Jadi ini pidato Lee Kuan Yew sesaat setelah Singapura ditendang dari Federasi Malaya, LKY mengatakan pada akhirnya kita akan tumbuh lebih pesat dr Malaysia, mereka akan mengikut cara hidup kita sebagai negara multirasial. Sejarah akan membuktikan berada di pihak kita (Singapura)
Sejak kemerdekaan Malaysia tahun 1957, pemimpin federal di Kuala Lumpur menerapkan sistem politik “Ketuanan Melayu” dimana hak hak khusus diberikan kepada orang orang Melayu, politik ini yang ditentang oleh Lee Kuan Yew.
Lee Kuan Yew awalnya meyakini masa depan Singapura ada bersama dengan Malaysia, karena Singapura dan Malaysia memiliki hubungan sejarah yang kuat yang sulit untuk dpisahkan, selain itu LKY berpandangan Singapura yg miskin SDA tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa Malaysia.
Keinginan Lee Kuan Yew untuk menyatukan Singapura dengan Federasi Malaya awalnya di pandang skeptis oleh Kuala Lumpur, karena Populasi Singapura yang dominan Etnis Chinese dimana populasi keturunan Chinese mencakup 78% dari penduduk Singapura.
Sedangkan di Semenanjung Malaya komposisi penduduknya 45% Melayu dan 37% etnis Chinese, jika Singapura bergabung dalam Federasi Malaya maka komposisinya berubah. Etnis Chinese menjadi mayoritas dengan 51% dan Melayu menjadi 38%. Dan komposisi ini dianggap merugikan etnis Melayu.
Namun Perdana Menteri Malaysia saat itu Tunku Abdul Rahman berkeinginan untuk mengajak Sabah, Sarawak, dan Brunei di Kalimantan untuk ikut bergabung dalam Federasi Malaya, masuknya Sabah & Sarawak akan menambah populasi Melayu untuk mengimbangi populasi etnis Chinese.
Brunei kemudian menolak bergabung untuk ikut membentuk Federasi Malaya, karena kurang puas dengan kesepakatan antara Sultan Brunei saat itu Sultan Omar Ali Saifuddin dengan pemerintahan Federal di Kuala Lumpur soal pengelolaan kekayaan Sumber Daya Alam Brunei.
Politik “Ketuanan Melayu” yang digagas oleh Tunku Abdul Rahman ditentang oleh Lee Kuan Yew, karena LKY mengingingkan Malaysia yang adil bagi semua ras dan golongan, jargon politik LKY yakni “Malaysian Malaysia” dimana semua suku bangsa memperoleh hak yg sama dengan bangsa Melayu.
Politik “Ketuanan Melayu” ini mendapat tantangan keras dr etnis Chinese di Malaya, sehingga menimbulkan rasa frustasi, politik rasial ini juga yang membuat etnis Chinese kurang memiliki Sense Of Belonging terhadap Malaysia.
Konflik Rasial tidak terhindarkan, tahun 1964 terjadi kerusuhan rasial antara etnis Chinese dan Melayu di Singapura menewaskan lebih dari 20 orang dan 106 orang terluka. Pertentangan tidak hanya terjadi dalam masyarakat tapi juga antara pemerintah pusat dengan Singapura.
Dialog berusaha dilakukan antara pemerintah pusat di Kuala Lumpur dengan pemerintah Singapura namun sering terjadi “deadlock political” bahkan sempat ada gagasan menggabungkan partai berkuasa Lee Kuan Yew ke dalam koalisi Partai yang berkuasa di Kuala Lumpur yakni UMNO.
Namun di sisi lain perpecahan juga terjadi dalam komunitas masyarakat Chinese di Semenanjung Malaya. Etnis Chinese di Malaya yang dominan di Penang dan Malaka merasa khawatir akan kehilangan pengaruhnya jika partai penguasa Singapura bergabung dalam koalisi.
Dialog antara pemerintah pusat di Kuala Lumpur dengan pemerintah Singapura dibawah LKY tidak kunjung membuahkan hasil, kebuntuan politik terjadi, hingga akhirnya Parlemen Malaysia bersidang untuk memutuskan nasib Singapura yg dianggap “ sumber penyakit” di Federasi Malaya.
Secara aklamasi, Parlemen Malaya memutuskan untuk menendang Singapura dari Federasi Malaya, perceraian sepihak ini sangat memukul Singapura, menurut LKY Singapura akan sulit bertahan sebagai negara tanpa dukungan dari Malaysia. Lee Kuan Yew menangis karena peristiwa itu.
Setelah secara resmi Singapura dikeluarkan dari Federasi Malaya, berapa jam kemudian LKY mengumumkan proklamasi kemerdekaan Singapura dari Malaya. Menurut LKY, Singapura satu satunya negara di dunia yang karena terpaksa menjadi sebuah negara merdeka.
Pada saat itu Singapura dilanda kekhawatiran akan masa depan Singapura setelah berpisah dari Malaya, LKY sendiri mengatakan berhari hari tidak bisa tidur karena khawatir akan masa depan Singapura, namun dihadapan rakyatnya, LKY berusaha tidak menunjukan kekhawatirannya itu.
Walau khawatir akan ketidakpastian mengenai masa depan Singapura namun LKY mengajak untuk “Move On” dan terus optimis dengan bekerja keras untuk membangun Singapura sebagai sebuah negara yang multirasial dan membuktikan kepada Malaysia bahwa Singapura bisa survive.
Lewat semangat optimis dan kerja keras LKY bersama rakyat Singapura membangun Singapura dari atas perpecahan dari Federasi Malaya. Perpisahan Singapura dari Malaya menurut LKY adalah hal yang paling “menyakitkan” dalam sejarah Singapura.
- SEKIAN -