Mereka berdua bertemu, di satu sudut taman kota. Bertatap tapi tak berbicara. Masing-masingnya menganalisa.
Hangyul menganalisa orang yang mau beli donatnya.
Seungyoun menganalisa tukang donat yang keliatan lebih manis dari donatnya.
Hangyul menganalisa orang yang mau beli donatnya.
Seungyoun menganalisa tukang donat yang keliatan lebih manis dari donatnya.
Hangyul menatap lelaki bertubuh tinggi yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Sejak tadi lelaki itu menatapnya tanpa henti.
Hangyul heran, apa yang salah dengannya? Apa lelaki itu menginginkan donatnya tapi tidak punya uang? Tapi lelaki ini terlihat seperti orang kaya kok.
Hangyul heran, apa yang salah dengannya? Apa lelaki itu menginginkan donatnya tapi tidak punya uang? Tapi lelaki ini terlihat seperti orang kaya kok.
"Kak mau donatnya satu" suara anak kecil menyadarkan Hangyul. Hangyul tersenyum manis.
"Nih buat kamu, ambil aja gratis hadiah dari kakak." Hangyul memberikan donatnya secara cuma-cuma. Anak kecil ini sangat menggemaskan. Hangyul tidak tahan untuk mencubit pipinya.
"Nih buat kamu, ambil aja gratis hadiah dari kakak." Hangyul memberikan donatnya secara cuma-cuma. Anak kecil ini sangat menggemaskan. Hangyul tidak tahan untuk mencubit pipinya.
"Makasih kakak." Anak itu mencium pipi Hangyul dengan cepat dan berlari meninggalkan Hangyul yang tersipu setelah diberikan hadiah kecupan.
Hangyul menggaruk tengkuknya dan kembali memperhatikan sekeliling. Lelaki itu masih disana, Hangyul takut namun sepertinya dia lelaki baik?
Hangyul menggaruk tengkuknya dan kembali memperhatikan sekeliling. Lelaki itu masih disana, Hangyul takut namun sepertinya dia lelaki baik?
Lelaki itu berjalan mendekatinya, Hangyul menyapukan pandangannya ke seluruh sudut taman. Rame. Aman. Kalaupun dia macam-macam, akan banyak orang yang menolongnya.
Setiap langkah lelaki itu bagai sirine kematian untuk Hangyul. Jantungnya berdegup kencang. Dia sangat gugup.
Setiap langkah lelaki itu bagai sirine kematian untuk Hangyul. Jantungnya berdegup kencang. Dia sangat gugup.
Bukan hanya karena takut, namun lelaki itu sangat tampan. Hangyul merasa sangat kecil melihatnya berjalan mendekat.
Hangyul kembali menggaruk tengkuknya pelan, pipinya memerah. Pasalnya lekaki itu tak berhenti menatapnya sedari tadi.
Hangyul kembali menggaruk tengkuknya pelan, pipinya memerah. Pasalnya lekaki itu tak berhenti menatapnya sedari tadi.
"Permisi?" Suara tenor itu menyapanya dengan tenang. Wajahnya tetap datar. Hangyul harus mendongkak untuk melihat keseluruhan wajah yang sepertinya saat tuhan menciptakan lelaki ini, tuhan sedang tersenyum.
Karena sumpah demi apapun, lelaki ini benar-benar sempurna.
Karena sumpah demi apapun, lelaki ini benar-benar sempurna.
"I-iya?" Suara Hangyul pecah saat menjawab pertanyaan itu. Pipinya semakin memerah, bahkan dia juga dapat merasakan bahwa telinganya panas.
Bodoh, pikirnya.
Hangyul menatap ke arah hidung mancung sang lelaki, dia tidak berani menatap matanya.
Bodoh, pikirnya.
Hangyul menatap ke arah hidung mancung sang lelaki, dia tidak berani menatap matanya.
"Kamu- jual donat?" Tanya lekaki itu lagi.
Hangyul memiringkan kepalanya tidak mengerti, namun dia tetap mengangguk mengiyakan.
