Mengapa Orang Hindu Jarang Hafal Kitab Weda?

Pertanyaan ini sering sekali diajukan oleh penganut agama lain kepada penganut Hindu, sementara di internal Hindu justru jarang dibahas.

— a thread —
Proses pengajaran agama Hindu mirip seperti air, ia mengalir saja sembari memberi hidup dan kesuburan pada semua yang dilaluinya.

Menghafal Weda memang tidak menjadi budaya dalam agama Hindu.
Sebagai agama tua yang tidak terseret perdebatan kitab palsu atau asli, penganut Hindu tidak merasa perlu membuktikan bahwa kitabnya asli dan tidak berubah sedikitpun, dengan mengajukan bukti banyaknya penghafal Weda.
Sebaliknya, penganut Hindu secara jujur mengakui bahwa Weda yang ada sekarang yang jumlahnya 20.724 ayat itu mungkin hanya 1/4 (seperempat) atau bahkan kurang dari keseluruhan yang pernah diterima oleh para Maharsi ribuan tahun sebelum masehi.
Apa yg ada sekarang adl hasil kodifikasi Maharsi Vyasa dari banyak Maharsi sebelumnya. Tuhan yg begitu luas dan serba maha, rasanya memang sulit dirangkum dgn 1 juta ayat sekalipun. Kesadaran ini penting agar tdk mudah jumawa, sombong, yg justru berlawanan dgn tujuan spiritual.
Lalu apa yang diajarkan kepada penganut Hindu ? Ajaran Hindu terdiri dari 3 kerangka : upakara (ritual), susila (etika) dan tattwa (filsafat). Ibarat telur, kulitnya adalah upakara, putihnya adalah susila, dan kuningnya adalah tattwa.
Maka yg diajarkan kepada siswa umum adalah sari2nya, perasan tafsirnya, dari ketiga aspek tsb. Selain melalui buku2 pelajaran agama, ajaran2 tsb disampaikan lewat kidung/geguritan yang digemari masyarakat.

Dalam hal filsafat, umat Hindu sudah diajarkan Panca Cradha sejak SD.
Terus diajarkan diulang2 sampai universitas dengan tingkat kedalaman yang berbeda. Ada juga Sad Dharsana (6 aliran filsafat) yang mulai diperkenalkan di tingkat pendidikan tertentu.

Yang paling banyak diajarkan justru adalah etika dan kebajikan (virtues).
Konsep tat twam asi (aku adalah kamu), ahimsa (tidak menyakiti), yoga (penyatuan dengan sang diri), tri kaya parisudha (pikiran, perkataan dan perbuatan suci), catur paramitha (4 perbuatan luhur), dan banyak lagi.
Dlm pengajaranpun tdk pernah disebutkan sikap ini utk orang seagama dan sikap itu utk orang yg berbeda agama. Tat twam asi yg mjd landasan utama sdh mengajarkan: perlakukan orang lain spt kamu ingin diperlakukan. Kita semua adl jiwa yg sama dlm badan dan ikatan karma yg berbeda.
Agama, suku, ras adalah identitas bagi badan, bukan bagi sang jiwa. Di alam jiwa, kita semua adalah atman yang merupakan pantulan brahman. Tidak ada beda antara sinar matahari yang menerpa dedaunan, yang masuk ke kamar tidur melalui jendela, atau yang menjamalah pelataran pura.
Selain ajaran2 etika dan kebajikan tersebut, diajarkan pula hambatan2 yg menjadi penghalang perjalanan sang atman meuju brahman. Uniknya, ajaran ini biasanya justru melihat kedalam diri, bukan menyalahkan hal2 diluar diri. Sad ripu (6 musuh dalam diri), sad atatayi (6 kekejaman),
sapta timira (7 kegelapan), dan banyak lagi. Semuanya adalah “godaan dari dalam” yang perlu dikendalikan dengan meningkatkan kesadaran. Manusia disebut “dewa ya, bhuta ya”: dalam diri manusia ada sifat2 dewa (kebaikan, kemuliaan) dan juga sifat2 bhuta (kegelapan).
Evolusi kesadaran melalui berbagai usaha dalam jutaan kelahiranlah yang membedakan kadar mana yang lebih dominan.

Dalam ratusan tahun perjalanan Hindu (Bali), metode pengajaran itu terbukti efektif. Orang Hindu Bali tumbuh menjadi individu2 yang spiritual sekaligus toleran.
Karena tdk membaca ayat per ayat dari Weda, mereka hampir tdk pernah bertengkar urusan tafsir kitab suci. Kesadaran mereka umumnya adl kesadaran kolektif berbasis hukum karma: ala ulah ala tinemu, ayu kinardi ayu pinanggih. Ini hukum universal yg bisa menegasikan semua perbedaan.
Maka bahkan ketika Amrozi datang membawa bom meluluh lantakkan Bali sambil meneriakkan nama Tuhannya, mereka tdk beranjak dari sikap toleran dan keyakinan akan hukum karma. Mereka lagi2 melihat kedalam, melakukan upacara pembersihan alam dan diri, lalu kembali menata hidup.

🙏🌷
You can follow @GlHindu.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.