Sumber penyakit manusia paling berbahaya adalah ekspektasi. Padahal segala hal dan tindakan di luar diri sendiri itu tidak dapat sepenuhnya dikontrol.

"Expectation is the root of all heartache"
"Desire is the root of all suffering"

A Thread
Pernah gak kalian sakit banget setelah kalian berekspektasi, namun hasilnya tidak sesuai keinginan? Tentu pernah ya...
Padahal kalau kita tidak menaruh ekspektasi apapun, kita tidak perlu merugi berkali-kali.

1. Sudah rugi materil karna tidak sesuai ekspektasi
2. Juga rugi secara spiritual karena batin terasa dikoyak-koyak
3. Pun rugi secara emosional karna sering kali muncul rasa marah/sedih
Harus selalu diingat bahwasannya yang dapat dikontrol secara penuh hanyalah diri sendiri pada saat ini, bukan hal-hal yg sifatnya lampau ataupun belum terjadi. Bukan pula hal eksternal seperti orang lain dan keadaan. Lalu apa gunanya berekspektasi?
Edukasi, nasihat, pencegahan, bahkan hukum yang super adil pun tak akan pernah mampu membebaskanmu dari pengaruh dan intervensi hal-hal eksternal. Karena sekali lagi, semua itu diluar kontrolmu.
Kau mungkin saja sebentar lagi akan tertimpa langit-langit kamarmu yang rubuh lalu mengalami cedera permanen. Sebagaimanapun kau membangun rumahmu dengan jasa arsitek dan tukang bangunan yang paling handal sealam raya. Titanic saja bisa tenggelam kok.
Atau mungkin saja di perjalananmu nanti menuju rumah kau diperkosa atau dianiaya oleh orang yang tidak dikenal. Bisa saja kan?
Orang terlalu sibuk menilai salah-benar secara metafisik sampai lupa bahwasannya yang terpenting adalah berdamai dengan realita fisik itu sendiri.
Pun juga terlalu sibuk dengan perkataan orang lain. Padahal semua yang keluar dari mulut orang lain itu hanyalah sebuah opini. Tapi hari ini banyak yang harus sakit hati dengan opini orang lain dengan secara tak sadar menganggapnya sebagai sebuah fakta.
Misal kamu dikatain gendut

Kalo emang ngerasa gendut, ya terus kenapa? Opini dia sejalan dengan fakta tentang bagaimana kau menilai dirimu, kan? Ngapain marah?

Kalo ternyata ga ngerasa gendut, yaudah sih kan itu cuma opini. Ngapain dipusingin?
Lebih mudah tutup kuping sendiri daripada nutup milyaran mulut kotor orang. Tangan kita cuma dua 🙆
Balik lagi menegai ekspektasi

Langsung ke contoh kasus aja deh ya. Misal kamu udah lapeeerr banget dan berekspektasi sama abang ojol untuk nganterin makanan. Taunya abang-abangnya motornya mogok tengah jalan setelah makananmu selesai ia beli. Orderanmu juga tidak bisa dicancel.
Lalu apa? Mau merepet?

Merepet sampai gumoh cairan empedu juga tuh makanan gak *triiing* datang kan ya? Nah ini yg kusebut rugi berkali-kali karena berekspektasi
Udah kelaperan
Merepet pula
Gumoh cairan empedu
Tekanan darah naik
Resiko stroke
Makanan tetap ga sampai

Coba bersikap nothing to lose... Tarik nafas dalem-dalem, atur emosinya, ga perlu deh gumoh cairan empedu karna merepet. Toh sama aja, makanannnya ga akan langsung sampai
Atau yang lebih ekstrim

Ada kemungkinan kamu di perjalanan pulang nanti bakalan diperkosa atau dianiaya orang. Hal ini pasti diluar ekpektasimu, kan? Lalu, apa yang harus kamu lakukan?

Tentu kamu hanya dapat mengantisipasinya dengan mengontrol dirimu sendiri.
Caranya? Ya terserah. Lakukan sesuatu terhadap dirimu apa-apa saja yang menurutmu dapat mengurangi resiko diperkosa dan dibunuh dalam perjalanan pulang nanti.
Namun perlu diingat bahwasannya sebagaimanapun kamu melakukan "pencegahan" dengan mengontrol diri sendiri ataupun mencoba mengontrol hal yg sifatnya eksternal, tetap selalu ada peluang kamu diperkosa atau dianiaya saat perjalanan pulang nanti
Kenapa? Karna orang lain ada diluar kontrolmu secara penuh. Walaupun kamu sudah mengatakan "Jangan memperkosa dan jangan membunuh" dengan narasi-narasi edukasi paling mutakhir se alam raya kepada semua orang, ...
... juga sudah melakukan pencegahan maksimal dengan misal pake niqab 1000 lapis pun, aksi orang lain terhadapmu berada di luar kontrolmu.

Ada cara-cara yg dapat mengurangi resikomu diperkosa dan dibunuh, hanya mengurangi, bukan membuatnya tdk beresiko samsek. Too much variable!!
@xizhenie this one...

Gw mempersilahkan naik ke ranah hukum lho. But, in my opinion prioritasku yang utama ya my very own peaceful mind.

Kalau sekiranya proses hukum bikin aku tambah ga peaceful, ya aku ga ambil atau tunda dulu
Gais karna twitnya jd mislead karna kesalahanku memilih diksi dan menyusun kalimat, aku coba tulis ulang bagian akhir agar tidak trjadi keributan. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya :)
You can follow @baryoism.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.