Mau cerita tentang kasus yang gw alami dulu banget soalnya rada mirip kasus duit deposito ditilep di bank ex-BII yang lagi rame itu.
Intinya mempercayakan duit ke sebuah institusi, eh ternyata ada [oknum] pegawai di institusi tersebut yang nyolong.
Intinya mempercayakan duit ke sebuah institusi, eh ternyata ada [oknum] pegawai di institusi tersebut yang nyolong.
Bedanya sih dulu langsung balik duitnya, walaupun sama-sama urusan ke polisi.
Oke skalanya juga beda sih, ini cuman 15 or 20jt gitu, gw lupa tepatnya.
Jadi ceritanya dulu gw mau beli mobil, tapi berhubung harus indent, DP dulu kan via marketingnya. Ini di Jogja btw.
Oke skalanya juga beda sih, ini cuman 15 or 20jt gitu, gw lupa tepatnya.
Jadi ceritanya dulu gw mau beli mobil, tapi berhubung harus indent, DP dulu kan via marketingnya. Ini di Jogja btw.
Setelah beberapa bulan, ngga dateng-dateng tuh mobilnya. Trus confirm lah ke dealer -- eh ternyata dari DP itu cuman disetorin 3jt apa ya. Dan ternyata ttd gw dipalsu sama marketingnya.
Si dealer langsung lapor polisi dan janji ngabarin secepatnya.
Si dealer langsung lapor polisi dan janji ngabarin secepatnya.
Selang semingguan kemudian, malem-malem ditelp gw sama kepala dealer itu, ternyata yang nyolong udah ketemu sama polisi dan gw diminta kesono.
Maka berangkatlah malam itu juga.
Now this is the tricky part..
Gw diminta untuk ttd berkas sebagai korban penipuan.
Maka berangkatlah malam itu juga.
Now this is the tricky part..
Gw diminta untuk ttd berkas sebagai korban penipuan.
..gw menolak tanda tangan.
Kenapa? Karena gw punya bukti resmi kuitansi dari pihak dealer bahwa gw udah DP sesuai angka yg gw setor --dan berhak atas slot mobil tersebut tentunya.
Yang menjadi korban, ya dealer tersebut. Itu urusan internal mereka.
Kenapa? Karena gw punya bukti resmi kuitansi dari pihak dealer bahwa gw udah DP sesuai angka yg gw setor --dan berhak atas slot mobil tersebut tentunya.
Yang menjadi korban, ya dealer tersebut. Itu urusan internal mereka.
Lalu kenapa gw yang diminta tanda tangan dan mengakui sebagai korban?
Gw ga gitu paham teknis detilnya dari sudut pandang hukum, tapi yang jelas urusannya jadi antara gw sama si maling tersebut.
Dealernya bisa berkelit tanggung jawab.
Gw ga gitu paham teknis detilnya dari sudut pandang hukum, tapi yang jelas urusannya jadi antara gw sama si maling tersebut.
Dealernya bisa berkelit tanggung jawab.
Nah gw menduga (cmiiw please) ini kasus deposito mirip-mirip begini.
Nasabah dalam situasi yang sengaja or ga sengaja mengakui dirinya sebagai korban. Jadinya ya pihak bank secara hukum "ngikut apa kata hakim ntar", bukannya langsung ganti duitnya.
Nasabah dalam situasi yang sengaja or ga sengaja mengakui dirinya sebagai korban. Jadinya ya pihak bank secara hukum "ngikut apa kata hakim ntar", bukannya langsung ganti duitnya.
Jadi gaes, pelajaran yang diambil adalah; ngga selalu playing victim itu kasih advanta ke kamu
Ehehehe
Ehehehe
*ge
Btw waktu itu kalimat gw kira2
"Pak, saya bukan korban di sini. Bapak sebagai dealer lah yang dirugikan. Saya sih tetap mendapat hak saya sebagai pelanggan yang sudah membayar sesuai kuitansi resmi ini"
sambil nunjukin kuitansi ke muka bapak kepala dealernya.
Btw waktu itu kalimat gw kira2
"Pak, saya bukan korban di sini. Bapak sebagai dealer lah yang dirugikan. Saya sih tetap mendapat hak saya sebagai pelanggan yang sudah membayar sesuai kuitansi resmi ini"
sambil nunjukin kuitansi ke muka bapak kepala dealernya.
Ketika gw bilang "langsung ganti duitnya"-- persepsi kita harus bener; disini yang dimaksud adalah duit institusi tersebut (yang dicolong) yang tadinya dialokasikan untuk hak kita -- bukan duit kita.
Begitu kita ngakuin itu duit kita (yang dicolong), maka..
Begitu kita ngakuin itu duit kita (yang dicolong), maka..
..itu jadi urusan kita dengan malingnya.
Pada kasus deposito kan (again, cmiiw) juga sama. Nasabah x titip duit. Duit nyampur jadi satu sama duit orang lain & diputerin (kredit, money market, etc)
Maling nyolong duit bank yang sebenernya dialokasikan buat nasabah x.
Pada kasus deposito kan (again, cmiiw) juga sama. Nasabah x titip duit. Duit nyampur jadi satu sama duit orang lain & diputerin (kredit, money market, etc)
Maling nyolong duit bank yang sebenernya dialokasikan buat nasabah x.
Maka narasi yang harus dari awal dipegang ya bukan "maling nyolong duit nasabah", tapi seharusnya "penggelapan uang bank oleh oknum karyawan".
Nasabah dan bank nya sih (mungkin) baik-baik saja kalau dari awal dengan narasi begini.
Nasabah dan bank nya sih (mungkin) baik-baik saja kalau dari awal dengan narasi begini.
See the perspective here? https://twitter.com/nuicemedia/status/1324678257929646082?s=19