beberapa bulan yang lalu aku dibully karena ngetweet soal "kenapa sih orang jelasin omnibus law pake bahasa inggris" banyak stakeholder terdampak bahkan gabisa akses pendidikan bahasa inggris yang baik. lalu aku di bully.
terus hari ini aku ada kelas, jadi aku kuliah di Den Haag ambil Studi pembangunan, dan ini kelas dasar ku "the making of Development"
kami dapet tugas kelompok, coba buat kritik tentang pendidikan dalam kacamata pembangunanisme.
tau gak apa yang dipresentasikan temenku?
bahan presentasi mereka meme ini dong. Mereka mengkritik dosen dan pengajar ISS, yang mendeklarasikan diri progresif, anti imperialisme dan hegemoni pengetahuan.
intinya temen-temenku bilang gini kalau bahasa jakartans
"lu nyuruh gw mengkaji isu lokal, tapi lu menghegemoni bahasa gw cuma bahasa Inggris. lah gimana masyarakat subjek riset gue ngerti apa yang gue tulis"

kalian tau gak apa tanggapan dosen-dosenku? (1 kelas 3 dosen)
mereka gak ngomong "yah ini kan bahasa universal" atau "yah kalau lu mau pake bahasa native ngapain lu kuliah dimari" atau mirip sama bullyan ke gue kemarin "yah berarti segmen kelas ini bukan buat lu"
mereka gak ngomong gitu samsek, mereka (Roy Huijsmans dan Wendy Harcourt) malah minta maaf. mereka bilang iyah bener bahasa inggris itu menghegemoni, dan mereka kasih kita kesempatan nugas pake bahasa apapun yang kita mau selama kita bisa bantu menjelaskan ke mereka.
Lalu salah satu temenku yang lain dari India, juga komplein, hegemoni tuh gak cuma di bahasa loh, Hegemoni itu juga di aksen. Bahasa inggris seseorang dimanapun di seluruh dunia dianggap bagus kalau pake aksen Inggris, atau Amerika.
temenku yang India protes karena merasa seumur hidup dihina karena aksen.

ini terjadi di Indonesia sih, berapa dari kita yang sering dijadiin guyonan karena aksen medok jatim, atau aksen madura, aksen batak, aksen timur, dalam berbahasa indonesia.
Dosen gue bilang yah karena dalam pendidikan ada Hegemoni, ada Kuasa yang mengatur kebenaran dalam pengetahuan.
yah banyak typo, dan salah dalam penempatan "di". haha maapin yak.
Setelah itu di kelas, dosenku minta kami ngomong kata FACEBOOK, dengan aksen masing-masing. ada yang ngomoneng febuk, fesbuki, fasbok, fesbok, dan aku.. ngomong "pesbuk" hehehe.
*ngomong* typo anjir
ada banyak banget kritik terhadap pendidikan yang muncul dari kelas hari ini, Mulai gimana pendidikan cuma mengembalikan anak perempuan ke dapur setelah lulus. atau gimana pendidikan cuma hadir sebagai sebuah komoditas.
kalau presentasiku sih tentang gimana Pendidikan di Indonesia, bukannya bikin kita jadi manusia malah menjadi lumbung bagi tentara cadangan proletariat. alias sekolah untuk "kerja, kerja, kerja"
kok bisa? iya, berapa orang yang kita kenal sekolah 12 tahun kuliah 4 tahun, tapi tetep belum bisa memanusiakan dirinya sendiri?
contoh : nganggep orang yang berbeda lebih rendah dari binatang (emang manusia lebih oke dari binatang?), minim empati (ngebully korban kekerasan seksual), atau bahkan gagal menganalisis masalah dasar seperti: kira kira kalau rakyat hidup susah yang siapa yang tanggung jawab?
ada lagi satu hal yang seru, tau gak apa yang sering jadi penanda bahwa seseorang cerdas dan berpendidikan baik? ATITTUDE! unggah ungguh.
yah itu juga produk kuasa dan pengetahuan juga.

Dosen Economi ku. Prof Nicholas Howard, gamau dipanggil Professor.
dia bilang "ngapain sih panggil profesor, kok serius banget" persis kaya Ariel Heriyanto, salah satu temenku bilang, ini soal Atittude, dia jawab gak perlu, relasi kita powerless kok.
Akhirnya dari rangkaian kelas ini aku nemuin jawaban, bahwa semakin bertingkat bahasa dalam masyarakat, maka semakin banyak segregasinya.

jujur aja, kita cenderung mengabaikan atittude pada orang yang punya kuasa lebih sedikit dari kita.
caramu ngomong ke bos, dan ke PRT, atau ke pak gojek cenderung beda.

ada kuasa dalam setiap bahasa, tradisi, dan pengetahuan yang kita punya.
https://twitter.com/rena_wa_kiraa/status/1317185265954271233?s=20
Wah rame.. Thread ini soal Foucault. Bulan pertama, di sekolah kami diminta mengkritik Foucault.

Apa yang kulakukan? Nangis dipojok kamar sembari mengkritik diri sendiri dengan pemikiran Foucault..
Ini temen sekelasku, iya aku diminta ngomong pake bahasa ibu. Dan aku sadar aku agak susah berbahasa Madura, Jawa, atau Indonesia dengan baik dan benar. Bener-bener kebangetan emang. Jadinya kututup dengan

Saranghyeo Oppa, Eonni. ❤️😂 https://twitter.com/fardanmfn/status/1317306606053478401?s=19
You can follow @barbieproletar.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.