"Kamu mau beli donat aku?" Tanya Hangyul lagi. Kali ini dia menyelipkan senyuman pada lelaki itu, tapi lelaki itu tetap menatapnya dengan datar.
Hangyul memiringkan kepalanya tidak mengerti, namun dia tetap mengangguk mengiyakan.
"Kamu mau beli donat aku?" Tanya Hangyul lagi. Kali ini dia menyelipkan senyuman pada lelaki itu, tapi lelaki itu tetap menatapnya dengan datar.
"Mau." Balas lelaki itu.
Hangyul mengangguk kecil, "mau beli berapa?"
"Namaku Seungyoun, Cho Seungyoun."
Hangyul membulatkan matanya terkejut. Maksudnya apa? Hangyul akhirnya menatap lekaki itu tepat dimata. Hangyul meleleh. Tatapan itu hangat, sehangat matahari siang ini.
Hangyul mengangguk kecil, "mau beli berapa?"
"Namaku Seungyoun, Cho Seungyoun."
Hangyul membulatkan matanya terkejut. Maksudnya apa? Hangyul akhirnya menatap lekaki itu tepat dimata. Hangyul meleleh. Tatapan itu hangat, sehangat matahari siang ini.
Hangyul berdehem canggung dengan pipi memerah.
"Namaku Hangyul, Lee Hangyul. Jadi Seungyoun-ssi mau beli berapa donatnya?" Tanya Hangyul sekali lagi.
Lelaki yang dipanggil Seungyoun masih terdiam, namun saat ini dia berjongkok. Menyamakan tingginya dengan sang penjual donat.
"Namaku Hangyul, Lee Hangyul. Jadi Seungyoun-ssi mau beli berapa donatnya?" Tanya Hangyul sekali lagi.
Lelaki yang dipanggil Seungyoun masih terdiam, namun saat ini dia berjongkok. Menyamakan tingginya dengan sang penjual donat.
"Hangyul, namanya lucu." Balas Seungyoun. Tatapannya tidak pernah meninggalkan wajah rupawan Hangyul. Dia bisa melihat ekspresi terkejut lelaki itu.
Dan jangan lupakan pipinya yang berwarna kemerahan entah karena teriknya matahari siang ini, atau karena lelaki itu malu.
Dan jangan lupakan pipinya yang berwarna kemerahan entah karena teriknya matahari siang ini, atau karena lelaki itu malu.
"um makasih?" Jawab Hangyul tidak yakin. Dia tertawa canggung. Sumpah. Jika bukan karena danusan kampusnya dia tidak akan jual donat saat ini.
Entah kesialan atau bukan, namun saat ini Hangyul hanya ingin terbebas dari tatapan mata yang sedari tadi mencekiknya.
Entah kesialan atau bukan, namun saat ini Hangyul hanya ingin terbebas dari tatapan mata yang sedari tadi mencekiknya.
"Jadi, mau beli donat berapa Seungyoun-ssi?" Tanya Hangyul kesekian kalinya.
"Mau beli semuanya." Jawab Seungyoun disertai senyuman kecil, senyum pertamanya sejak dia menatap Hangyul.
Oalah. Hangyul gatau mana yang lebih bikin pusing, matahari atau lelaki bernama Seungyoun ini.
"Mau beli semuanya." Jawab Seungyoun disertai senyuman kecil, senyum pertamanya sejak dia menatap Hangyul.
Oalah. Hangyul gatau mana yang lebih bikin pusing, matahari atau lelaki bernama Seungyoun ini.
"Oke sebentar." Hangyul buru-buru menyiapkan donat pesanan Seungyoun. Demi apapun dia ingin lelaki ini cepat pergi. Bukan. Bukan karena dia tidak suka Seungyoun, tapi jantungnya berdebar dengan keras.
Hangyul mengigit bibirnya pelan, dia pastikan wajahnya semerah tomat. Sial.
Hangyul mengigit bibirnya pelan, dia pastikan wajahnya semerah tomat. Sial.
"Ini semuanya jadi 250rb." Ucap Hangyul. Tangannya menyerahkan kotak berisi donat yang dijualnya. Bergetar, tangannya bergetar kecil.
