Saya, Ambros, Dano, Isay dan Charles tinggal 1 bulan bersama 420an Napi di Ruang Penampungan Atau ruangan Masa Pengenalan Lingkungan (Mapenaling)
Beginilah kondisi Tahanan di Mapenaling, Rutan Salemba, Jakpus. Dulu, sebelum Covid, saat Covid (sebelum kami bebas) ruangan/Barak Penampungan ini sudah kosong sebab Rutan tak terima Orang Tahanan Baru.
Pernah saya diteriaki PSK (Penjual Sabu Keliling) dari lantai 2 blok A atau Blok B, "Om Kribo, doyan sabu gak? Atau Ganja?" Lalu gue jawab " Gak, gue gak mau Sabu atau Ganja, gue maunya Ngentot!"..dan si Penjual Sabu Keliling pun tertawa...
Dulu saya pernah ikut diskusi over kapasitas Penjara. Selama di Salemba saya baru sadar apa itu Over Kapasitas Pjr. Masalahnya bukan karena jumlah penjara kurang saja. Itu masalah hilir. Tp masalahnya regulasi & aparat konsepnya masih menjarain2 org melulu
Ini lapak tidur saya dan ambros di Lapak Korea. Lapaknya tahanan orang Batak. Sebelumnya saya di Lapak Palembang. Saya pindah karena stress orang ribut melulu dan dari lantai 2 napi lama ngeludah dan buang air ke lapak Palembang.
TV dlm barak penampungan ini cuma 1. Klo ada yg berani ganti Chanel lngsg rame. Botol2 ini buat nampung air Cadong buat minum. Tp airnya brsa ada yg lengket. para tahanan jadi sakit tenggorokan.
Utk bisa masak mie & seduh kopi hrs "nembak air" caranya air di botol plastik lalu bakar bawahnya dgn plastik2.. polusi udara jdnya. Makanya banyak tahanan yang sakit. Saya sempat sakit demam dan keluar darah dari hidung. Ehh mau ke klinik prosedurnya rumit.
Setelah 1 blm di barak penampungan. Kami turun blok. Kami di blok J. Kamar 18. Itu pun stlh ada tekanan dr teman2 diluar. Banyak tahanan dan napi tidur di lorong krn gak punya uang untuk "tiket" masuk kamar dan bayar uang Mingguan kamar. Beginilah situasi di lorong blok
Kami berlima di tempatkan di blok J sel kamar 18 (J18). Sel ini dijadikan 3 kamar. 1 kamar dibawah. 2 kamar di atas. Kamar atas belakang Dano itu adalah Kamar "Apotik", kamar penjualan Sabu. Petugas tahu soal ini. Heran kenapa kami ditempatkan di kamar J18 yg ada apotik sabu.
Sel J18 ini banyak nyamuk. Karena lantai bawahnya bocor, penuh genangan air. Konon katanya, kamar ini dulunya kamar paling bagus, to sekarang rusak. Dulu yg bikin sel ini berkayu adlh Terpidana Mati Narkoba, Fredy Budiman. So, sdh lama kamar ini tempat transaksi Sabu.
Tgl 12 Mei rencananya akan bebas asimilasi. Tp batal. Phk Rutan dpt tlpn langsung dari Kemenkumham Dir Lapas. Gak boleh dpt asimilasi Krn kami Napi Pasal Makar. Usut punya usut juga ada info pihak Kemenkumham dapat tekanan dari aparat maupun dari mantan aparat di lingkaran istana
Tapi semua itu baru info. Intinya kami gak bisa bebas asimilasi Krn pasal makar gak bisa pake Permenkumham harus pake PP 99. Lalu saya "todong" petugas agar kami dipindahkan ke sel dan blok yg lebih baik. Saya minta dipindahkan ke blok L sel no 2 (L2). & Kami minta gak bayar apa2
Krn kwn2 sdh siapkan makanan buat kami dlm jumlah besar. Kami lobby petugas agar makanan B2 yg tlh dibuat kawan2 bisa diantar masuk ke dalam rutan Salemba. Hasilnya kami hibur diri dengan makan B2 bersama....
