Aku pengen cerita pengalamanku dengan COVID-19. Jadi aku terkonfirmasi positif dari pemeriksaan Swab RT-PCR. Aku diswab karena sempet kontak erat sama temen PPDS dan nakes yang positif
- Thread-
- Thread-
Pertama kali ditelpon sore itu dan diinfoin kalo hasilnya positif sempet shock, karena bukan takut gimana-gimana, tapi lebih takut nyebarin ke istri dan yang lain. Perasaan bersalah ini jujur yang buat aku down bgt awalnya
Aku sendiri sebenarnya gk ada yang khas , cuma memang ada sariawan kayak panas dalem gt aja. Atau boleh dibilang aku OTG (Orang Tanpa Gejala) atau sekarang dikenal dengan istilah kasus konfirmasi tanpa gejala / gejala ringan
Setelah koordinasi sama pihak K3RS RS dan diarahin boleh dijemputnya di kos aja (takut masuk koran dan membuat gempar khalayak ramai). Aku dijemput sama satgas COVID-19 di RS
Akhirnya malem itu juga , dengan berbekal baju dan barang seadanya aku diangkut ke tempat karantina yang letaknya deket banget sama tepi pantai. Dipikiran cuma mikir istri sama yang lain gimana, dan berdoa supaya mereka hasil swabnya negatif
Jadi karena aku tidak bergejala , aku ditaruh ditempat karantina untuk orang yang positif tapi tidak bergejala atau bergejala ringan. Aku dikarantina di UPTD Bapelkesmas Bali. Kalau bergejala sedang dan berat harus dirawat intensif di Rumah Sakit.
Jadi setelah sampai disini, ternyata tempatnya so far so good. Layak lah buat ditinggalin. Asalkan ada AC pasti bisa lah tidur (pada dasarnya emang tukang tidur). Dan udah dpt handuk sama alat mandi lengkap
Disini aku satu kamar sama temen yang positif dan untungnya dia udah gk ada gejala. Walaupun udah gk ada gejala kita tetep pake masker double . Just in case supaya sama-sama tidak menularkan
Disini kita disedain makanan dan air gratis. Jam makannya jam 7 pagi, 12 siang dan 6 sore. Sebelum waktunya jam makan kita diukur suhu dan ditanya keluhan. Setelah aman kita ada sesi aromaterapi dulu
Sempet agak skeptis sama sesi aromaterapinya ini , karena mikirnya gk evidence based ato gimana. Tapi karena penasaran , gk ada salahnya buat di coba aja
Jadi kita diminta duduk di kursi dan meja yang udah disediain, udah ada mesin aromaterapinya gt. Sebelum dihirup, kita disuruh bersihin tangan dan bersihin mesinnya karena nanti pas dihirup harus lepas masker.
Sempet agak takut , tapi karena penasaran akhirnya aku coba hirup . Baunya asing , kayak balsem (?) campuran rempah - rempah (apa mungkin arak?
) Kira-kira setelah 5 menit sesi aromaterapinya selesai. Kita diminta untuk ngasi penilaian setelah aromaterapi ini perasaanya gimaa

