Menista Tuhan adalah ktk relasi denganNya digantikan dgn transaksi."AKU berbuat baik SPY si tuhan kasih AKU surga". Jd mau properti enak dgn manfaatin Tuhan. Kl begitu, Tuhan spt ini cukup kasihan seolah butuh membeli penyembah dgn jualan neraka dan surga; tak heran byk yg cemas.
Sebagaimana Entitas tertinggi dipandang seperti itu, demikian juga perilaku manusia terhadap sesamanya seagama maupun non-seagama

"Jika Tuhan aku bs dibeli, demikian aku bs membeli org dan tuntut dia jd objek transaksi kemenanganku.Jika tidak, buanglah dia"

Logika transaksional
Maka jgnlah heran mengapa byk anak dari keluarga yang super-religius melihat ortu atau "Tuhannya" sebagai Thanos.

Either dia jalanin agama dengan penuh kecemasan krn bs ditolak anytime. Atau, membenci Tuhan dan agama - menjadi ekstrim liberal dan anti-agama.

Becus, gada relasi
Kalau mau tahu tolak ukur apakah seseorang sudah menjalankan agamanya dengan tulus dan murni:

Perhatiin hubungan pernikahan dan keluarganya.

Dan yg gw maksud bukan hanya "ga cerai". Tapi perhatiin seberapa mudah anggota keluarga ini bs saling mengaku kesalahan dan memaafkan.
Karena orang yang sadar Tuhannya relasional dan manusiawi, pasti akan lebih mudah utk mengaku dosa karena sadar bahwa dia akan diampuni.

Tapi kalau dia transaksional, pasti byk jualan sana ini, dr kebaikan, radikalisme, terorisme, dll utk dpt bonus cicilan utk ke properti surga.
Kalau org berbuat baik demi bs ke surga, itu bukan perbuatan baik, tapi oportunistik dan munafik.

Orang kl nikah lalu berbuat baik krn mau manfaatin cantik, pinter, duit pasangannya - itu bukan cinta, tapi kejahatan.

Kalo dihitung2, perbuatan yg sungguh baik kt itu sbrp ya? :))
Manusia itu sgt transaksional. Agak pesimis gw sama humanisme, religiusisme, evolusionisme, whatever it is. Dalamnya itu transaksi sekali.

Kalau kt cr makhluk yg relasional, baik, tulus, murni, yang kemungkinan bs masuk surga. Mungkin bukan homo sapiens.

Yg bs: golden retriever
Maka pipol, sblm kt berharap bahwa agama dan good deeds akan antar kt ke surga, bs dipikir2 lg motivasinya buat apa.

Sebaliknya, kalao orang udh anti-Tuhan, anti-agama, lalu mengatasnamakan pro-manusia demi narsisme pribadi, bs dicek jg kesehatan mental dan kesadaran manusianya.
Sebagai penutup dr thread ini. Gw bagiin sebuah kutipan dari filsuf favoritku yang bahas tentang relasi, Martin Buber.

"Without it (transaksi), manusia tidak bisa hidup. Namun barangsiapa hidup dengan transaksi saja, dia bukan manusia."

Jadi, siapakah kita?
You can follow @KeviNobel.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.