MIMPI BURUK
.
.
.

Para Pembakar Bendera PDIP
.
.
.

MBLANDANG, sedikit agak mewakili tapi masih gak pas.

Nekat, terlalu menunjuk kebiasaan melekat kelompok ini.

@Lestari_leonita
Goblok, mungkin lebih tepat ya..., kombinasi mblandang & nekat tanpa melihat seberapa kuat pijakannya, telah membuat kelompok ini jadi GOBLOK.

"PIYEK"(anak unggas baru kemarin sore lahir) ngelabrak banteng, tepok jidatpun msh terlalu halus utk menggambarkan kebodohan akut itu.
Tahun 1996, PDI sudah BERANI tolak pinggang dan sebelah tangan kemudian menunjuk nunjuk muka penguasa Orde Baru embahnya preman diatas preman.

Saat itu, F*I, jangankan lahir, indukannya diselingkuhin saja belum terpikir.

Orde baru belum tertarik bikin preman berdaster.
Masih terlalu kuat.

Orde Baru masih jadi penguasa tunggal bagi segalanya. 27 Juli 96 adalah puncaknya.

Sebelumnya, orasi kebangsaan, hiburan langka dijaman Soeharto berkuasa baru dapat kita nikmati hampir setiap hari di jalan Diponegoro no.58 itu.
Tempat itu selalu ramai.

Ruang politik seolah mendapat tempat di panggung itu dimana sebelumnya dijamin pasti akan disambut dengan pentungan dan tembakan.

Jadi ingat peristiwa Priok.....
Masjid sebelah rumah di Kelapa Gading BCS, beberapa hari terakhir terdengar kotbah langka, kotbah menyindir sang penguasa.

Benar, tak lama kemudian, barisan tentara terlihat menyisiri sawah yang saat itu masih tersisa beberapa petak.
Tentara mengepung masjid kecil dan mengamankannya.

Keesokannya, heboh Priok terjadi.

Suara tembakan, entah siapa dan kenapa harus ditembak, tak penting lagi.

Menteri penerangan yang akan membuat pernyataan.
Demikian pula peristiwa Juli 96, orang-orang berbadan tegap (karena hanya seperti ini berita koran waktu itu) mengepung, menyerang dan kemudian menghancurkan panggung plus bangunan di Diponegoro 58.
Untuk membuat efek dramatis, entah bagaimana ceritanya, beberapa tempat yang tak terlalu jauh dari peristiwa GROPOYOKAN Diponegoro 58 itu, tiba-tiba terbakar.

Keesokan paginya, berita bahwa para perusuh membakar adalah mereka yang kemarin berada di Diponegori 58.
Tak ada klarifikasi, karena yang bertugas klarifikasi sudah dugebukin dan bengkak-bengkak entah dikurung dimana.

Itu adalah gambaran Jakarta saat itu. Itu gambaran ketika Orde Baru terusik, dan selalu berakhir dengan cara yang sama.

Selalu ada bakar- bakar menyertai.
PDI tak gegabah....., dibawah Megawati, ketenangan dan kehati-hatiannya membawa berkah, PDIP menjadi penerus sah PDI dan kini adalah partai terbesar negeri ini.

PDIP aset berharga negara ini sedang dirongrong gurem.
.
.
.
.
.
PDIP pembuka pintu reformasi.

Perjalanan sejarah partai yang satu ini sungguh berbeda dibanding yg lain.

Halangan, tantangan, bahkan penghancuran dengan kekerasanpun dialami, & kini ada "piyek" mau main-main dengannya? Memancing marah dgn mem PKI kan dan membakar benderanya?
Kaum bigot itu bukan lawan tanding seimbang dan PDIP tak sebodoh itu. Dengan mudah, markas plus manusia bodoh penghuninya akan rata dengan tanah bila militan partai turun.
PDIP tak mungkin merendahkan martabatnya dengan mengotori tangannya sendiri menyentuh barang haram keberingasan seperti yang mereka mulai.

Cukup dengan teriakan proses hukum, mereka akan terkencing kencing.
Ya...,mereka hari ini berlaku bodoh, mereka masuk ranah sakral raksasa kalem yang tak punya kebiasaan marah. Mereka membakar bendera kebanggan, mereka membangunkan raksasa tidur.

Hanya masalah waktu mereka kaum bodoh itu akan dilumat sistem.

Nasib mereka sedang diujung tanduk.
Rasa marah dan benci kepada Presiden yang sah telah menggiring mereka masuk jebakan yang dibuatnya sendiri.

Membenturkan diri dengan tembok perkasa PDIP, sungguh..., itu perbuatan bodoh.
Bukan hanya pembakar bendera dan korlap, donaturnyapun, jangankan tidur lelap, hanya pingin kencing saja, dia harus mulai tengok kanan tengok kiri.

Jam tayangnya sudah di"set" dengan waktu berbatas.
.
.
.
You can follow @Lestari_Leonita.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.