"Sebentar." Jawab Seungyoun. Dia mengambil dompet disaku celananya dan mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan.
"Ini uangnya." Ucapnya.
"Sebentar." Jawab Seungyoun. Dia mengambil dompet disaku celananya dan mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan.
"Ini uangnya." Ucapnya.
Hangyul kembali menampilkan ekspresi terkejut, seingatnya dia mengatakan donat ini seharga 250rb kenapa jadi 500rb?
"Um maaf, tapi harganya 250rb bukan 500rb Seungyoun-ssi." Jawab Hangyul pelan.
Seungyoun masih terdiam dan tetap menyodorkan uangnya pada Hangyul.
"Um maaf, tapi harganya 250rb bukan 500rb Seungyoun-ssi." Jawab Hangyul pelan.
Seungyoun masih terdiam dan tetap menyodorkan uangnya pada Hangyul.
"Gapapa, buat kamu aja sisanya." Jawab Seungyoun setelah terdiam cukup lama.
Hangyul menampilkan ekspresi menyelidik, Seungyoun ini tidak ada niat macam-macam kan?
"Seungyoun-ssi, maaf mungkin kasar. Ini Seungyoun-ssi lagi gak kasih pelet berupa uang kan?" Tanya Hangyul pelan.
Hangyul menampilkan ekspresi menyelidik, Seungyoun ini tidak ada niat macam-macam kan?
"Seungyoun-ssi, maaf mungkin kasar. Ini Seungyoun-ssi lagi gak kasih pelet berupa uang kan?" Tanya Hangyul pelan.
Seungyoun terkekeh pelan, "Hangyul-ssi, saya gak kasih kamu pelet. Beneran ini uangnya buat kamu. Terima kasih sudah jual donat." Balas Seungyoun.
Hangyul kembali menyesali kebodohannya. Dia gugup! Siapa juga yang tidak gugup jika ada lelaki seperti ini yang menatap tanpa henti?
Hangyul kembali menyesali kebodohannya. Dia gugup! Siapa juga yang tidak gugup jika ada lelaki seperti ini yang menatap tanpa henti?
"Maaf Seungyoun-ssi. Gak bermaksud kasar gituuuu." Balas Hangyul tanpa sadar disertai rengekan pelan.
Seungyoun yang terkekeh langsung terdiam dan semakin menatap Hangyul yang saat ini menunduk karena malu.
"Oke, ini donatnya saya ambil ya." Balas Seungyoun kembali tenang.
Seungyoun yang terkekeh langsung terdiam dan semakin menatap Hangyul yang saat ini menunduk karena malu.
"Oke, ini donatnya saya ambil ya." Balas Seungyoun kembali tenang.
"Terima kasih banyak Seungyoun-ssi." Hangyul tersenyum kecil. Dia menatap Seungyoun yang tidak juga beranjak dari tempatnya.
Kali ini, kenapa lagi? Kenapa Seungyoun masih menatapnya? Hangyul salah tingkah. Belum ada 20 menit tapi rasanya tenaga Hangyul sudah terkuras habis.
Kali ini, kenapa lagi? Kenapa Seungyoun masih menatapnya? Hangyul salah tingkah. Belum ada 20 menit tapi rasanya tenaga Hangyul sudah terkuras habis.
"Um, Seungyoun-ssi ada perlu apa lagi?" Cicit Hangyul pelan.
Seungyoun memiringkan kepalanya, menatap Hangyul tidak mengerti.
"Um, maksudnya kenapa masih disini Seungyoun-ssi?" Tanya Hangyul sekali lagi. Dia meremat pelan bajunya, gugup.
Seungyoun memiringkan kepalanya, menatap Hangyul tidak mengerti.
"Um, maksudnya kenapa masih disini Seungyoun-ssi?" Tanya Hangyul sekali lagi. Dia meremat pelan bajunya, gugup.
"Bukannya kalau beli bisa cium pipi?" Tanya Seungyoun tidak yakin.
Hangyul refleks menjauhkan wajahnya dan menatap Seungyoun dengan ekspresi terkejut. Cium pipi? Kata siapa?
