DONGENG SEBELUM TIDUR
"Point of View"
Kali ini pengen berbagi tulisan yg ringan-ringan aja. Mungkin ndak sepanjang biasanya. Namun kuharap pesannya tetap tersampaikan.
Pada akhirnya, hidup cuman sebatas perspektif dari cara kita memandang sesuatu.
"Point of View"
Kali ini pengen berbagi tulisan yg ringan-ringan aja. Mungkin ndak sepanjang biasanya. Namun kuharap pesannya tetap tersampaikan.
Pada akhirnya, hidup cuman sebatas perspektif dari cara kita memandang sesuatu.
Tulisan ini kuawali dgn sedikit cerita pengalaman kerjaku dlm sebulan terakhir.
Tadi siang sudah kusebutkan, kalo ada rekan kantor yg besok sudah bisa bekerja lagi setelah sebulan isolasi mandiri dan hasil swab tesnya negatif.
Selama sebulan itu, pekerjaannya aku take over.
Tadi siang sudah kusebutkan, kalo ada rekan kantor yg besok sudah bisa bekerja lagi setelah sebulan isolasi mandiri dan hasil swab tesnya negatif.
Selama sebulan itu, pekerjaannya aku take over.
Selama aku menjalani pekerjaannya, aku jd lebih sering berkomunikasi dgn tim produksi yg mayoritas anak lapangan semua.
Alhamdulillah perusahaan tempatku bekerja termasuk yg ndak begitu terdampak hebat karna krisis covid-19 ini. Order dari customer yg masuk relatif stabil.
Alhamdulillah perusahaan tempatku bekerja termasuk yg ndak begitu terdampak hebat karna krisis covid-19 ini. Order dari customer yg masuk relatif stabil.
Dari situ aku mengetahui bahwa permintaan order dalam dua bulan terakhir, atau pasca lebaran kemarin, lagi puncak-puncaknya.
Sehingga tim produksi di lapangan harus dilemburkan agar order customer tetap bisa kita penuhi. Tanggal kalender jadi item semua buat mereka.
Sehingga tim produksi di lapangan harus dilemburkan agar order customer tetap bisa kita penuhi. Tanggal kalender jadi item semua buat mereka.
Sebelum libur Idul Adha kemarin, ketika aku memberikan jadwal produksi ke kantor kepala shift, ada salah satu staff anak produksi dgn polos bertanya,
"Pak Widas, apa Idul Adha ini ndak libur pak? Kita sejak lebaran gas pol terus nih, pak."
Kujawab,
"PASTI libur kok, mas."
"Pak Widas, apa Idul Adha ini ndak libur pak? Kita sejak lebaran gas pol terus nih, pak."
Kujawab,
"PASTI libur kok, mas."
Dengan nafas lega dia langsung nyahut,
"ALHAMDULILLAH. Makasih pak. Setidaknya kami jd punya waktu buat rileks."
Aku menimpali setengah bercanda,
"Tapi dua bulan terakhir ini dirimu panen lemburan banyak toh mas?
"
Jawaban darinya kemudian sedikit membuatku tertegun.
"ALHAMDULILLAH. Makasih pak. Setidaknya kami jd punya waktu buat rileks."
Aku menimpali setengah bercanda,
"Tapi dua bulan terakhir ini dirimu panen lemburan banyak toh mas?

Jawaban darinya kemudian sedikit membuatku tertegun.
"Iya sih, pak. Bener dapetnya bisa sampe 7-8 jutaan. Itu jumlah besar buat pekerja kayak kita. Hanya saja, percuma saya dapet segitu tapi ndak bisa saya nikmati bareng anak. Waktunya ndak ada. Kadang malah pengen gaji biasa tp punya waktu tiap weekend, pak."
I was like..
I was like..
Dia kemudian menambahkan,
"Saya kemarin belikan anak saya sepeda baru, pak. Masih SD dia pak. Tiap kali dia ngajak saya, belum sempet saya sanggupin."
Aku lalu bertanya,
"Jadi, libur (idul adha) besok ini akhirnya kesampaian juga ya sepedaan sama anaknya, mas?"
"Saya kemarin belikan anak saya sepeda baru, pak. Masih SD dia pak. Tiap kali dia ngajak saya, belum sempet saya sanggupin."
Aku lalu bertanya,
"Jadi, libur (idul adha) besok ini akhirnya kesampaian juga ya sepedaan sama anaknya, mas?"