Ini situasi di Blok L sel nomor 2. Meski cuma 2 Minggu tapi lumayan mengobati gegara habis di Prank Negara...yang batalin kita bebas asimilasi
Hidup di penjara tak lantas semuanya ditanggung negara. Krn nasi, lauk dan air Cadong (makanan penjara) jumlahnya dikit. Tentu gak etis buat yg tidur di sel makan jatah yg dikit itu. Kasihan tahanan yg tinggal tidur di lorong. Jadi kami harus masak dan beli lauk pauk sendiri.
Air juga kami beli sendiri. Galonnya juga beli. Kalau ada kerusakan listrik bayar pakai uang sendiri. Tahanan lain bayar uang kamar dan bayar uang Mingguan. Kami tidak bayar Krn pihak Penjara khawatir dgn tekanan publik atas kami. Dan lobby kawan2 agar kami tdk tidur di lorong.
Pintu2 blok dikunci malam sekitar jam 8an. Dan dibuka sblm sholat subuh Sebelum apel malam. Sehari ada 3x apel. Apel pagi jam 8. Apel siang jam 1an. Apel malam jam 8. Penghuni lorong blok gedung tipe 7 stlh pintu blok dibuka subuh, mereka sering tidur di pinggir jalan Penjara.
Selama di Penjara Rutan Salemba kami beribadah di gereja Bethesda, gereja di penjara. Saat di penampungan ke gereja mrpkn kesempatan kami untuk dapat relaksasi, dpt udara baik dan makanan baik dari pelayanan misionaris gereja2 Kristen maupun katolik.
Di Gereja Bethesda ini sa melihat kesedihan para tahanan narkoba dan kriminal. Tak jarang dr mrk yg menangis Krn kesalahan masa lalu. Atau yg sebenarnya tak salah tp dijebak shg masuk penjara. Sebagian dr mrk mencari keselamatan dr kehancuran jiwa & pikiran di Rumah Ibadah.
Benar bahwa banyak orang yang tak salah dan tidak jahat di penjara. Dan banyak orang yang salah dan jahat justru tidak dipenjara. Tapi penjara di negeri ini bukan tempat menyembuhkan jiwa, hati dan pikiran yang rusak. Negara mensederhanakan masalah dgn buat orang banyak dipenjara
Pemerintah dan Negara mencoba memenjarakan pikiran kami. Tapi sejarah sudah mencatat pikiran tak bisa dipenjara. Dan negara yang masih memenjarakan orang2 yg memperjuangkan pikirannya adalah negara yg "miskin" demokrasi. Negara yg belum dewasa dalam mengatasi perbedaan politik
Aneh tapi nyata.Demo Damai dikenai pasal Makar (Aanslagh). Pasal yg dibikin kolonial Belanda. Padahal Soekarno & Hatta yg jelas proklamirkan negara saat Belanda "datang" lagi gak pernah tuch di tangkap dgn Pasal Makar/Aanslagh. Enggak main2 lho, bikin negara Soekarno Hatta itu
Oh ya, knp bisa ada dokumentasi ini bisa ada. Krn di penjara jual beli & servis HP ada. Bisnis narkoba lancar. Bisnis transfer & terima uang kiriman juga lancar. Warung makanan ada. Petugas tahu itu Jual beli farfum ada. Yg gak ada prostitusi, sblm 2016 kata para Napi lama ada.
Saya bisa pahami warung makan, koperasi dan bisnis transfer uang ada di penjara. banyak hal harus beli di penjara. Kalau mau hidup layak dan sehat. Kalau gak ada bisnis transferan dulu ada kejadian "uang pelor". "Uang pelor" itu napi gulung uang pake plastik trus ditelan.
