Banyak bersliweran twit soal kriteria cowok dengan income 30 juta/bulan. Ya bebas sih menentukan kriteria, cuma harus tau juga realitanya.

Pendapatan per kapita orang Indonesia itu Rp 47 juta/tahun atau sekitar Rp 4 juta/bulan. Hanya segelintir yang tembus Rp 30 juta/bulan.
Hanya sekitar 20% penduduk Indonesia yang income-nya di atas Rp 20 juta/bln. Berarti kalau Rp 30 juta/bln ya jelas lebih sedikit lagi.

Indonesia itu negara misqueen, Rp 30 juta/bln bukan hal biasa. Kalau income kamu segitu, bersyukurlah, kamu salah satu yang beruntung.
Kalau menurut World Bank, orang yang pengeluarannya 10-20 USD per hari (sekitar Rp 8 juta/bulan) sudah termasuk kalangan atas.

Dengan asumsi pengeluaran 30% dari income, berarti Rp 30 juta/bulan itu termasuk orang kaya menurut standar dunia. Dunia loh.
"Income segitu realistis kok!" Ya emang realistis, siapa yang bilang itu khayalan? Ada kok orang-orang yang punya income segitu, bahkan lebih, tapi pertanyaannya: seberapa banyak?

Yang gak realistis adalah menganggap income segitu sebagai hal yang umum di Indonesia.
Saya gak bilang cewek gak boleh punya kriteria begitu. Justru bagus kalau cewek punya standar tinggi. Pilih cowok jangan yang sembarangan biar gak sengsara nantinya.

Saya cuma ngingetin, cowok yang punya income Rp 30 juta/bulan itu stoknya gak terlalu banyak.
Kalau stoknya sedikit, berarti opsi kamu juga sedikit dan persaingan makin ketat. Bakal sulit untuk dapet yang kamu mau. Sudah siap kah? Kalau sudah siap, bagus!

Berarti jangan ngeluh ya kalau ntar gak dapet-dapet pasangan. Jangan stress kalau jomblo forever.
Kalau kamu anggap income 30 juta/bln di usia 30 itu wajar/standar karena di teman-teman kamu banyak yang begitu, maka itu artinya:
1. Kamu dan circle kamu termasuk kelompok kecil elit, bukan representasi masyarakat Indonesia.
2. Kamu ignorant, gak ngerti realita.
Sekali lagi, saya gak masalah soal pengen punya pasangan mapan. Tapi saya rada gatel ketika orang bilang 30 juta/bulan itu wajar. Itu pernyataan ignorant sekali, seolah buta sama keadaan negara ini. Mungkin karena nongkrongnya cuma sama yang berduit juga.
Indonesia ini negara kapitalis penghisap darah. Sebagian besar rakyatnya, meskipun sudah kerja keras banting tulang dari pagi sampai malam, dari lahir sampai mati pun, gak akan pernah bisa mencicipi 30 juta/bln. Coba melek dan liat ke luar, ini realitanya.
Orang susah mapan di Indonesia bukan karena dia malas, tapi karena struktural, alias korban dari sistem negara ini yang gak becus menyejahterakan rakyatnya. Kerja keras seringkali gak ngefek.

In this country, the game is rigged. Only few can play, let alone win the game.
Viral 30 juta ini persis kayak hasil studi yang dilakukan World Bank tentang persepsi kesenjangan sosial di Indonesia:

Orang Indonesia gak nyadar dan meremehkan kesenjangan sosial di negara ini, kita pikir standar hidup kita adalah yang wajar yang dialami orang lainnya.
Orang Indonesia percaya kita bisa meningkatkan taraf hidup kalau mau berusaha, soalnya kita merasa sudah alami sendiri.

"Buktinya gue bisa tuh!" akibatnya kita pikir orang lain juga harus bisa kayak kita, gak perlu intervensi negara segala.
Hampir separuh menganggap orang miskin karena pemalas, dan bisa kaya karena kerja keras (persis kayak kasus 30 juta ini kan?) —padahal faktor terbesar yang menentukan level income seseorang adalah negara dia dilahirkan dan tingkat ekonomi orang tuanya. Sudah banyak studinya.
I don't believe in hard work. Memang kita harus berusaha sebisa mungkin, tapi dalam dunia kapitalistik ini, seringkali faktor penentu kesuksesan seseorang adalah keberuntungan dan privilege. Tapi ini topik untuk thread sendiri nanti, kapan-kapan deh saya bahas.
Yowis, cukup sampai sini deh. Mayan jauh juga ya bahasnya. Dari awalnya kriteria pasangan, bisa sampai kesenjangan sosial haha 🤣

Kalau followers lama pasti udah ngerti, saya memang concern masalah ini. Frustrasi rasanya ngeliat Indonesia yang misqueen, kapan sejahteranyaaa?
You can follow @KeiSavourie.
Tip: mention @twtextapp on a Twitter thread with the keyword “unroll” to get a link to it.

Latest Threads Unrolled:

By continuing to use the site, you are consenting to the use of cookies as explained in our Cookie Policy to improve your experience.