Pipi Hangyul semakin memerah, dan kehadiran Seungyoun didepannya saat ini sama sekali tidak membantunya.
Hangyul refleks menjauhkan wajahnya dan menatap Seungyoun dengan ekspresi terkejut. Cium pipi? Kata siapa?
Pipi Hangyul semakin memerah, dan kehadiran Seungyoun didepannya saat ini sama sekali tidak membantunya.
"C-cium pipi?" Balas Hangyul terbata.
Seungyoun menganggukkan kepalanya dengan yakin, "tadi anak kecil abis beli donat bisa cium pipi kamu kan?"
Seungyoun menganggukkan kepalanya dengan yakin, "tadi anak kecil abis beli donat bisa cium pipi kamu kan?"
"Hah?" Hangyul mengatupkan bibirnya kembali. Dia tidak memiliki kata yang tepat untuk merespon pertanyaan lelaki ini.
"Tadi anak kecil beli donat satu, cium pipi kamu satu kali. Saya beli donat banyak, berarti saya bisa cium pipi kamu sebanyak yang saya beli kan?" Tanyanya lagi.
"Tadi anak kecil beli donat satu, cium pipi kamu satu kali. Saya beli donat banyak, berarti saya bisa cium pipi kamu sebanyak yang saya beli kan?" Tanyanya lagi.
"Enggak gitu!!!" Rajuk Hangyul. Dia menatap Seungyoun dengan tatapan marahnya. Seungyoun tersenyum kecil, bukannya seram tapi Hangyul malah terlihat sangat menggemaskan.
Seperti bayi macan, heh?
Bayi macan. Dia sering dibilang sebagai rubah. Bukannya rubah memakan bayi macan?
Seperti bayi macan, heh?
Bayi macan. Dia sering dibilang sebagai rubah. Bukannya rubah memakan bayi macan?
"Terus gimana?" Tanya Seungyoun lagi.
Hangyul masih dengan merajuknya, setetes keringat terjatuh dari wajahnya. Matahari semakin terik dan dia masih terjebak dengan lelaki ini.
"Tadi tuh hadiah dari anak kecilnya, soalnya aku kasih dia donat gratis." Balas Hangyul jutek.
Hangyul masih dengan merajuknya, setetes keringat terjatuh dari wajahnya. Matahari semakin terik dan dia masih terjebak dengan lelaki ini.
"Tadi tuh hadiah dari anak kecilnya, soalnya aku kasih dia donat gratis." Balas Hangyul jutek.
"Berarti saya bisa kasih kamu hadiah juga dong? Soalnya saya beli donat kamu banyak. Lihat nih sampe habis donat kamu." Tanya Seungyoun lagi.
Hangyul mendengus keras, "Kok Seungyoun-ssi kasih aku hadiah? Kan harusnya aku yang kasih hadiah soalnya udah ngabisin donatku?"
Hangyul mendengus keras, "Kok Seungyoun-ssi kasih aku hadiah? Kan harusnya aku yang kasih hadiah soalnya udah ngabisin donatku?"
Gotcha! Seungyoun tersenyum lebar.
"Yaudah kasih saya hadiah. Hadiahnya cium pipi kan?" Tanya Seungyoun dengan senyuman yang tak luntur dari wajah tampannya.
Hangyul tergugu lagi. Sepertinya dia salah berbicara? Ini dia dipermainkan atau gimana sih?
"Yaudah kasih saya hadiah. Hadiahnya cium pipi kan?" Tanya Seungyoun dengan senyuman yang tak luntur dari wajah tampannya.
Hangyul tergugu lagi. Sepertinya dia salah berbicara? Ini dia dipermainkan atau gimana sih?
"Kenapa sih Seungyoun-ssi minta hadiahnya cium terus. Emang aku keliatan kaya tukang cium? Kan tukang donat!! Harusnya minta donat tambahan atau gula tambahan kek gitu." Rajuk Hangyul.
Hangyul membereskan bekas dagangannya dan bersiap pulang tanpa memperdulikan Seungyoun.
Hangyul membereskan bekas dagangannya dan bersiap pulang tanpa memperdulikan Seungyoun.