Jujur awalnya gk ngerasa apa setelah hirup. Tapi mikir juga, sebenarnya COVID-19 ini sampai sekarang belum ada obatnya. Hal-hal seperti aromaterapi ini mungkin bisa memberikan âplacebo effectâ , jadi kayak sugesti untuk sembuh ketimbang gk dikasi apa-apa
Apalagi kan orang-orang dikarantina disini jauh dari keluarga dan rumah, belum lagi dengan perasaan ketidakpastian kapan bisa sembuh. Ketimbang tidak dikasi apa-apa lebih baik dikasi sesuatu kan. Gk ada efek buruknya juga
Dan setelah 3 kali sehari ikut sesi aromaterapi ini, ternyata ada efeknya , mungkin sugesti, tapi aku ngerasa pernafasan lebih lega, jauh lebih tenang dan lebih optimis untuk sembuh
Singkat cerita setelah sesi aromaterapi, kita bisa dapat makanan, masker, dan madu. Jujur gk expect apa-apa untuk makanannya, udah dapet makan minum aj udah syukur
Ternyata makanannya lumayan enak, lengkap dengan buah dan vitaminnya. Dan madunya agak aneh , sepertinya campuran jamu karena pahit. Tapi nilai plusnya setiap makan bisa ngeliat pemandangan pantai ini dari atap gedungnya. What a view
Jadi ini bener-bener pengalaman baru bagi aku yang biasanya diposisi dokter, sekarang berada di posisi âpasienâ , yang infectious pula. Jadi dizona merah ini , petugas medis maupun petuga kebersihan wajib pake hazmat, even nyapu dan ganti galon aqua.
Lingkungan disini juga rutin di desinfeksi tiap hari satu kali
Selama dikarantina aku dpt konsultasi emotional healing . Jadi pake videocall kita ditenangin, diajak berpikir positif, diubah mindsetnya âitâs okay to not be okayâ . Diajak ketawa, pokoknya berdamai dengan COVID-19
Disini aku diundang ikut grup WA yang isinya psikiater dan diberikan konsultasi videocall untuk ngasi emotional healing dan cara menghdapi stres. Semua itu membantu banget menurutku untuk tetep bisa buat kita selalu berpikiran positif despite of COVID-19
Selain itu disini juga ada konsultan spiritual healingnya. Jadi diminta sembahyang pasrahkn diri dan dikasi afirmasi positif untuk cepet sembuh. Dan dikirim âenergi positifâ jarak jauh juga langsung ke kamar.
Selama disini aku dan banyak pasien yang lain berjemur mencari sinar matahari sambil olahraga kecil-kecilan
Aku disini di karantina total selama 5 hari . Hari ke 3 di swab ulang. Kalau hasil swabnya negatif, kita boleh pulang. Kalau masih positif di karantina dulu sampai totalnya 10 hari karantina baru boleh pulang
Pas aku dibilang positif , temen-temen yang lain bilang biar cepet sembuh harus selalu berpikiran positif. Harus semangat jangan stress. Karena kalau stress ato down terus , imun kita jadi drop dan seringkali penyakitnya bisa tambah parah
Untungnya keluarga , teman- teman dan lingkungan sekitarku benar-benar suportif banget untuk jangan stres dan menghadapi semua ini dengan ikhlas
Bagiku pemandangan pantai/ laut tu sifatnya healing secara emosinal banget bagi aku. Lumayan walaupun gk bisa ke pantai, liat dari jauh aja udah seneng
Berusaha selalu berpikir positif, tetep minum vitamin , makan buah-buahan, kumurâ antiseptik rutin, berjemur dan olahraga kecil-kecilan rutin aku lakuin selama karantina disini
And itâs really work. Jadi aku swab pertama setelah 3 hari di karantina dan untungnya langsung hasilnya negatif. Dan seneng banget akirnya bisa balik kerumah walaupun mesti isolasi mandiri dulu selama 7 hari
Nah walaupun udah boleh pulang nih, tetep harus karantina mandiri dirumah selama 7 hari. Jaga-jaga , sekalian ngembaliin kondisi sebelum kembali aktivitas yang normal
Jadi berakirlah perjalanan karantinaku ini. Terimakasih buat Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan semua pihak terkait untuk pelayanan karantinanya yang optimal dan suportif banget untuk kesembuhanku 


Pesannya bagi para nakes tetep taati protokol kesehatan , pakai APD sesuai level. Dan bukan cuma sama pasien aja , even antar nakes juga tetep dipakai APDnya dan tetap physical distancing. Kalau bisa , tetep pake masker kalau ketemu bapak ibu dan keluarga yang lain.
Bagi temen-temen yang lain yang diluar sana, the threat is real, COVID -19 is real, semua orang bisa kena, bisa bapak , ibu, istri dan anak-anak kita bisa kena. Dan kita gk akan tau apa yang bisa terjadi setelah kita kena
Aku disini bareng sama orang yang ditinggal meninggal sama keluarga terdekatnya karena COVID-19, ada yang keluarganya sedang dirawat di Rumah Sakit karena perlu penanganan intensif. Kebayang gk keluarga kita meninggal tapi kita gk bisa ngeliat untuk terakhir kalinya.
Di posisiku untungnya aku masih sehat, keluarga untungnya gak kenapa. Nah kalau kita yang âtidak bergejalaâ ini nyebarin ke orang-orang yang rentan seperti bapak ibu kita dan orang-orang dengan komorbid , tentunya ini jadi malapetaka.
Tetap taati protokol kesehatan, cuci tangan , pakai masker, tetap physical distancing, hindari kontak yang tidak perlu. Ayo sama-sama cegah COVID-19 




Highlight dari apa yang kualamin waktu karantina kemarin adalah aku ngerasa penting banget kita di posisi pasien dapet support secara emosional, untuk bisa menata diri, berpikir positif dan berdamai dengan COVID-19
Karantina adalah proses yang panjang, stressful, dan membuat kita merasa terisolasi. Pengobatan yang saat ini sifatnya masih suportif dan dengan segala pemberitaan dan ketidakpastian yang ada itu bener-bener buat pasien down
Secara gk langsung stres dan perasaan terisolasi mempengaruhi kualitas tidur kita selama di karantina, nafsu makan menurun, dan pada akhirnya bisa menghambat tubuh kita untuk sembuh dari COVID-19
Di tempatku karantina aku bersyukur dapet penanganan yang sifatnya holistik , gk cuma obat atau terapi , tapi dukungan emosional dari konselor dan support spiritual juga diberikan disini. Bagi aku pribadi semua support itu berkontribusi besar untuk kesembuhanku
Sayangnya banyak temen-temen yang dikarantina di tempat lain yang mungkin gk ngedapetin support itu. Mereka cuma dikasi obat, dan obat aja tanpa memperhatikan aspek stres dan emosional mereka