Saat ini, ada sederetan filsuf kontemporer dengan pemikiran cemerlang yang masih aktif dalam dunia akademisi. Salah satunya ialah filsuf lucu nan asik asal Slovenia yang terkenal dengan buku berjudul The Sublime Object of Ideology. Kita akan membahas:

Slavoj Žižek!

- a thread!
Lahir di Ljubljana, Slovenia, pada tanggal 21 Maret 1949, Žižek dikenal sebagai seorang filsuf psikoanalitik dan kritikus budaya. Karya-karyanya cukup memberikan interpretasi yang radikal akan pemikiran Hegel, Heidegger, dan Jacques Lacan.
Ia kini menjadi salah satu filsuf beraliran kiri yang disebut sebagai filsuf selebriti, bersanding dengan Alain Badiou dan Antonio Negri. Ya, istilah filsuf selebriti ini juga pernah disematkan pada Camus, Sartre, dan Foucault dahulu.
Kita akan memulai membahas Žižek dari pemikirannya tentang demokrasi liberal.

Ia selalu berusaha menunjukkan bagaimana demokrasi liberal telah menipu begitu banyak orang. Demokrasi liberal itu bagai orang yang memencet tombol tutup pintu pada lift.
Artinya: tidak ada gunanya. Pintu lift takkan menutup lebih cepat walau kita menekannya berkali-kali. Ini disebut Žižek sebagai ilusi tentang kontrol. Kita nampak mengontrol sesuatu (pintu tertutup lebih cepat), padahal tidak. Hal ini sama seperti saat kita memilih dalam pemilu.
Ketika berada di TPS dan kita akan mencoblos, kita nampak mempunyai kontrol terhadap sesuatu, padahal tidak. Kontrol pada pemerintah ialah ilusi. Kritiknya terhadap demokrasi liberal dan pemikirannya akan totalitarianisme kerap membuat Žižek dituduh otoriter.
Ia kemudian juga dituduh sebagai pendukung Stalin, orang yang nelupakan sejarah gelap komunisme, filsuf fasis, dan banyak lainnya. Tapi dengan santai Žižek menganggap bahwa kritik-kritik serupa hanya membuktikan bahwa mereka tak sungguh-sungguh mengerti pemikiran Žižek.
Baginya, filsafat merupakan sebuah upaya berpikir yang melampaui batasan-batasan. Filsafat adalah cara berpikir yang melampaui hal-hal praktis.

Sebelumnya kami juga menulis bahwa Žižek merupakan filsuf psikoanalitik, hal ini karena ia sangat terobsesi dengan pemikiran Lacan.
Salah satu konsep yang sering dikutip Žižek ialah "the real" (ketidakmungkinan), negasi dari semua simbol maupun imaji yang mengepung rutinitas kehidupan manusia. Negasi ini merupakan penolakan, anti tesis dari peristiwa.
Coba kita melakukan sebuah hal gila yang bertentangan dengan semua kebiasaan kita, itu merupakan contoh paling sederhana dari "the real". Konsep ini disebut mirip konsep benda pada dirinya sendiri dalam filsafat Kant.
"The real" itu seperti keajaiban, ketidakmungkinan yang tak dapat digambarkan atau disimbolisasikan, karena ia begitu unik dan mengguncang. "The real" bisa juga adalah perjumpaan yang tak terjelaskan yang membangunkan kita dari rutinitas kehidupan.
Žižek sebetulnya ingin membalikkan pandangan Kant yang mengatakan bahwa kita tidak bisa sungguh tahu apakah perbuatan kita itu berlandaskan kehendak baik/sudah tercampur dengan kehendak lainnya.
Bagi Žižek, manusia itu bisa bertindak baik dan bebas, hanya saja kita mempunyai ketakutan untuk menerimanya. Maka, tindakan itu masuk ke area simbol dan gambar, kemudian takkan pernah menjadi "the real" itu sendiri.
Manusia itu muak dengan dirinya sampai ia mati, fakta ini begitu traumatis sehingga manusia menolaknya. Padahal, fakta tersebut ialah "the real". Ia bisa dijumpai, tetapi terlalu takut untuk diakui. Sama halnya dengan kebebasan. Kebebasan itu mencemaskan dan traumatis.
Kebebasan merupakan kodrat manusia yang paling sulit kita terima, padahal kebebasan adalah "the real" itu sendiri. Ketakutan terbesar manusia, bagi Žižek, adalah bahwa keajaiban itu ada. Keajaiban itu bernama kebebasan.
Karya Žižek merupakan sebuah tantangan yang mencolok dalam filsafat kontemporer. Karyanya memperkenalkan kembali dan menghidupkan kembali ide-ide pembacanya dari karya para filsuf idealis Jerman.
Ia mempunyai gaya yang sangat unik, terutama ketika melancarkan kritik polemik dari para ahli teori terkemuka lain seperti Derrida dan Habermas. Ia menyajikan perpektif deskriptif baru yang radikal yang membuat kita membuka mata akan banyak paradoks-paradoks dalam ilmu.
Sampai saat ini, ia masih sangat aktif dalam menulis. Bahkan, karya terbarunya terbit tahun ini berjudul "Pandemic!: COVID-19 Shakes the World". Karya ini menyatakan bahwa untuk kita dapat terhindar dari global catastrophe karena corona, dunia ini perlu new form of communism.
New form of communism ini didefinisikan sebagai konstruksi dari "organisasi global yang dapat mengontrol dan meregulasi ekonomi" bersamaan dengan global healthcare network.
You can follow @logos_id.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.