duh pengen lanjut....
so, idk where is this going but let's just do it.
the main character:
Joy:
- Semester 5 HI
- Ceroboh. Hp ilang lah, dompet kelupaan lah, kepleset lah dll.
- Fun and talkative, topiknya ga habis-habis, kayaknya itu yang bikin Wonwoo suka sama Joy.
- Random
- But a good advisor.
- Overreacting is her passion.
- NCT dream enthu.
Joy:
- Semester 5 HI
- Ceroboh. Hp ilang lah, dompet kelupaan lah, kepleset lah dll.
- Fun and talkative, topiknya ga habis-habis, kayaknya itu yang bikin Wonwoo suka sama Joy.
- Random
- But a good advisor.
- Overreacting is her passion.
- NCT dream enthu.
Wonwoo:
- Semester 5 FK.
- Pacarnya buku, rumahnya perpus.
- Dulunya pendiem banget tapi udah mulai bisa ekspresiin diri karena ketularan bawelnya Joy waktu pacaran.
- Pendengar yang baik makanya Joy suka hehe.
- Perhatian juga makanya Joy suka hehe.(2)
- Sebenernya receh.
- Semester 5 FK.
- Pacarnya buku, rumahnya perpus.
- Dulunya pendiem banget tapi udah mulai bisa ekspresiin diri karena ketularan bawelnya Joy waktu pacaran.
- Pendengar yang baik makanya Joy suka hehe.
- Perhatian juga makanya Joy suka hehe.(2)
- Sebenernya receh.
Red Velvet:
- Namanya kayak gini karena Yeri suka banget Red Velvet di cafe deket kampus.
- Mereka satu fakultas.
- Irene Wendy Seulgi Joy satu SMA, bareng di cheers dan Irene captainnya.
- Yeri kenal mereka berempat pas Yeri minta ttd senior buat ospek terus deket deh.
- Namanya kayak gini karena Yeri suka banget Red Velvet di cafe deket kampus.
- Mereka satu fakultas.
- Irene Wendy Seulgi Joy satu SMA, bareng di cheers dan Irene captainnya.
- Yeri kenal mereka berempat pas Yeri minta ttd senior buat ospek terus deket deh.
Seven-Eleven:
- Kenapa? karena mereka pertama ketemu di sevel dekat kosan (anggep aja masih ada lol)
- Ternyata mereka satu kosan.
- Wonwoo Woozi satu SMA sekelas juga.
- Hoshi Jun satu fakultas.
- Temen nyari makan bareng.
- Kenapa? karena mereka pertama ketemu di sevel dekat kosan (anggep aja masih ada lol)
- Ternyata mereka satu kosan.
- Wonwoo Woozi satu SMA sekelas juga.
- Hoshi Jun satu fakultas.
- Temen nyari makan bareng.
- Mingyu, Arsitektur Semester 5
- Woozi, Psikologi semester 5
- Hoshi, Ilmu komunikasi Semester 5
- Jun, Ilmu komunikasi Semester 5
- Woozi, Psikologi semester 5
- Hoshi, Ilmu komunikasi Semester 5
- Jun, Ilmu komunikasi Semester 5
sevel: ngeroast wonu.
Tambahan info:
Karena Joy sama Wonu satu SMA, artinya dia juga satu SMA sama Woozi. Irene Wendy Seulgi juga.
Woozi Joy Wonu pernah sekelas, makanya Woozi bisa mutualan sama Joy.
Tambahan info:
Karena Joy sama Wonu satu SMA, artinya dia juga satu SMA sama Woozi. Irene Wendy Seulgi juga.
Woozi Joy Wonu pernah sekelas, makanya Woozi bisa mutualan sama Joy.
[ Narasi ]
Ps: ga biasa nulis dalam bahasa jadi maklum aja ya.
Ps: ga biasa nulis dalam bahasa jadi maklum aja ya.

Joy baru saja menyelesaikan papernya ketika jam menunjukkan pukul 4 sore.
Dia memandang laki-laki dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya, sesekali memperbaiki letak kacamata di pangkal hidungnya.
ㅤ
Dia memandang laki-laki dihadapannya yang masih sibuk dengan laptopnya, sesekali memperbaiki letak kacamata di pangkal hidungnya.
ㅤ
Tidak munafik, Joy merindukan suasana seperti ini, membuatnya kembali ke masa SMA dan ketika awal masuk kuliah.
Awal kuliah, mereka berpikir bahwa berbeda jurusan dan jadwal tidak akan mengubah apapun dari mereka.
