Soekarno itu belajar byk dr Atatürk. Dia mencontoh bgmn nasionalisme-agama bs berdampingan. Tp Soekarno tdk mengambil jalan sekuler sbb: 1) Dia tahu akar agama itu kuat 2) Dia berasal dr sipil yg tdk pny power spt Atatürk. Dia berupaya ttp membawa nilai-nilai agama dlm konsepnya.
Tp sbnrnya dia tdk mau terikat dg aturan agama. Posisinya jd serba salah. Makanya dia jd setengah-setengah. Meski demikian tetap aman.

Tapi soal heroisme, Indonesia tmsk unik. Sebab kita tdk pny faktor tunggal yg bs menjadi alibi mutlak suatu nilai/kelompok spt Kemalisme.
Soekarno bkn tokoh sentral. Smp skrg pun dia tdk dikultuskan. Ini ada peran dr Orba yg meredam pengkultusan Soekarno. Di sini, sy bersyukur krn akhirnya Soekarno tdk jadi spt Ataturk yg nyaris tidak boleh dikritisi. Bhkn, penelitian latar belakang hidup Ataturk dilarang.
Kecuali yg dikeluarkan olh pemerintah. Soal Atatürk selalu jd misteri & dibiarkan terkultuskan. UU soal Atatürk jd smcm UU ITE di Indo. Dia tdk boleh dikritik, dihina, dilecehkan, dijelek-jelekkan, atau dibuat meme-meme.
Pemikirannya mutlak jd dasar negara. Kata-katanya jd jargon-jargon. Ini tdk lain krn pd era setelah 1938, bukanlah Atatürk sendiri yg menerapkan itu semua, tp pr pengikutnya stlh ia wafat. Utk apa? Mengamankan posisi.
Sbb smp pertentahan 1955 konflik ideologi msh terjadi dg Islamis. Kaum Islamis merasa tertipu krn mendukung Atatürk wkt perang kemerdekaan & dijanjikan sistem khilafah akan diteruskan. Kemalisme jd doktrin mutlak.
Dr pola ini, mudah terbaca jika kita kini berada dlm era doktrinasi Pancasila jd asas tunggal krn ia akan digunakan utk meredam pemikiran politik lain. Masalah msh tjd spt era Soekarno, dimana agama akn selalu jd momok bg penerapan ideologi mrk.
Sbb itu kita tidak heran ketika slm konsep absurd Trisila ketuhanan tetap dipaksakan. Makin dipaksa dg budaya bla bla. Ujung-ujungnya “gotong-royong” yg kita kenal betul ini adlh prinsip sosialisme.
Mrk itu dilema jika menghapus ketuhanan, masyarakat akan resisten. Jika ttp dipasang, ya dipaksa hadir meski tnp ruh. Krn mmg mrk tdk benar-benar menginginkan ketuhanan selain utk mengakomodasi karakter org Indo yg beragama. Sekian.
Jurnal bagus yg membahas dampak transformasi Turki thdp dunia Islam, terutama Melayu (tmsk Indonesia). Disebutkan bhkn debat ideologi negara antara Soekarno vs Natsir tdk lepas dr Turki sbg topik utama. Soekarno memuji Ataturk, sdgkn Natsir tidak setuju.

https://www.persee.fr/doc/arch_0044-8613_1986_num_31_1_2275
You can follow @herricahyadi.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.