“Kenapa #BlackLivesMatter kok bukan #AllLivesMatter, bukannya kita semua penting ya?”
“Semua kan juga susah, gak cuma mereka doang yang menghadapinya.”

Pernah berpikir seperti ini?
Bener kok kamu, memang banyak sekali bencana, alami maupun tidak, yang dihadap oleh semua kalangan di seluruh dunia. Tapi, pernahkah kamu dinilai hanya dari warna kulitmu? Pernahkah ditolak, disalahkan, dihina bukan karena kamu memang bersalah tetapi hanya karena warna kulitmu?
Jika sudah, artinya kamu baru merasakan sedikit dari apa yang mereka rasakan.

Org2 kulit hitam di Amerika diculik secara paksa dari negara mereka sendiri dan dijadikan budak untuk orang kulit putih di negara lain.
Mereka ditelanjangi dari kebebasan mereka dan dicap sebagai sub-manusia di bawah ras kulit putih; dianggap tidak pantas untuk mempunyai hak yang sama.

Tidak seperti kita yang akhirnya bebas dan hidup di kampung halaman sendiri, mereka tidak bisa kembali ke rumah dan keluarganya.
Benar, orang kulit hitam di AS sudah bukan budak lagi. Tapi, taukah kalian guna polisi pertama di AS adalah patrol perbudakan untuk menangkap budak yang kabur dan memberhentikan pembangkitan budak? Polisi sampai sekarang pada dasarnya bekerja untuk menjaga ketertiban tersebut.
Contohnya, Matthew Tucker, seorang remaja berkulit hitam berumur 18 tahun, menelpon 911 (hotline khusus keadaan darurat) untuk meminta pertolongan, tetapi polisi berkulit putih yang seharusnya datang untuk menolongnya malah menembaknya.
Contoh lainnya adalah Breonna Taylor, seorang paramedik berkulit hitam berumur 26 tahun, yang ditembak 8 KALI saat dia sedang tidur di RUMAHNYA SENDIRI.

Orang kulit hitam tidak bisa merasa aman di rumah mereka sendiri, mereka tidak bisa istirahat atau kabur dari rasisme.
Sedangkan, polisi akan lebih sabar dan berbicara kepada orang kulit putih sebelum mulai mengambil tindakan apapun, lebih-lebih lagi menembak.

“Tapi budaya kita kan beda sama mereka.” Benar, tapi lihatlah bagaimana cara kita memperlakukan teman-teman kita dari Papua.
Mereka tidak bisa merasa aman di negara mereka, yang bisa dibilang adalah rumah mereka sendiri. Kalian tahu kasus rasisme yang terjadi pada mahasiswa Papua di Surabaya, di mana aparat memaksa untuk mengeluarkan para mahasiswa dari kamar mereka dengan gas air mata.
Bukan hanya itu, sampai sekarang pulau Papua masih diduduki oleh militer yang tidak berhenti menyerang kebebasan masyarakat di sana. Sudah lama terjadi penembakan, pembunuhan, dan penangkapan penduduk, beberapa kasus tidak diinvestigasi kejadiannya.
Dan JANGAN PERNAH LUPA akan penembakan massal yang terjadi di Nduga, Papua pada Desember 2019, mengakibatkan sekitar 37rb warga untuk mengungsi dari rumah mereka sendiri.
“Seharusnya mereka jangan bikin ricuh, seharusnya mereka berdiskusi dengan tenang.” Lihat Ferry Kombo (mantan Ketua BEM UNCEN) serta Alex Gobay (Ketua BEM USTJ), mereka dijerat pasal makar dan dituntut 10 thn (dituruni menjadi 11 bln) penjara karena berdiskusi menentang rasisme.
Sedangkan Ketua BEM UGM, M. Atiatul Muqtadir (Fathur), malah viral dan disayang oleh warga sampai disponsori banyak brand setelah berdiskusi menentang RUU KUHP.

Masihkah kalian memaksa Papua tuk bahagia saja padahal tidak diperlakukan dengan hak yang sama?
Lihatlah lebih dekat lagi, pernahkah kamu mendengar atau dikatai: "Kok iteman sih? Gaada yang mau nanti sama kamu!" atau "Putihin deh badan, biar bersihan"?
Media kita didominasi oleh org2 berkulit terang, terus-menerus mengabadikan kepalsuan bahwa kulit yang lebih terang lebih diinginkan dan menarik. Saat menonton film, yang karakter kaya pasti berkulit terang sedangkan yang miskin pasti “dekil” dan berkulit lebih gelap.
Lihatlah industri servis memberikan perlakuan yg lebih baik pd pelanggan kulit putih dibandingkan dengan yg lokal, yg bukan kulit putih. Lihatlah perusahaan dan negara lebih menghargai org2 yang lulus dr sekolah di luar negeri lebih dr mereka yg lulus dr sekolah di negara sendiri
Seringkali didengar bahwa mempunyai istri/suami kulit putih akan memperbaiki keturunan kita.

Kita ini mirip ya, sama-sama masih dihantui oleh kolonialisme. Sudah merdeka tapi kok masih memakai peraturan orang kulit putih; tapi kok masih mendewakan orang kulit putih?
Iya, semua manusia penting, tapi mari kita prioritaskan orang kulit hitam dulu, karena masalah ini bukan cuma masalah mereka, tapi masalah kita juga. Akhirnya kita bisa mendengar dan membantu mereka dengan jelas karena hubungan kita melalui sosial media.
Itulah mengapa #BlackLivesMatter isu ini lebih mendunia dari yang kalian kira. Semangat melawan ketidakadilan, kawan!
You can follow @_nnadewitt.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.