"Loh marah?" Tanya Seungyoun. Pertanyaannya tidak dijawab oleh Hangyul. Lelaki itu masih mencoba fokus untuk merapikan barangnya.
"Yaudah, kalo saya minta tambahan donat emang kamu punya donat tambahan saat ini?" Seungyoun menurunkan egonya.
"Yaudah, kalo saya minta tambahan donat emang kamu punya donat tambahan saat ini?" Seungyoun menurunkan egonya.
"Um, enggak?" Jawab Hangyul tidak yakin.
"Terus mau kasih saya hadiah apa kalau gak ada donat tambahan? Kan berarti bener hadiahnya cium aja." Tanyanya.
"Kok minta hadiahnya maksa? Bukannya kamu harus terima lapang dada kalau mau dikasih hadiah apapun?" Tuntut Hangyul lagi.
"Terus mau kasih saya hadiah apa kalau gak ada donat tambahan? Kan berarti bener hadiahnya cium aja." Tanyanya.
"Kok minta hadiahnya maksa? Bukannya kamu harus terima lapang dada kalau mau dikasih hadiah apapun?" Tuntut Hangyul lagi.
"Oke oke oke saya nyerah. Terus kamu mau kasih hadiah apa? Saya terima." Seungyoun menghela nafasnya pasrah. Lelaki menggemaskan ini ternyata keras kepala juga.
"Seungyoun-ssi maunya apa?" Tanya Hangyul.
"Mau-"
"Kecuali cium pipi!!" Potong Hangyul cepat.
"Seungyoun-ssi maunya apa?" Tanya Hangyul.
"Mau-"
"Kecuali cium pipi!!" Potong Hangyul cepat.
"Saya mau tanya, kenapa gak boleh cium pipi? Bukannya itu hal wajar? Cium pipi kan mengekspresikan kasih sayang." Ucap Seungyoun matanya menatap Hangyul dengan tatapan intimidasi, membuat Hangyul gugup.
Hangyul membasahi bibirnya, "Kan cium pipi itu banyak artinya."
Hangyul membasahi bibirnya, "Kan cium pipi itu banyak artinya."
"Ada sebagai rasa kasih sayang, persahabatan, dan lainnya. Seungyoun-ssi mengartikannya apa?" Tanya Hangyul.
"Sahabat? Kita bukan sahabat, rasa kasih sayang? Kita baru kenal belum sampe tahap sayang. Cium pipi bagi orang gede kan buat orang pacaran."
Seungyoun tersenyum kecil.
"Sahabat? Kita bukan sahabat, rasa kasih sayang? Kita baru kenal belum sampe tahap sayang. Cium pipi bagi orang gede kan buat orang pacaran."
Seungyoun tersenyum kecil.
"Orang gede? Emang kamu masih kecil?" Tanya Seungyoun lagi.
Hangyul merenggut, "mohon maaf ya Seungyoun-ssi!! Aku ini udah 18 tahun!! Udah gede."
"Udah gede?18 tahun? Oke. Saya 28 tahun Hangyul-ssi." Jawab Seungyoyn santai.
Hangyul kembali melotot dengan lucu, 28 tahun? Sial.
Hangyul merenggut, "mohon maaf ya Seungyoun-ssi!! Aku ini udah 18 tahun!! Udah gede."
"Udah gede?18 tahun? Oke. Saya 28 tahun Hangyul-ssi." Jawab Seungyoyn santai.
Hangyul kembali melotot dengan lucu, 28 tahun? Sial.
"Hehehe maaf ya om, Hangyul gatau kan om udah tua..." Ucap Hangyul malu.
Seungyoun melipat tangannya kesal, apa katanya? om?
"Saya rasa saya belum setua itu buat dipanggil om." Balas Seungyoun.
Hangyul memiringkan kepalanya, "Terus mau dipanggil apa?"
Seungyoun melipat tangannya kesal, apa katanya? om?
"Saya rasa saya belum setua itu buat dipanggil om." Balas Seungyoun.
Hangyul memiringkan kepalanya, "Terus mau dipanggil apa?"