Dia menjawab dengan semangat,
"Iya, pak. Saya bahkan ndak ikut jd panitia qurban di masjid. Murni saya pengen gunakan waktunya buat santai sama anak istri."
Aku ucapkan selamat beristirahat dan ber-quality time sama keluarganya. Dan akhirnya kemarin mesin off selama dua hari.
"Iya, pak. Saya bahkan ndak ikut jd panitia qurban di masjid. Murni saya pengen gunakan waktunya buat santai sama anak istri."
Aku ucapkan selamat beristirahat dan ber-quality time sama keluarganya. Dan akhirnya kemarin mesin off selama dua hari.
Aku sering baca artikel psikologi ataupun ttg lifestyle yg bicara tentang perspektif kehidupan. Yaps. Aku mungkin paham secara teorinya.
Namun kemarin ini, aku menyaksikan langsung gimana seseorang melihat perspektif hidupnya. Melihat cara dia melihat sudut pandang yg berbeda.
Namun kemarin ini, aku menyaksikan langsung gimana seseorang melihat perspektif hidupnya. Melihat cara dia melihat sudut pandang yg berbeda.
Dari perspektifku, aku melihat perusahaan sudah melakukan kewajibannya memberi kompensasi lembur yg fair. Sehingga pendapatan mereka jauh lebih banyak dari biasanya. Bahkan lebih gede dari gajiku.
Bukankah semua orang suka kalo dapet pemasukan banyak? Begitulah pikirku saat itu.
Bukankah semua orang suka kalo dapet pemasukan banyak? Begitulah pikirku saat itu.
Namun staff produksi tadi memberikanku perspektif lain. Bahwa menurutnya, meskipun dirinya dapet uang bisa sampe 8 juta, namun ndak ada artinya kalo itu ndak bisa dia nikmati dengan keluarganya.
Malah dia prefer gaji biasa tapi punya waktu cukup quality time bersama anak istri.
Malah dia prefer gaji biasa tapi punya waktu cukup quality time bersama anak istri.
Dari situ aku menyimpulkan, kalo manusia tuh melihat sesuatu hanya dari kacamatanya sendiri. Termasuk saat mereka melihat kehidupan orang lain.
Dia melihat hidup orang dengan kacamatanya sendiri. Dengan perspektifnya sendiri. Dengan asumsinya sendiri.
Dia melihat hidup orang dengan kacamatanya sendiri. Dengan perspektifnya sendiri. Dengan asumsinya sendiri.
Dulu pernah ada tweet viral yg bilang,
"Mau pilih mana? Punya suami setia tp sederhama atau suami nakal tp kamu kaya raya?"
Saat itu dia jawab, milih suami nakal tp dia dijamin kehidupannya. Hidup mewah dan kaya raya.
Ini pun menurutku tetep balik lagi ke soal perspektif aja.
"Mau pilih mana? Punya suami setia tp sederhama atau suami nakal tp kamu kaya raya?"
Saat itu dia jawab, milih suami nakal tp dia dijamin kehidupannya. Hidup mewah dan kaya raya.
Ini pun menurutku tetep balik lagi ke soal perspektif aja.
Buat orang yg terbiasa hidup pas-pasan, atau bahkan kekurangan, mungkin mereka akan milih pilihan kedua. Hidup kaya raya meski suami ndak setia.
Karna dia belum pernah tau rasanya punya materi berlebih. Sehingga value materi dianggap lebih tinggi buatnya.
Karna dia belum pernah tau rasanya punya materi berlebih. Sehingga value materi dianggap lebih tinggi buatnya.
Bisa jadi perspektifnya berbeda sama yg biasa hidup mewah. Materi bukan lagi masalahnya. Mungkin dia ambil pilihan pertama. Suami setia meski sederhana.
Krna afeksi, cinta, dan kesetiaan partner hidup lebih dia butuhkan. Sehingga value kesetiaan dianggap lebih tinggi buatnya.
Krna afeksi, cinta, dan kesetiaan partner hidup lebih dia butuhkan. Sehingga value kesetiaan dianggap lebih tinggi buatnya.
Yang bisa kukatakan adalah yuk fokus aja sama progress kita masing-masing. Ndak perlu ada rasa saling mendahului satu sm lain. Ndak perlu ada rasa siapa yg lebih hebat.
Karna pada akhirnya semua hanya sebatas point of view aja.
Panjang umur perjuangan.
Selamat malam.
Karna pada akhirnya semua hanya sebatas point of view aja.
Panjang umur perjuangan.

Selamat malam.