untuk anak negeriku, supaya tetap menjunjung PANCASILA
Sampaikan salamku untuk anak negeriku, supaya tetap menjunjung PANCASILA
UUD 45 dan BHINEKA TUNGGAL IKA demi persatuan dan kedamaian negeri ini.