"Lupain. Jadi hadiah saya apa?" Ucap Seungyoun.
"Ish, om maunya apa kan tadi udah Hangyul tanya. Cepet udah panas nih Hangyul mau pulang." Ucap Hangyul jutek.
"Nomor kamu ajalah sini kasih ke saya." Pasrah Seungyoun.
Hangyul mendelik, "buat apa?!"
"Ish, om maunya apa kan tadi udah Hangyul tanya. Cepet udah panas nih Hangyul mau pulang." Ucap Hangyul jutek.
"Nomor kamu ajalah sini kasih ke saya." Pasrah Seungyoun.
Hangyul mendelik, "buat apa?!"
Seungyoun kembali menaikkan tangannya tanda menyerah, "Kalau saya mau beli donat lagi kan lebih gampang? Bisa hubungin kamu?"
"Oh iya bener juga. Yaudah sini mana handphone om." Hangyul memberikan tangannya pada Seungyoun.
"Oh iya bener juga. Yaudah sini mana handphone om." Hangyul memberikan tangannya pada Seungyoun.
Seungyoun memberikan ponselnya pada Hangyul tanpa ragu.
Hangyul menatap ponsel Seungyoun dengan takjub, iphone 11 pro.
"Whoaaaaaaa, gilaaaa." Lirih Hangyul.
"Kenapa?" Tanya Seungyoun penasaran saat melihat lelaki yang lebih muda menatap ponselnya dengan pandangan berbinar.
Hangyul menatap ponsel Seungyoun dengan takjub, iphone 11 pro.
"Whoaaaaaaa, gilaaaa." Lirih Hangyul.
"Kenapa?" Tanya Seungyoun penasaran saat melihat lelaki yang lebih muda menatap ponselnya dengan pandangan berbinar.
"Gak papa om, pertama kali saya pegang iphone 11 pro. Biasanya xia0mi atau gak viv0." Jawab Hangyul kalem.
Seungyoun tidak bisa menahan tawanya mendengar jawaban polos Hangyul. Bocah ini benar-benar lugu ya?
"Majuan sini" Perintah Seungyoun.
"Mau apa?" Selidik Hangyul.
Seungyoun tidak bisa menahan tawanya mendengar jawaban polos Hangyul. Bocah ini benar-benar lugu ya?
"Majuan sini" Perintah Seungyoun.
"Mau apa?" Selidik Hangyul.
"Mau uyel-uyel kamu. Polos banget saya gemes." Balas Seungyoun tersenyum kecil.
Hangyul kembali merasakan jantungnya berdetak dengan keras, dia mengabaikan lelaki tua itu dan mulai mengetik nomornya, kebetulan ponsel Seungyoun tidak dipasang password.
Hangyul kembali merasakan jantungnya berdetak dengan keras, dia mengabaikan lelaki tua itu dan mulai mengetik nomornya, kebetulan ponsel Seungyoun tidak dipasang password.
"Nih om udah" Hangyul mengembalikan ponselnya pada Seungyoun. Dia sudah menenteng tas berisi lapak dagangnya tadi.
"Nanti saya hubungi kalau mau beli donat." Ucap Seungyoun serius.
"Okidokiiiiii, ditunggu ya om. Dadah."
Hangyul berlari kecil menjauhi Seungyoun.
"Nanti saya hubungi kalau mau beli donat." Ucap Seungyoun serius.
"Okidokiiiiii, ditunggu ya om. Dadah."
Hangyul berlari kecil menjauhi Seungyoun.
"Oh iya om, itu wallpaper ponselnya default ya? Huh padahal punya wajah ganteng kok gak dipamer di wallpaper. NO FUN." Teriak Hangyul keras.
Sebelum Seungyoun sempat membalas, Hangyul sudah berlari kencang dengan tawa menggemaskannya.
Seungyoun terkekeh kecil, dasar bocah.
Sebelum Seungyoun sempat membalas, Hangyul sudah berlari kencang dengan tawa menggemaskannya.
Seungyoun terkekeh kecil, dasar bocah.
Udahan ya? heheheheh