ㅤ
Awal kuliah, mereka berpikir bahwa berbeda jurusan dan jadwal tidak akan mengubah apapun dari mereka.
ㅤ
Awalnya, mereka dapat menyediakan waktu untuk bertemu, walaupun akhirnya mereka sibuk dengan tugas masing-masing yang benar-benar tidak manusiawi.
Tapi tidak masalah karena terkadang keberadaan satu sama lain sudah cukup.
ㅤ
Tapi tidak masalah karena terkadang keberadaan satu sama lain sudah cukup.
ㅤ
Namun, hal itu tidak berlangsung lama.
Semakin lama, beban kuliah semakin banyak, mengharuskan Joy dan Wonwoo mengorbankan waktu bertemu demi beradaptasi dengan kehidupan kampus.
ㅤ
Semakin lama, beban kuliah semakin banyak, mengharuskan Joy dan Wonwoo mengorbankan waktu bertemu demi beradaptasi dengan kehidupan kampus.
ㅤ
Jenis tugas yang sangat berbeda—Wonwoo dengan praktikumnya dan Joy dengan paper dan jurnalnya— dan jadwal yang semakin bertabrakan membuat mereka tidak dapat menemukan waktu, bahkan untuk sekedar bertemu.
ㅤ
ㅤ
Semakin lama Wonwoo semakin sibuk dan sulit untuk dihubungi, komunikasi pun semakin terhambat.
Joy benci, dia selalu menunggu.
Menunggu kabar Wonwoo.
Di sela tugasnya, Joy akan sesekali mengecek ponselnya, berharap ada balasan.
ㅤ
Joy benci, dia selalu menunggu.
Menunggu kabar Wonwoo.
Di sela tugasnya, Joy akan sesekali mengecek ponselnya, berharap ada balasan.
ㅤ
Dan balasan dari Wonwoo hanya datang sesekali.
Joy sabar, fakultas yang Wonwoo jalani memang tidak mudah.
Wonwoo harus fokus dan Joy tidak ingin menjadi beban.
Namun sabar ada batasnya, ‘kan?
Joy sabar, fakultas yang Wonwoo jalani memang tidak mudah.
Wonwoo harus fokus dan Joy tidak ingin menjadi beban.
Namun sabar ada batasnya, ‘kan?
Hingga suatu saat, Wonwoo mengirim pesan.
‘Sorry, kayaknya aku gabisa fokus sama kamu. Aku mesti fokus sama akademik dulu, aku gabisa bikin kamu nunggu terus. You deserve better.’
‘It’s okay. Thank you for the great time.’ Balas Joy singkat lalu memblock semua kontak Wonwoo.
‘Sorry, kayaknya aku gabisa fokus sama kamu. Aku mesti fokus sama akademik dulu, aku gabisa bikin kamu nunggu terus. You deserve better.’
‘It’s okay. Thank you for the great time.’ Balas Joy singkat lalu memblock semua kontak Wonwoo.
Joy menghela nafas mengingatnya, semudah itu hubungan mereka hancur.
“Joy,” Jentikan jari Wonwoo di depan mata Joy membuyarkan lamunannya.
“Hm?”
“Udah selesai?”
Joy hanya mengangguk.
“Mesti banget ngomong sekarang?” Joy mencoba untuk mengulur waktu.
“Kalo ga sekarang, lu bakal kabur lagi.”
Menghela nafas, “Lu mau ngomongin apa?”
“Kita.”
“Hm?”
“Udah selesai?”
Joy hanya mengangguk.
“Mesti banget ngomong sekarang?” Joy mencoba untuk mengulur waktu.
“Kalo ga sekarang, lu bakal kabur lagi.”
Menghela nafas, “Lu mau ngomongin apa?”
“Kita.”
“Udah gaada ‘kita’ sejak semester dua, nu.”
“Maafin gue.” Wonwoo memulai.
Joy menarik napas dalam sambil menutup matanya, semua tiba-tiba terasa sesak.
“Gapapa, we saw it coming, it’s natural to happen.” Balas Joy akhirnya.
Hening.
ㅤ
“Maafin gue.” Wonwoo memulai.
Joy menarik napas dalam sambil menutup matanya, semua tiba-tiba terasa sesak.
“Gapapa, we saw it coming, it’s natural to happen.” Balas Joy akhirnya.
Hening.
ㅤ
“Can we start again?” Wonwoo memecah keheningan yang sudah berjalan beberapa menit.
“Won-“
“Sebagai temen, seenggaknya kita damai.” Potong Wonwoo cepat.
“Aku mikir dulu.” Jawab Joy lalu membereskan barang-barangnya kemudian berdiri.