Soal kebutuhan seks para tahanan dan Napi juga negara abai. Bayangkan para tahanan & Napi yg curi2 kesempatan di ruang kunjungan. Padahal di ruang kunjungan itu banyak anak kecil datang. Saking sang'e nya para napi ada yg minta "dikocokin' sama pasangannya. Atau pelukan & cipokan
Ada juga yg bikin siasat pake rok panjang dan celananya dibolongin. Lalu ceweknya di pangkuan, bergoyang lah mereka.sambil berpelukan. Ato si cowok memeluk sambil jemarinya main di rok atau celana si cewek. Sambil memeluk. Seorang teman saya yg berkunjung bilang, "ihh bau sperma'
Napi itu manusia. Bkn gedebog pisang. Mrk jg buth penyaluran seks. Sblm Matta Najwa dtng ke Salemba ada toilet & kamar kunjungan di atas yg bisa disewakan untuk wik wik. Tp sjk sidak. Gak ada lagi. Pdhl negara bisa atur soal kamar wik wik ini dgn syarat dan ketentuan yg diatur.
Krn biaya hdp di penjara mahal. Survival napi macem2. Ada yg nyopet. Ada yg nyiletin kantung temannya. sevis elektronik. Pijat. Jd tamping (Tahanan Pendampinh) yg juga ada beberapa yg mesti bayar. Jualan nasi. Jualan narkoba. Atau jd BNN (bagian Nagih2) alias tukang pukul.
Ada yg jadi Pramuka penjara. Jd tamping Dapur untuk makanan Cadong. Jualan kopi. Tukang antar surat kunjungan. Atau kalau punya duit buka "Apotik". Kalau ada duit dan nyali jadi Frontmen Blok (Ketua pengurus Blok).. yg paling tak berpunya jadi Corvee (napi yg jadi pembantu napi)
Jadi kelas sosial di Penjara itu nyata banget. Napi Kaya, koruptor misalnya, bisa beli kamar di Blok O seharga 50-70 juta. Blm uang Mingguannya. Gak perlu masuk Penampungan atau Mapenaling dulu kayak kami selama 1 bulan. Bahkan Napi dari blok lain gak bisa main2 ke Blok O ini.
Jadi dipenjara kita bisa lihat ada Napi dengan pakaian Necis tampang klimis. Tapi kita bisa lihat lebih banyak lagi napi yang kakinya korengan, selangkangannya budukan, bajunya itu2 aja, Krn sabun, sampoo mandi dan sabun cuci baju harus beli. Tidur berpindah2..makan rebutan.
Nah tamping kebersihan & tamping Dapur ini kelihatan banget kurang diperhatikan. Padahal meja ujung tombaknya penjara. Pakaian mereka kotor. Badan mereka juga gak bersih. Gak sedikit yg kulitnya bermasalah. Jadi makanan yg mereka bikin pun gak higienis. Honor pun mereka tak ada.
Kalau ada Napi yg berkelahi atau berutang di masukin ke blok sel Isolasi (Blok P). Tipe kamar 1. Isinya bisa ber 6. Sblm KaRutan yg sekarang ngosongin blok P. ada Napi yg di isolasi lebih dr 4 bulan. Seperti teman saya ini. Ada pesanan Isilop agar dia dari awal masuk di isolasi.
Temen itu memang ada salahnya. Dia demoin Satlantas. Lalu di ajak ketemuan Ama Isilop. Trus ditawarin duit 3 jt. Awalnya dia nolak. Ketika dia ditawarin duit 10 jt. Dia terima. Trus dia langsung ditangkap. Saat masuk Salemba, ada pesanan agar dia masuk sel Isolasi.
Oke dia salah, dgn demo yg gak tulus Tapi apa perlunya Isilop bikin pesanan agar dia menghuni sel Isolasi dalam jangka waktu cukup lama. beruntung sblm lebaran Kepala Rutan yg baru memutuskan mengosongkan semua kamar sel Isolasi yg dihuni 98 orang itu. Kalau gak bisa lebih lama
Nah sekarang soal Covid-19. Rutan Salemba memang paling cepat me"Lock down" Rutan dr dunia luar. Tapi negara gak prnh melakukan pemeriksaan kesehatan thdp semua tahanan & Napi. Meski kita dibagikan vitamin dan masker tapi dgn jumlah 4200an (awal Covid). Gak tahu siapa yg kena.
