APAKAH GANGGUAN MENTAL DIWARISKAN KE KETURUNAN KITA?

SEBUAH COPASAN.
Sejak tahun 1962, dunia psikiatri dan psikologi telah menemukan keterkaitan depresi dengan stress lewat sebuah model teoretis bernama Diathesis-Stress Model (DSM).
Inti dari model ini adalah depresi merupakan kondisi yg terjadi karena faktor stress dan diathesis.

Apa itu diathesis? Nama lainnya adalah predisposisi atau "bawaan".
Faktor bawaan ini berasal dari pola genetis (oleh krn itu diturunkan), keadaan otak yg dibentuk saat janin d kandungan (dipengaruhi kondisi stress ibu), dan nutrisi saat usia dini.
Faktor diathesis dan faktor stress memiliki kadarnya masing2.

Dalam hal kadar, ada dua aliran yg menafsirkan DSM ini dalam kaitan dengan depresi.

Wait, let me give you a graphic
Tafsiran pertama.

Di grafik ini kita bisa liat dua garis. Garis yg menunjukkan keadaan ada faktor diathesis (bawaan) dan garis yg menunjukkan tidak adanya diathesis.
Dari grafik kita bisa lihat, ketika ada diathesis, maka semakin tinggi stress yg dialami, semakin tinggi jg depresinya.

Tp dlm kondisi seseorang tdk pny faktor diathesis depresi, depresi tidak akan muncul.
Tafsiran kedua ttg hubungan faktor bawaan dan faktor stress dalam membentuk depresi.
Di grafik terdapat dua wilayah. Wilayah terjadinya depression dan tanpa depresi.

Ini agak sedikit rumit tp lebih didukung data terkini.

Intinya, relasi depresi dan stress tdk sesederhana grafik pertama.
Kita ga cuma bicara ada atau tidak ada faktor diathesis dan stress, tp bcr kadar kedua faktor tsb dan konfigurasi serta ambang batas.
Titik merah menunjukkan bahwa kalau faktor bawaannya sudah tinggi, maka sedikit stress saja, bisa membawa pada kondisi depressed (cikal bakal depresi). Kalau kondisi depressed berlangsung lama, maka bisa ditegakkan diagnosis bahwa depresi sudah terjadi.
Titik biru menunjukkan bahwa dlm kadar faktor bawaan rendah, maka stress nya "hrs tinggi" utk jd depressed.

Most people with depression, ada di sini. Di yg saya ureg2 ijo.
Diathesis depresi mungkin hny ada di 5% populasi. Tp ini rough estimate.

Tp potensi terkena dampak stress ada di 100% orang. Tergantung apa yg dialami dan faktor ketangguhan personal.
Jadi, pesan utamanya

Diathesis/bawaan depresi mungkin ada di sedikit orang. And there is little we can do about it.

Tp potensi stress ada di semua orang.

Berita baiknya, stress bs dimanage.

Paling nggak satu sayap dr depresi bs kita potong.

Focus on what we can control.
Kemudian ini sekedar berita buruk tipis2...

Hampir semua gangguan mental memiliki Diathesis nya masing2.

Contoh, mungkin saya terbebas dari diathesis depresi...tak ada jejak gen, tak ada otak yg konfigurasinya rawan depresi dan nutrisi first five years saya baik2 aja....
Tp belum tentu saya ga pny diathesis gangguan paranoia.
Nah meski kita ga bs kontrol bgmn gen diteruskan dr generasi ke generasi... Dua sub faktor Diathesis bs kita kendalikan agar tidak mempengaruhi keturunan kita atau potensi pengaruhnya mengecil.

Tapi, ya, ga ada jamin 100%. Kita usaha aja.
1. Faktor konfigurasi otak yg dipengaruhi oleh pembentukan otak janin dan terkait erat dgn kondisi stress ibu. Kelola stressmu wahai para ibu...
Dan jadilah support factor utk coping mechanism para ibu, wahai para bapak. Dukungan emosional dr para bapak (dan org2 terdekat lainnya: keluarga, sahabat, dll) sangat penting utk ibu hamil.

Bapack2 jan bikin ulah pas istri hamil.

Okesip.
2. Faktor nutrisi 5 tahun pertama. Perkembangan otak dan sistem syaraf di usia 0-5 sangat dipengaruhi nutrisinya. ASI eksklusif dan PMT yg tepat akan besar efeknya terhadap faktor diathesis depresi.
Kerjasama lah wahai ibu dan bapak, utk memastikan nutrisi anakmu baik2 saja. Periksakan anak usia dini ke dokter atau posyandu scr regular.
Me Xl:
Dan jangan salah, asupan nutrisi yg baik hanya berkorelasi sebesar 0.3-0.4 dengan faktor ekonomi. Artinya, bila kita menyebut: nutrisi tergantung pd kondisi ekonomi, itu hanya berlaku pd 0.3^2 (9%) kejadian. Atau 0.4^2 (16%) kejadian.
Sisanya ga ada hubungannya antara ekonomi dan nutrisi. Lebih banyak ditentukan oleh faktor perilaku atau feeding practice.

Artinya...mrk yg ekonomi nya bagus, bs aja ga kasi nutrisi yg bagus ke anak2nya. Makanan mahal tp ga berguna, mungkin saja.
So temans, kita ga tahu faktor Diathesis gangguan mental apa yg berenang2 di dalam tubuh dan otak kita...

Tp kita tahu hidup yg kita jalani dan tahu bgmn biasanya kita meresponsnya serta sberapa stress kita dalam hal ini.
Artinya, bagian yg kita tahu itulah yg perlu jd fokus kita dalam menjaga kesehatan mental.

Faktor genetik bisa kita pengaruhi lewat aspek epigenetiknya. Epigen ini adalah semacam saklar on/off dr gen. Gen br aktif kalau epigen dlm keadaan on.
Dan epigen depresi sangat dipengaruhi tingkat stress. Tingkat stress dipengaruhi oleh:

1. Kualitas istirahat
2. Cara berpikir
3. Nutrisi
4. Air putih yg kita minum
5. Lingkungan sosial
6. Tuntutan pekerjaan
7. Relasi dgn pasangan

Dan lain2.
Jadi, faktor genetik ada, tp ga hrs disalahkan sepenuhnya. Kita msh bs mengendalikan epigen/saklarnya scr gak langsung lewat gaya hidup dan gaya berpikir.

Hope does exist. Work on it!

Mari kita tutup kajian ini dengan membaca al....

...maidah
Sekian copasnya.
Disclaimer: uraian di atas merujuk pada berbagai referensi dengan referensi terkini bertanggal tahun 2015. Boleh jadi ada riset yang membantah semua atau sebagiannya.
Disclaimer 2: terkadang faktor diathesis genetik begitu kuat dan epigene nya teraktivasi oleh faktor yang ga terduga. Pada kondisi tersebut, kita hanya bisa merespons dampaknya. Ga bisa/ga boleh menyalahkan siapa-siapa.
You can follow @andrywaseso.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.