ㅤ
“Won-“
“Sebagai temen, seenggaknya kita damai.” Potong Wonwoo cepat.
“Aku mikir dulu.” Jawab Joy lalu membereskan barang-barangnya kemudian berdiri.
ㅤ
Wonwoo menahannya dengan menggenggam pergelangan tangannya.
“Please...” Ucapnya.
Joy hanya menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Wonwoo sebelum melepaskan diri dan meninggalkan restoran cepat saji tersebut.
“Please...” Ucapnya.
Joy hanya menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Wonwoo sebelum melepaskan diri dan meninggalkan restoran cepat saji tersebut.
baru nyadar tahunnya mestinya 2020

extra: how they met and got together back then https://twitter.com/chaeffeinne/status/1261642937152102400
“Lo kenapa?” Wonwoo yang menyadari perubahan mood Joy, menabrakkan bahunya pada joy sembari berjalan menuju parkiran.
Setelah seharian mengelilingi pusat perbelanjaan tersebut, Joy akhirnya mengajak pulang.
“Gapapa. Kayaknya capek aja.” Jawabnya singkat.
Setelah seharian mengelilingi pusat perbelanjaan tersebut, Joy akhirnya mengajak pulang.
“Gapapa. Kayaknya capek aja.” Jawabnya singkat.
“Maaf, jadi nemenin seharian.”
“Ih apasih.” Joy terkekeh, mencoba menaikkan mood mereka, “biasanya juga lo ngerepotin. Tumben ngerasa ga enak?”
“Yeu, yang ada lo yang ngerepotin.”
“Ih apasih.” Joy terkekeh, mencoba menaikkan mood mereka, “biasanya juga lo ngerepotin. Tumben ngerasa ga enak?”
“Yeu, yang ada lo yang ngerepotin.”
“Oalah jadi gue selama ini ngerepotin??” Tuding Joy, menusuk-nusukkan jari telunjuknya di pinggang Wonwoo.
“Ya engga.” Ucapnya membukakan pintu mobil untuk Joy.
“Tumben?”
“Apaan?”
“Tumben gentleman.” Joy meledek dan masuk ke dalam mobil.
“Ya engga.” Ucapnya membukakan pintu mobil untuk Joy.
“Tumben?”
“Apaan?”
“Tumben gentleman.” Joy meledek dan masuk ke dalam mobil.
“For the record, gue emang gentle.” Ucap Wonwoo sebelum menutup pintu Joy dan masuk ke dalam mobilnya.
“Gak tuh.” Bantah Joy.
“Gue temenin lo kemana-mana, nemenin ini itu masih ga dianggep gentle?”
Joy tertawa.
“Gak tuh.” Bantah Joy.
“Gue temenin lo kemana-mana, nemenin ini itu masih ga dianggep gentle?”
Joy tertawa.
Benar juga.
Mereka berdua menghabiskan banyak waktu bersama sejak mereka bertemu kembali hampir setahun lalu.
Setahun seharusnya sudah cukup untuk yakin kalau dia sudah kembali jatuh pada Wonwoo ‘kan?
Joy sebenarnya yakin.
Tapi... Bagaimana dengan Wonwoo?
Mereka berdua menghabiskan banyak waktu bersama sejak mereka bertemu kembali hampir setahun lalu.
Setahun seharusnya sudah cukup untuk yakin kalau dia sudah kembali jatuh pada Wonwoo ‘kan?
Joy sebenarnya yakin.
Tapi... Bagaimana dengan Wonwoo?
Lagi-lagi tweet Wonwoo melintasi pikirannya.
‘Duh bukan siapa-siapa. jangan kegeeran.’ Tepis Joy.
“Kenapa?” Suara wonwoo tiba-tiba terdengar, entah sejak kapan mobil sudah berada di jalan raya.
“Gapapa.” Joy memainkan ujung bajunya, Wonwoo melirik sekilas.
‘Duh bukan siapa-siapa. jangan kegeeran.’ Tepis Joy.
“Kenapa?” Suara wonwoo tiba-tiba terdengar, entah sejak kapan mobil sudah berada di jalan raya.
“Gapapa.” Joy memainkan ujung bajunya, Wonwoo melirik sekilas.
Wonwoo yang tahu kebiasaan Joy ketika banyak pikiran itu menyerahkan tangan sebelah kirinya, tangan kanannya masih memegang kemudi.
“Nyetir yang bener.”
“Biasanya lo mainin jari-jari gue.”
“Biasanya lo protes”
“Ini ga protes, Joy.”