Ktk Menkumham bebasin scr asimilasi napi kriminal publik mlh tolak napi non kriminal. Setuju saya utk tolak asimilasi napi Koruptor. Tp yg bikin penuh itu Tahanan & Napi Narkoba. 270 ribu Napi, 70an% itu napi Narkoba. Kami tahanan politik pun akhirnya gagal dapat asimilasi
Kasus kami batal asimilasi itu aneh. Pasal Makar itu adanya di KUHP, berarti pidana umum. Bukan pidana khusus. Lha kok di PP 99 dinyatakan sebagai Pidana Khusus. Meski di KUHP disebut sebagai kejahatan thdp keamanan negara tapi KUHP tetap menyatakan itu pidana umum. Bukan khusus
Jadi ketika penjara penuh dan sekarang masa Pandemi Covid-19, tugas negara memastikan agar Tahanan & Napi Tak berpunya seperti "Anak Ilang" dan semua Napi non Koruptor yg hidupnya sejahtera di Penjara itu bisa dapat jatah asimilasi. Dan gak usah dipersulit dgn tetek bengek syarat
ketinggalan soal "anak ilang". Anak ilang adlh orang2 yg gak punya uang & gak dikunjungin. Saat di penampungan, orang2 yg gak bisa bayar uang OT-an, mrk dibuang ke Lapak Buaya. Lapak Buaya persis di dpn Toilet. So, klo makan dia menghadap WC dia bisa makan sambil lht orang boker
Ada jg orang yg udah byr uang OT-an lapak. Krn gak bayar mingguan lapak dia dibuang ke Lapak Buaya. Tergantung mood si Brengos Lapak itu. Penampungan mirip hutan rimba. Siapa yg plng kuat. Dia penguasa lapak & penguasa penampungan. Biasanya bekingnya kesukuan. Trus jadi Frontmen
Jd klo gak punya duit & nyali berkelahi. Tahanan nempel ke "geng" Batak (Korea), Palembang, Lampung, Arek Suroboyo, Barpus (Barat Pusat), atau geng Ambon. Tapi tentu bos dari para bos adalah Bandar Besar Narkoba yg bisa beli siapapun juga. Termasuk beli "pasukan" dan "loyalitas".
Ya itu semua cerita yang bisa saya ingat untuk berbagi dengan para netijen terhormat. Foto ini diambil setelah Ambrosius mulait membantu menggerai rambut saya dgn minyak Krn sdh mulai menggimbal. Esoknya kami bebas murni stlj jalani hukuman 9 bulan. Kami vonis 9 bulan Penjara.
Di Salemba kami hidup bersama 4200an orang. Di Penjara Mako Brimob, hanya kami ber-6. Dulu penjara Itu di isi oleh tahanan & napi Teroris. Stlh insiden teroris bunuh 7 polisi Densus. Penjara itu kosong. Konon Ahok pernah di situ. Entah benar atau tidak. Bagi saya masih misteri
78 hari kami ber-6 di Mako Brimob. 73 harinya sy berada di sel isolasi. Polisi tak akui itu ruang isolasi. Ya sdh. Yg jelas. Sel saya berbeda dgn yg lain. Pintu besi baja tertutup. Tak ada jendela ke arah sel teman sy. Ventilasi kecil dibagian blkng.
Di dinding saya lihat coretan2 yg jadi bukti pernah ada tahanan yg dipenjara di sel itu dalam jangka waktu lama. Tulisan Alloh sbg arah kiblat sholat. tulisan nama2 orang. Polisi selalu blng itu sel biologis (sex) Napi. Masak ada coretan bulan dsb.