“Nyetir yang bener.”
“Biasanya lo mainin jari-jari gue.”
“Biasanya lo protes”
“Ini ga protes, Joy.”
Joy menggenggam tangan Wonwoo, membuat sang laki-laki tersenyum tipis, sebelum Joy mengembalikan tangan tersebut ke kemudi dan menepuknya pelan, “Nyetir yang bener, gue gamau kita kenapa-kenapa.”
“Tapi lo kenapa-kenapa.”
“Gue kenapa?”
“Lo kenapa?”
“Apanya kenapa?”
“Tapi lo kenapa-kenapa.”
“Gue kenapa?”
“Lo kenapa?”
“Apanya kenapa?”
“Ck.” Wonwoo berdecak, ia juga tahu bagaimana Joy pintar mengalihkan pembicaraan.
“Serius. Kenapa sih? Lo aneh dari tadi sebelum balik.” Lanjut Wonwoo, perlahan ia menepikan mobilnya. Menghadapkan dirinya pada Joy.
“Gapapa, nu. Beneran. Ayo jalan lagi. Gue mau pulang.”
“Serius. Kenapa sih? Lo aneh dari tadi sebelum balik.” Lanjut Wonwoo, perlahan ia menepikan mobilnya. Menghadapkan dirinya pada Joy.
“Gapapa, nu. Beneran. Ayo jalan lagi. Gue mau pulang.”
“Kita kenal berapa lama sih sampe lo berani bohong sama gue.”
“Tapi—“
“Joy, ngomong atau lo gak pulang.”
“Lo mau nyulik?”
Wonwoo menyeringai, “Iya.”
“Tapi—“
“Joy, ngomong atau lo gak pulang.”
“Lo mau nyulik?”
Wonwoo menyeringai, “Iya.”
“Udah hapeannya?” Ucap Wonwoo meletakkan ponselnya kembali ke dashboard mobilnya.
Joy mengerucutkan bibirnya sebal. Melihat itu, Wonwoo menghela nafas.
Jika tidak mengingat bahwa mereka masih menepi di pinggir jalan, mungkin Wonwoo sudah menuruti pikiran gilanya.
Joy mengerucutkan bibirnya sebal. Melihat itu, Wonwoo menghela nafas.
Jika tidak mengingat bahwa mereka masih menepi di pinggir jalan, mungkin Wonwoo sudah menuruti pikiran gilanya.
“Mau cerita?” Tanya Wonwoo lagi, lebih lembut.
Ini percobaan Wonwoo yang terakhir.
Jika Joy tidak menjawab, ia tidak akan memaksa.
“But it’s childish.”
“Try me, Joy. Gue udah tau semua sifat lo.”
“Tapi gue maluuuuuuuu.” Rajuknya.
Wonwoo makin bingung, “kenapa sih?”
Ini percobaan Wonwoo yang terakhir.
Jika Joy tidak menjawab, ia tidak akan memaksa.
“But it’s childish.”
“Try me, Joy. Gue udah tau semua sifat lo.”
“Tapi gue maluuuuuuuu.” Rajuknya.
Wonwoo makin bingung, “kenapa sih?”
“Tweet lo.”
Wonwoo menaikkan sebelah alisnya, “yang mana? Yang jelas dong.”
“Aaaah! lupain!”
Wonwoo mengambil ponselnya kembali, menelaah satu persatu tweetnya, mencocokkan puzzle satu persatu.
‘Oh.’
“Karena ini?” Wonwoo menunjukkan foto Joy yang memegang burger.
Wonwoo menaikkan sebelah alisnya, “yang mana? Yang jelas dong.”
“Aaaah! lupain!”
Wonwoo mengambil ponselnya kembali, menelaah satu persatu tweetnya, mencocokkan puzzle satu persatu.
‘Oh.’
“Karena ini?” Wonwoo menunjukkan foto Joy yang memegang burger.
“Lo ngerasa foto lo jelek?” Wonwoo menatap kembali hasil jepretannya.
“Bukan, nu...”
Joy ingin mengumpat, mana mungkin ia marah jika masalahnya hanya sepele seperti itu?
“Gapapa udaaah!” Joy berusaha menghentikan pembicaraan mereka.
“Lo cerita setengah-setengah.”
“Bukan, nu...”
Joy ingin mengumpat, mana mungkin ia marah jika masalahnya hanya sepele seperti itu?
“Gapapa udaaah!” Joy berusaha menghentikan pembicaraan mereka.
“Lo cerita setengah-setengah.”
“Gini ya, Jeon Wonwoo, ini tuh childish dan gue sebenernya gaada hak juga buat ngambek. Emangnya gue siapa lo? Gue bukan punya lo kan?”
‘Oh...’ Wonwoo mengerti.
Sekarang Wonwoo tersenyum jahil.
“Jadi, lo mau jadi punya gue?”
‘Oh...’ Wonwoo mengerti.
Sekarang Wonwoo tersenyum jahil.
“Jadi, lo mau jadi punya gue?”
“H-ah?” Joy gelagapan dengan pertanyaan Wonwoo yang to the point dan tidak pakai basa basi itu.
“Lo uring-uringan karena gue deny pertanyaan anak-anak?” Tanya Wonwoo lagi.
“Gak... Engga tuh.” Jawab Joy cepat dengan salah tingkah.
Wonwoo terkekeh, sebelum berubah serius.
“Lo uring-uringan karena gue deny pertanyaan anak-anak?” Tanya Wonwoo lagi.
“Gak... Engga tuh.” Jawab Joy cepat dengan salah tingkah.
Wonwoo terkekeh, sebelum berubah serius.
“Gue suka lo, Joy.”
Bohong jika Joy bilang jantungnya tidak ingin melompat keluar dari tempatnya.
Wonwoo sendiri kaget dengan ucapannya.
“Ah... mestinya gak gini.” Wonwoo menepuk dahinya.
Pernyataan spontan, dalam mobil, tidak romantis.
“Bodo ah.” Wonwoo menarik kedua tangan Joy.
Wonwoo sendiri kaget dengan ucapannya.
“Ah... mestinya gak gini.” Wonwoo menepuk dahinya.
Pernyataan spontan, dalam mobil, tidak romantis.
“Bodo ah.” Wonwoo menarik kedua tangan Joy.
“Gue tau gue bakal sibuk, tapi lo liat kan? ditengah gue sibuk skripsi dan lo sibuk sama tugas lo, gue nyempetin buat nemenin lo, ngabarin lo, luangin waktu pokoknya.” Ucap Wonwoo dalam satu helaan nafas.
“Lo bisa jadi rapper—“
“Lo bisa jadi rapper—“
“Gue serius Joy.” Potong Wonwoo sebelum Joy merusak suasana.
Joy terkekeh, kemudian menunduk menatap tangannya yang berada didalam genggaman Wonwoo.
Joy terkekeh, kemudian menunduk menatap tangannya yang berada didalam genggaman Wonwoo.
“Gue tau. Ya makanya gue yakin sama lo? Gak keliatan ya? Gue juga ngerti kesibukan lo. Kita udah bukan anak SMA yang mesti chat 24 jam 7 hari. Jadi lo mestinya ga mikirin masalah ga enak ninggalin gue. Lo ada kok, tapi lagi fokus aja sama pendidikan lo. Gak selingkuh. Ya ‘kan?”
“Ya mana sempet—“
“Oh kalo sempet mau selingkuh?” Joy memotong ucapan Wonwoo.
“Ini belom jadian lo udah nuduh yang engga-engga ya.” Wonwoo menyentil dahi Joy.
“Emang mau jadian?” Joy menantang.
“Emang lo gamau?”
“Kata siapa gue gamau?”
See? Joy dan permainan katanya. Lagi.
“Oh kalo sempet mau selingkuh?” Joy memotong ucapan Wonwoo.
“Ini belom jadian lo udah nuduh yang engga-engga ya.” Wonwoo menyentil dahi Joy.
“Emang mau jadian?” Joy menantang.
“Emang lo gamau?”
“Kata siapa gue gamau?”
See? Joy dan permainan katanya. Lagi.
“Oke, Joy. Lo- kamu... Mau balikan sama gue- aku gak?”
Joy tertawa mendengar perubahan panggilan Wonwoo yang asing tak asing ditelinganya.
“Gimana ya...”
Joy tertawa mendengar perubahan panggilan Wonwoo yang asing tak asing ditelinganya.
“Gimana ya...”
— End.
Sampai sini aja dulu.
Iya ini sebenernya pendek tapi maaf banget aku mageran

Makasih juga karena masih ada yang baca padahal AUnya aku mulai iseng karena gabisa tidur.
Kalo ada waktu bakal nambah-nambahin slice of life but I cant promise that either.
Laff
Sampai sini aja dulu.
Iya ini sebenernya pendek tapi maaf banget aku mageran


Makasih juga karena masih ada yang baca padahal AUnya aku mulai iseng karena gabisa tidur.

Kalo ada waktu bakal nambah-nambahin slice of life but I cant promise that either.
Laff
